Top News

01. masruq bin al-ajda’_ serial 60 biografi ulama salaf

01. MASRUQ BIN AL-AJDA’ (SERIAL 60 BIOGRAFI ULAMA SALAF)

Daftar isi

PENDAHULUAN.. 1

1. nama dan kelahirannya. 3

2. sanjungan para ulama terhadapnya. 3

3. ibadahnya. 5

4. sikapnya terhadap fitnah. 8

5. kewara’an dan kezuhudannya. 10

6. guru dan murid-muridnya. 13

7. Perkataan dan Perilakunya. 14

8. meninggalnya. 18

 

 

PENDAHULUAN

 

لَا يُصْلِحُ آخِرَ هذِهِ الأُمَّةِ إِلَّا مَا أَصْلَحَ أَوَّلَهَا

“Tidak ada yang dapat memperbaiki generasi akhir umat ini, kecuali dengan apa yang telah memperbaiki generasi awal”

 

Begitulah kata imam malik, Ungkapan ini memberikan sebuah pengertian bahwa yang telah menjadikan mereka baik adalah mengikuti Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah SAW. Maka barangsiapa yang menghendaki perbaikan bagi masyarakat muslim saat ini tanpa mau menempuh jalan yang telah memperbaiki generasi pertama berarti ia telah keliru, Karena tidak ada jalan lain kecuali itu.

 

tulisan ini adalah biografi pertama dari serial 60 biografi ulama salaf yang bertujuan mendidik generasi muda Islam sesuaİ dengan pendidikan yang pernah ditempuh para ulama dan mengikuti jejak mereka, yaitu para imam yang terkenal dan mulia. Yaitu Orang-orang yang terkenal dengan kezuhudan dan kehati-hatiannya, kewara'an dan kesederhanaannya. Mereka yang banyak beribadah dan mempunyai rasa takut yang mendalam kepada Allah, sehingga tumbuh dalam diri mereka sesuatu yang pantas untuk dihormati dan dimuliakan. Mereka pantas mendapatkan kenikmatan dan penghormatan itu.

 

Di antara mereka adalah Masruq bin Al-Ajda' Al-Hamadani yang telah banyak berguru pada beberapa sahabat terkenal. Dialah orang yang terkenal dengan kezuhudan, kewara'an dan ibadahnya. Merupakan teladan dan tokoh yang pantas untuk kami jadikan pembuka dalam mengawali episode serial biografi ini.

 

1. nama dan kelahirannya

Nama lengkap beliau adalah masruq bin al-ajda’ al-hamadani al-wadi’I abu aisyah al-kuffi. Masruq sendiri artinya yang dicuri karena dahulu beliau waktu kecil pernah diculik dan ditemukan kembali, setelah kejadian itu ayahnya masuk islam.

 

Mengenai tahun kelahirannya sendiri para ahli sejarah tidak ada yang berani memastikannya, akan tetapi mereka dengan jelas mengatakan  beliau wafat tahun 62 atau 63 hijriyah sebagaimana yang pernah disampaikan oleh harun bin hatim dari al-fadhl bin amr. Jadi dapat disimpulkan beliau lahir pada tahun pertama hijriyah atau satu tahun sebelumnya.

 

2. sanjungan para ulama terhadapnya

 

•       Malik bin mughawwal berkata: “aku pernah mendengar abu shaffar mengatakan” hamdaniyyah (nama sebuah suku) belum pernah melahirkan seseorang yang seperti masruq.”

 

•       Dari amir asy-sya’bi dia berkata: “aku tidak mengetahui ada orang yang lebih  banyak berkelana  diberbagai tempat untuk mencari ilmu dariada masruq.”

 

•       asy-sya’bi berkata: “ketika ubaidilah bin ziyyad datang kekuffah dia bertanya: siapakah orang yang terbaik diantara kalian? Mereka menjawab: masruq”

 

•       imam ahmad bin hambal berkata ibnu uyainah berkata: “tidak ada seorangpun yang lebih utama dari masruq setelah al-qomah.”

 

 

•       Dari ibnu abjar dari asy-sya’bi dia berkata: “masruq lebih pantas memberi fatwa dari pada syuraih, karena  syuraih lebih banyak meminta pendapat masruq.”

 

•       Ibnu sa’ad berkata: “dia adalah tsiqoh dan dia banyak meriwayatkan hadits yang layak diriwayatkan.”

 

•       Al-‘ajali berkata: “dia adalah seorang tabi’in yang dapat dipercaya dan termasuk salah seorang teman Abdullah bin mas’ud yang diperkenankan mengajar dan memberi fatwa kepada khalayak ramai. Dia banyak melakukan sholat hingga kedua kakinya membengkak.”

 

•       Abu nu’aim berkata: “diantara para teman Abdullah bin mas’ud, terdapat seseorang yang sangat takut dan sangat cinta kepada tuhannya dan selalu ingat akan banyaknya dosa yang dilakukannya. Dia sangat dihormati keilmuannya, dapat dipercaya dan selalu ingin bertemu kepada tuhannya dengan memperbanyak ibadah dialah abu aisyah bernama masruq.”

 

3. ibadahnya

 

•       Dari Ibrahim bin Muhammad bin al-muntashir dia berkata: “masruq memasang penutup antara dia dengan anggota keuarganya ketika sholat agar khusuk dalam sholatnya, meninggalkan mereka dan dunia mereka.”

 

•       Anas bin sirrin dari istri masruq dia berkata: “masruq banyak melakukan sholat hingga kedua kakinya bengkak. Seringkali aku duduk dibelakangnya sambil menangis karena tidak tega melihat apa yang dilakukannya.”

 

•       Dari Fithr bin Khalifah dari Asy-Sya'bi, dia berkata, "Masruq bin AI-Ajda' jatuh pingsan saat dia menjalankan puasa pada musim kemarau. Sayyidah Aisyah isteri Rasulullah telah mengangkatnya sebagai anak, hingga dia pun (Masruq) memberikan nama kepada puterinya dengan nama Aisyah. Dia tidak pernah memarahi puterinya itu sedikitpun. Perawi melanjutkan ceritanya berkata, "Kemudian puterinya itu datang kepadanya dan berkata, “Wahai Ayah, makan dan minumlah!" Dia menjawab, "Apa yang kamu inginkan dariku wahai puteriku? Sang puteri berkata, "Aku hanya kasihan melihat ayah." Dia berkata, "Wahai puteriku, aku hanya ingin mendapatkan kasih sayang dari Allah di hari yang jaraknya mencapai lima puluh  ribu tahun (satu hari lamanya sama dengan lima puluh ribu tahun —Hari Kiamat-)."

 

•       Dari Abu Ishaq, dia berkata, "Ketika Masruq menjalankan ibadah haji, dia tidak pernah tidur kecuali dalam keadaan bersujud.”

 

•       Ibrahim bin Muhammad bin AI Muntasyir berkata, "Suatu ketika Khalid bin Abdullah salah seorang pembesar di Bashrah memberikan hadiah uang kepada Masruq sebanyak tiga puluh ribu dinar. Meski saat itu dia sangat membutuhkannya, namun dia tidak menerimanya."

 

•       Abu Ishaq As-Subai'i berkata, "Masruq menikahkan puterinya dengan Sa’ib bin AI-Aqra' dengan mas kawin sepuluh ribu dinar yang diberikan Sa’ib kepadanya. Lalu, uang sebanyak itu dipergunakan Masruq untuk membiayai  para pejuang Islam dan menyantuni fakir miskin."

 

•       Dari AI-A'masy bin Abi Adh-Dhuha, dia berkata, "Masruq banyak bangun malam dan melakukan shalat layaknya seorang rahib. Dia pernah berkata kepada keluarganya, "Sebutkanlah semua kebutuhan kalian kepadaku sebelum aku melakukan shalaü(agar tidak terganggu dalam shalatnya)."

 

•       Dari Said bin Jubair, dia berkata, "Masruq pernah menemuiku dan dia berkata, "Wahai Said, tidak ada satupun sesuatu yang dapat menyenangkanku  kecuali membenamkan wajah kita dalam tanah berdebu."

 

4. sikapnya terhadap fitnah

•       Dari Asy-Sya'bi, dia berkata, "Ketika ada seseorang berkata kepada Masruq, "Anda telah terlambat mengikuti pasukan Ali bin Abi Thalib dan terlambat ikut dalam pertempurannya." Sepertinya orang itu ingin berdebat dengannya tentang masalah ini, maka dia berkata, "Demi Allah, aku ingatkan kepada kalian, tidakkah kalian tahu ketika kalian saling mempersiapkan bala tentara dengan persenjataan lengkap untuk saling berperang, pada saat itu pula Allah membukakan Pintu langit dan kalian melihatnya, kemudian malaikat pun turun, hingga ketika berada di antara pasukan dari kedua belah pihak, malaikat itu berkata,

 

"Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kalian saling memakan harta sesama kalian dengan jalan yang bathil kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka Di antara kalian. Dan janganlah kalian membunuh diri kalian. Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepada kalian." (An-Nisaa': 29)

 

Apakah hal itu merupakan penghalang di antara kalian?" Mereka berkata, "Ya," dia berkata, "Demi Allah, sesungguhnya Allah telah membukakan Pintu langit (memberikan solusi) bagi permasalahan ini. Allah telah mengutus malaikat yang mulia melalui perkataan Nabi kalian (Muhammad dengan wahyu yang diterimanya), dan Sesungguhnya itulah pengadilan yang terdapat dalam lembaran-lembaran (Al-Qur’an) yang tidak akan ada yang dapat mengganti ataupun merubahnya."

 

•       Adz-Dzahabi berkata, "Waki' pernah berkata, "Ada beberapa orang yang pernah ketinggalan dari pasukan Ali bin Abi Thalib Yang di antaranya adalah; Masruq bin Al-Ajda', Al-Aswad, Ar-Rabi' bin Khutsaim dan Abu Abdurrahman As-Sulami. Ada yang mengatakan bahwa dia ikut datang dalam perang Shiffin, namun di sana hanya memberikan wejangan dan mauizhah dan tidak ikut berperang. Ada juga yang mengatakan bahwa dia ikut serta dalam perang Haruriyah bersama Ali bin Abi Thalib dan dia meminta maaf atas keterlambatannya bergabung bersama Imam Ali bin Abi Thalib "

 

5. kewara’an dan kezuhudannya

•       Dari Ibrahim bin Muhammad bin Al-Muntasyir dari ayahnya dari Masruq, dia berkata, "Sesungguhnya dia tidak pernah mengambil bayaran dari pekerjaannya sebagai hakim. Dia berpedoman pada firman Allah,

 

 إِنَّ اللَّهَ اشْتَرَى مِنَ الْمُؤْمِنِينَ أَنْفُسَهُمْ وَأَمْوَالَهُمْ بِأَنَّ لَهُمُ الْجَنَّةَ

"Sesungguhnya Allah membeli jiwa raga orang-orang yang beriman dan harta benda mereka dengan surga. "

 

•       Dari Al-A'masy dari Abu Adh-Dhuha, dia berkata, " Masruq pernah pergi selama dua tahun. Ketika dia datang dari perantauannya itu, keluarganya memandang kopor yang dibawanya, lalu mereka menemukan sebuah kapak di dalamnya, sehingga mereka berkata, "Kamu merantau selama dua tahun lalu datang dengan kapak tanpa pegangan (disangka bahwa mendapatkannya adalah dengan jalan yang tidak benar)." Dia berkata, "Subhanallah, aku meminjamnya dan lupa mengembalikannya."

 

•       Abu Adh-Dhuha berkata, "Pada suatu ketika Masruq pernah ditanya mengenai bait-bait syair, kemudian dia berkata, "Aku tidak suka jika dalam kitabku terdapat bait-bait syair."

 

•       Dari Ibrahim bin Muhammad bin Ibrahim bin Al-Muntasyir, dia berkatat "Masruq setiap hari Jum'at mengendarai keledainya dan aku memboncengnya di belakang. Dia membawa serta sapu yang sudah tua ke kebun lalu berkata, "Dunia ini ada di bawah (penguasaan/pengelolaan) kita,

 

•       Dari Hamzah bin Abdullah bin Utbah bin Mas'ud, dia berkata, "Ada seseorang yang mengatakan kepadaku bahwa Masruq pernah membawa keponakannya ke Kufah, kemudian dia berkata, "Tidakkah kalian ingin aku  beritahukan tentang dunia? Dunia adalah apa yang mereka makan lalu habis, yang mereka pakai lalu rusak, yang mereka kendarai lalu binasa; mereka  mengalirkan darah, melanggar kehormatan dan memutuskan hubungan silaturrahim di antara mereka.”

 

6. guru dan murid-muridnya

 

Guru-Gurunya:

•       AI-Mizzi berkata, "Masruq meriwayatkan dari beberapa orang yang di antaranya; Ubay bin Ka'ab, Khabab bin Al-Art, Zaid bin Tsabit, Abdullah bin Umar bin Al-Khathab, Abdullah bin Amr bin Al-Ash, Abdullah bin Mas'ud, Ubaid bin Umair AI-Laitsi, Ustman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Umar bin Al-Khathab, Mu'adz bin Jabal, Ma'qil bin Sinan Al-Asyja'i, Al-Mughirah bin Syu'bah, Abu Bakar Ash-Shiddiq, Subai'ah Al-Aslamiyah, sayyidah Aisyah Isteri Rasulullah dan ibunya Ummu Ruman, dan Ummu Salamah Isteri Rasulullah.

 

Murid-muridnya:

•       AI-Mizzi berkata, " Ada beberapa orang yang meriwayatkan hadits dari Masruq antara lain; Ibrahim An-Nakh'i, Anas bin Sirin, Ayyub bin HaniX, Jabal bin Rufaidah, Abu Wail Syaqiq bin Salamah, 'Amir Asy-Sya'bi, Abdullah bin Murrah Al-Khariqi, Abdurrahman bin Abdullah bin Mas'ud, Ubaid bin Nadhlah, Ammarah bin Umair, Al-Qasim bin AI-Muntasyir bin Al-Ajda', Muhammad bin An-Nasyr Al-Hamdani, Abu Adh-Dhuha Salam bin Shabih, Makhul bin Asy-Syami, Yahya bin Al-Jazzar, Yahya bin Watstsab, Abu Al-Ahwash Al-Jusyami, Abu Ishaq As-Subai'i, Abu Asy-Sya'tsa' AI-Muharibi dan isterinya Umair binti Amr.

 

7. Perkataan dan Perilakunya

 

•       Diriwayatkan dari Muslim, dari Masruq, ia berkata, "Cukuplah seseorang tahu maksud dari rasa takut kepada Allah Dan, seseorang akan menjadi bodoh, jika dia merasa bangga dengan apa yang telah diperbuatnya.

 

•       Masruq berkata, " Hendaknya seseorang mempunyai tempat yang sunyi, sehingga dapat digunakannya untuk merenungi diri, merenungi dosa-dosanya dan meminta ampunan kepada Allah.

 

•       Dari Abu Adh-Dhuha, dia berkata, “Pernah Masruq memberikan pertoıongan kepada seseorang, kemudian datang seorang wanita memberikan hadiah kepadanya, sehingga Masruq sangat marah dan berkata "Kalaulah aku tahu bahwa sifat seperti itu terdapat dalam dirimu, nisaya aku tidak mau berbicara denganmu untuk selamanya, selama hal itu masih ada dalam dirimu. Aku pemah mendengar Abdullah bin Maslud berkata:   “Barangsiapa memberikan suatu pertolongan kepada seseorang untuk dapat mengembalikan haknya atau menghindarkannya dari suatu kezhaliman yang menimpanya, kemudian dia menerima hadiah dari orang itu maka perbuatan itu adalah suatu kebinasaan.

 

Mendengar itu, orang-orang di sekitarnya berkata, "Kami tidak menganggap kebinasaan kecuali jika dia bertujuan menyuap." Masruq menimpali, "Jika berniat menyuap, maka itu adalah suatu kekufuran."

 

•       Dari Asy-Sya'bi, dia berkata, "Pernah Masruq berkata, "Sesungguhnya ketika aku memutuskan perkara dalam suatu pengadilan yang sesuai dengan kebenaran atau aku mendapatkan kebenaran (dalam berijtihad) adalah lebih aku cintai daripada berjuang (perang) selama satu tahun di jalan Allah.”

 

•       Dari ibrahim bin Muhammad bin Al-Muntasyir dari Masruq, dia berkata "Tidaklah ada yang lebih baik bagi seorang mukmin dari kuburan yang dapat dijadikannya tempat beristirahat dari kebisingan dunia dan di dalamnya dia aman dari siksa Allah.”

 

•       Dari Muslim atau yang lain dari Masruq, dia berkata, "Sesungguhnya prasangka baik yang paling aku sukai adalah ketika seorang pelayan berkata kepadaku "Dalam rumahnya tidak terdapat uang maupun makanan sedikitpun.

 

•       Dari Hilal bin Yasaf dia berkata, "Rahasia dia dapat menguasai ilmu para pendahulunya; ulama salaf dan kontemporer, juga ilmu-ilmu keduniaan dan ilmu akhirat adalah membaca surat Al-Waqi'ah.

 

•       Adz-Dzahabi berkata, "Perkataan Masruq ini memang terkesan dibesar-besarkan, karena memang besarnya manfaat atau kandungan yang dalam surat tersebut yang meliputi masalah dunia dan akhirat sekaligus

 

•       Adapun maksud dari perkataannya, "Membaca surat Al-Waqi'ah"  adalah membacanya dengan merenungi ayat-ayat dan memikirkan tanda-tanda keagungan dan kebesaran Allah dengan merasakan seolah-olah Dia hadir di hadapannya, sehingga dia tidak seperti sebuah perumpamaan  yang disebutkan dalam Al-Qur«an, "Seekor keledai yang terseok-seok membawa  banyak kitab (tanpa bisa membacanya atau memahami maksud yang dikandungnya)."

 

8. meninggalnya

 

•       Dari Syaqiq, dia berkata, "Masruq pernah dirantai selama dua tahun. Selama itu dia habiskan untuk melakukan shalat dua rakaat-dua rakaat dengan maksud mendapatkan pahala sunnah Rasulullah."

 

•       Dari Al-A'masy dari Syaqiq, dia berkata, "Aku pernah berkata kepada Masruq, "Apa yang menyebabkanmu diperlakukan seperti ini?" Dia menjawab, "Ada tiga yang menyebabkanku seperti ini, yaitu: Ziyad, Syuraih dan setan hingga akhirnya mereka menjadikanku seperti ini."

 

•       Dari Abu Wail, dia berkata, "Bahwasanya ketika menjelang kematiannya, Masruq berkata, "Ya Allah, aku tidak ingin meninggal dunia dengan tidak mengikuti petunjuk Rasulullah tidak pula Abu Bakar dan Umar bin Al Khathab Radhiyallahu Anhuma. Demi Allah, aku tidak meninggalkan sesuatu pun kepada seseorang kecuali sesuatu yang melekat pada pedangku ini maka masukkanlah ia dalam kafanku ini nanti.

 

•       Sufyan bin Uyainah berkata, "Masruq meninggal dunia pada tahun 63 Hijriyah. Dia adalah seorang perawi yang dapat dipercaya dan mempunyai banyak hadits Shahih."

 

•       Abu Nu'airn berkata, "Masruq meninggal dunia pada tahun 62 Hijriyah."

 

•       Yahya bin Bakir dan Ibnu Sa’ad berkata, "Dia meninggal pada tahun 63 Hijriyah."

 

simak penjelasan materi diatas dalam bentuk video youtube



Post a Comment

Previous Post Next Post