Daftar isi
1. Nama, Panggilan, Kelahiran dan Sifatnya
2. Sanjungan Para Ulama Terhadapnya
5. Keahliannya dalam Menafsirkan Mimpi
6. Kewibawaan dan Perjuangannya Membela Kebenaran
10. Beberapa Mutiara Perkataannya
Assalamu alaikum wr.wb
Pendahuluan
Episode kemarin saya
membahas masruq bin al-ajda yaitu biografi pertama dari serial 60
biografi ulama salaf, pada Episode kali ini saya akan
membahas biografi kedua dari serial 60 biografi ulama salaf. Tokoh yang akan
kita bahas kali ini adalah Said bin al-musayyib. beliau adalah
pembesar para tabi’in, menantu sahabat abu hurairah.orang yang cerdas, wira'i
dan berani untuk rnemperjuangkan kebenaran yang diyakininya. Untuk menyingkat
waktu langsung saja kita bahas biografi beliau.
1. Nama, Panggilan, Kelahiran
dan Sifatnya
Nama lengkapnya
adalah: Said bin
Al-Musayyib bin Hazn bin Abi Wahb Ibnu Amr bin A'id bin Imran bin
Makhzum Al-Qurasy Al-Makhzumi Al-Madani. Sedangkan Kunyah atau
Panggilannya adalah: Abu Muhammad. Mengenai Kelahirannya: Adz-Dzahabi
berkata, "Dia dilahirkan pada saat pemerintahan Khalifah Umar bin
Al-Khathab berjalan dua atau empat tahun." Ada juga yang mengatakan
bahwa dia dilahirkan dua tahun sebelum pemerintahan Khalifah Umar bin
Al-Khathab berlangsung.
Sifat-sifatnya:
diceritakan Dari Imran bin Abdul Malik, dia berkata, "Said bin
Al-Musayyib berkata, "Aku tidak pernah merasa takut kepada sesuatu pun
seperti ketakutanku pada wanita." Dari Abu Al-Ghushn, dia berkata bahwa
dia melihat Said bin Al-Musayyib dengan
rambut beruban dan jenggotnya yang memutih. "Dia adalah seorang yang
tua renta dan kabur penglihatannya."
2. Sanjungan Para Ulama
Terhadapnya
Diantara
Sanjungan Para Ulama Terhadapnya yaitu:
1.
Diceritakan Dari Makhul, dia berkata, "Aku telah menjelajahi seluruh pelosok negeri di bumi ini
dalam mencari ilmu, dan aku belum pernah menjumpai seorang Pun yang lebih luas
wawasannya dari Said 'bin Al-Musayyib."
2.
Ali bin Al-Madini berkata, "Aku
belum menemukan para tabi'in yang lebih luas wawasannya dari Said bin
Al-Musayyib. Menurutku, dia adalah Tabi'in yang paling terhormat dan
mulia."
3.
Ahmad bin Abdullah Al-'Ajali berkata, "Said bin Al-Musayyib adalah seorang yang saleh, ahli
fikih dan tidak mau mengambil begitu saja suatu pemberian (hadiah).”
4.
Abu Hatim berkata, "Tidak
ada orang yang lebih mulia di kalangan tabi'in dari Said bin Al-Musayyib. Dia
adalah orang yang paling shahih meriwayatkan hadits-hadits yang berasal dari
Abu Hurairah.”
5.
Muhammad bin Umar berkata, "Dia adalah pembesar kami dan guru kami."
3. ibadahnya
Beberapa cerita
mengenai ibadah beliau yaitu:
1.
Dari Harmalah bin Said bin Al-Musayyib, dia berkata bahwa Said pernah mengatakan, "Aku tidak
pernah meninggalkan shalat berjamaah selama 40 tahun."
2.
Dari Utsman bin Hukaim, dia berkata, "Aku pernah mendengar Said bin Al-Musayyib berkata,
"Selama 30 tahun, setiap kali para Muadzin mengumandangkan adzan, pasti
aku sudah berada di dalam masjid "
3.
Dari Abdul Mu'in bin Idris dari ayahnya, dia berkata: "Selama 50 tahun Said bin Al-Musayyib melakukan shalat Shubuh
dengan wudhu shalat Isya.” Said bin Al-Musayyib berkata, "Aku tidak pernah ketinggalan takbir pertama dalam shalat
selama 50 tahun (shalat di awal waktu), Aku juga tidak pernah melihat punggung
para jamaah, karena aku selalu berada di barisan terdepan selama 50 tahun
itu."
4.
Dari Yazid bin Hazim, dia berkata: "Said bin Al-Musayyib melakukan puasa terus menerus. Jika matahari
telah terbenam, dia datang ke masjid dengan membawa minuman dari rumahnya dan
meminumnya."
4. Ilmu Pengetahuannya
1.
Diceritakan Dari Yahya bin Hibban, dia berkata, "Tokoh terkemuka di Madinah pada masanya dan yang sangat
dihormati dalam bidang fatwa adalah Said bin AlMusayyib. Ada yang menyebutkan
bahwa dia adalah imam para ulama fikih."
2.
Qatadah berkata, "Aku
belum pernah melihat seseorang yang lebih tahu tentang hukum halal dan haram
dari Said bin Al-Musayyib."
3.
Dari Hisyam bin Sa'ad, dia berkata, Pada suatu hari ada seseorang yang bertanya kepada Az-Zuhri, isi
pertanyaannya adalah “Dari mana Said bin AlMusayyib menimba ilmu?" lalu
Az-Zuhri menjawab "Dari Zaid bin Tsabit, dia juga pernah berguru
pada Sa’ad bin Abi Waqqash, Ibnu Abbas dan Ibnu Umar. Disamping itu, dia juga
berguru pada isteri-isteri Rasulullah, seperti Sayyidah Aisyah dan Ummu Salamah
Radhiyallahu An/luma. Selain itu, dia juga pernah berguru pada Utsman bin
Affan, Ali bin Abi Thalib, Shuhaib, Muhammad bin Maslamah Ridwanullahi Alaihim.
Dan, banyak meriwayatkan hadits dari Abu Hurairah yang merupakan mertuanya.
Said juga mendengar hadits dari para sahabat Umar bin Al-Khathab dan juga para
sahabat Utsman bin Affan. Dia pernah disebut sebagai orang yang paling tahu
tentang apa yang pernah diputuskan Umar bin AI-Khathab dan Utsman bin Affan
Radhiyallahu Anhuma dalam pengadilan."
4.
Dari Malik, dia berkata, "Sesungguhnya
Al-Qasim bin Muhammad pernah ditanya seseorang tentang suatu permasalahan, lalu
dia berkata, "Apakah Anda telah bertanya kepada seseorang selain
aku?" Orang itu menjawab, "Ya, sudah, aku bertanya kepada Urwah
dan Said bin Al Musayyib." Lalu dia berkata, "Ikutilah pendapat
Said bin Al-Musayyib karena dialah guru dan pembesar kami."
5.
Dari Abu Ali bin Husain, dia berkata, "Said bin Al-musayyib adalah orang yang paling luas wawasan kelimuannya
tentang hadits-hadits dan perkataan para sahabat disamping dia juga orang yang
paling mumpuni pendapatnya.”
6.
Dari Abdurrahman bin Abi Zinad dari ayahnya, dia berkata, "Ada tujuh orang di Madinah yang merupakan sandaran fatwa
bagi khalayak urnum, mereka adalah; Said bin Al-Musayyib, Abu Bakar
bin Abdirrahman bin AI-Harits bin Hisya, Urwah bin Az-Zubair, Abdullah
bin Abdullah bin Utbah, Al-Qasim bin Muhammad, Kharijah bin Zaid dan
Sulaiman bin Yasar.”
Sebenarnya
masih banyak lagi pengakuan para ulama tentang keluasan ilmu beliau yang tidak
bisa kami ceritakan semuanya.
5. Keahliannya dalam
Menafsirkan Mimpi
1.
Adz-Dzahabi berkata, "Al-Waqidi
mengatakan bahwa Said bin AlMusayyib adalah orang yang paling berkompeten dalam
menafsirkan mimpi di kalangan masyarakat. Said mempelajarinya dari Asma' binti
Abu Bakar Ash-Shiddiq sedangkan Asma' sendiri mempelajarinya dari ayahnya."
2.
Dalam kitab Ath-Thabaqat, Ibnu Sa'ad meriwayatkan beberapa mimpi
dan penafsiran Said bin Al-Musayyib terhadap mimpi-mimpi tersebut, diantaranya
adalah: Amr bin Hubaib bin Qulai', berkata, "Pada suatu saat aku
berbincang-bincang dengan Said bin Al-Musayyib, kemudian aku berkata: "Aku
pernah bermimpi bertemu dengan Khalifah Abdul Malik bin Marwan, lalu aku
mendorongnya hingga jatuh ke tanah dan melukainya, lalu aku mengikat
punggungnya dengan empat tali." Amr selanjutnya berkata, "Ibnu Zubair
juga bermimpi serupa, sehingga dia pun menyuruhku untuk datang kepadamu. Said
bin Al-Musayyib berkata, "Jika memang mimpinya benar seperti apa yang kamu
utarakan, maka Ibnu Zubair akan dibunuh oleh Abdul Malik bin Marwam. Sedangkan,
Abdul Malik sendiri akan melahirkan empat putera yang kesemuanya akan menjadi
khalifah."
3.
Dari Ismail bin Abi Al-Hakam, dia berkata, "Ada seorang lelaki berkata, "Aku bermimpi melihat
Khalifah Abdul Malik bin Marwan mengelilingi Masjid Rasulullah sebanyak empat
kali. Kemudian, aku menceritakan mimpi ini kepada Said bin Al-Musayyib dan dia
berkata, "Jika memang mimpimu benar seperti itu, maka Khalifah Abdul Malik
bin Marwan akan mempunyai empat keturunan yang semuanya akan menjadi khalifah.
"
4.
Ada juga yang bertanya, "Wahai Abu Muhammad, aku bermimpi seolah-olah
aku berada di balik bayangan matahari, kemudian aku berdiri menatap matahari."
Said menjawab, "Jika mimpimu benar seperti itu, maka kamu akan keluar dari
Islam."
5.
Dari Imran bin Abdullah, dia berkata, "Hasan bin Ali bin Abi Thalib pernah bermimpi seolah-olah
di kedua matanya terdapat tulisan "Qul Huwallahu Ahad (katakanlah bahwa
Tuhan itu satu)." Kemudian, dia menceritakan mimpinya itu dan meminta
penafsiran atau pendapat dari keluarganya. Lalu, mereka menceritakan hal itu
kepada Said bin Al-Musayyib. Said lantas berkata, "Jika memang mimpinya
benar seperti yang diceritakannya, maka katakanlah bahwa dia tidak akan hidup
lebih lama lagi." Akhirnya, dia pun meninggal dunia setelah beberapa
hari.
6. Kewibawaan dan
Perjuangannya Membela Kebenaran
1.
Dari Imran bin Abdullah, dia berkata, "Said mempunyai hak atas harta yang ada di Baitul Mal
sebanyak 30-an ribu. Dia diundang untuk mengambilnya, akan tetapi dia
menolaknya. Dia berkata, "Aku tidak membutuhkannya.”
2.
Dari Imran bin Thalhah Al-Khuza'i, dia berkata, "Pada suatu ketika, Abdul Malik bin Marwan menunaikan
ibadah haji. Ketika sampai di Madinah dan berdiri di Pintu Masjid Nabawi, dia
mengutus seorang pengawalnya kepada Said bin Al-Musayyib untuk memanggilnya.
Akan tetapi, Said bin AlMusayyib tidak memperdulikannya.”
3.
Dari Amr bin Ashim dari Salam bin Miskin dari Imran bin Abdullah
bin Thalhah Al-Khuza'i, dia berkata, "Ketika
Al-Walid resmi diangkat sebagai khalifah, dia datang ke Madinah. Setelah berada
di Madinah, dia lalu masuk ke sebuah masjid dan melihat seseorang yang sudah
tua dikelilingi banyak orang. Al-Walid bertanya, "Siapa orang itu?"
Orang-orang di situ menjawab, "Dia adalah Said bin Al-Musayyib."
Ketika sang khalifah duduk, dia mengutus pengawalnya untuk memanggil Said bin
Al-Musayyib. Lalu, utusan khalifah itu pun mendatanginya dan mengatakan,
"Penuhilah panggilan Amirul Mukminin!" Dia menjawab, "Mungkin
Anda salah menyebut namaku atau mungkin dia mengutus Anda kepada orang selain
aku." Kemudian utusan khalifah itu kembali dan melaporkan sikap Said itu,
sehingga membuat sang khalifah marah dan berniat untuk menghampirinya sendiri. Pada
saat itu, orang-orang masih ramai di dalam masjid, sehingga mereka menyambut
sang khalifah dan berkata, "Wahai Amirul Mukminin, dia adalah ulama fikih
di Madinah, pembesar kaum Quraisy dan juga teman dari ayahmu. Tidak ada seorang
pun dari para khalifah yang bisa membuatnya memenuhi panggilan mereka."
Mereka mengatakan begitu berulang-ulang, hingga akhirnya sang khalifah pun
pergi darinya." Mungkin saja dia tidak mau memenuhi panggilan para
khalifah tersebut karena melihat kezhalinian yang mereka lakukan dalam
menjalankan pemerintahan Buktinya, dia pernah memenuhi panggilan dari Khalifah
Umar bin Abdul Aziz yang pada saat itu sedang menjabat sebagai walikota Madinah."
4.
Ibnu Sa'ad dalatn kitab At-Thabaqat dari Malik bin Anas mengatakan, "Pada saat Umar bin Abdul Aziz menjabat sebagai khalifah,
dia tidak pernah memutuskan suatu perkara kecuali setelah meminta pendapat dan
bermusyawarah dengan Said bin Al-Musayyib. Pada suatu ketikat Khalifah Umar bin
Abdul Aziz pernah mengutus pengawalnya
untuk menanyakan suatu permasalahan. Kemudian, pengawal tersebut mengundangnya
dan mengajaknya datang ke istana. Setelah Said datang, Umar bin Abdul Aziz
buru-buru berkata, "Utusanku telah melakukan kesalahan, aku hanya ingin
menanyakan kepadamu tentang suatu permasalahan di majelismu."
7. Menikahkan Puterinya
Dari Abu Bakar
bin Abi Dawud, dia berkata, "Sebenarnya
puteri Said bin Al-Musayyib telah dipinang oleh Khalifah Abdul Malik bin
Marwan untuk dinikahkan dengan puteranya yang bernama Al-Walid. Akan
tetapi, Said menolaknya sehingga sang khalifah selalu berusaha dengan berbagai
cara untuk mendapatkan persetujuannya. Akhirnya, Khalifah Abdul Malik bin
Marwan mencambuknya seratus kali di musim dingin, menyiramkan air dingin
ke tubuhnya dan lalu memakaikan jubah yang terbuat dari kain sutera."
Abdul Muthalib
bin Abi-Wada'ah dia berkata: “Aku sering berbincang-bincang dengan Said bin Al-Musayyib. Pada
suatu ketika, dia tidak menjumpaiku untuk beberapa hari lamanya. Ketika aku
datang ke rumahnya, dia bertanya, "Di mana kamu selama ini?" aku
menjawab, "Salah satu anggota keluargaku meninggal dunia sehingga aku
sibuk karenanya.” Dia kemudian
berkata, "Mengapa kamu tidak memberitahukannya kepadaku, sehingga aku
bisa melayatnya?” Said bin Al-Musayyib kemudian menyusulnya dengan
pertanyaan, "Apakah kamu sudah mendapatkan perempuan calon isterimu?"
Aku menjawab, "Semoga Allah memberikan rahmat kepada Anda, siapa yang
sudi menikahkan puterinya dengan orang sepertiku, sedangkan aku tidak mempunyai
apa-apa kecuali uang dua atau tiga dirham saja?" Said berkata, "Saya,"
kemudian aku berkata, "Sungguh?" Dia berkata, "Betül,"
kemudian dia memuji Allah, membaca shalawat dan salam kepada Rasulullah hingga
akhirnya dia benar-benar menikahkanku dengan puterinya hanya dengan dua atau
tiga dirham.
Setelah itu,
aku pun berdiri dan sampai tidak menyadari apa yang aku lakukan karena saking
senangnya. Aku pun pulang ke rumah sambil berpikir, "Kepada siapa aku
harus mendapatkan pinjaman.” Kemudian, aku melakukan shalat Maghrib di
masjid lalü pulang ke rumah. Aku memang sedang sendirian di rumah dan berpuasa.
Ketika aku mempersiapkan makanan untuk berbuka puasa dan makan malam yang
terdiri dari roti dan minyak Zait, tiba-tiba dari luar ada seseorang yang
mengetuk pintu, dan aku pun bertanya, "Siapa diluar?” Dia menjawab,
"Said." Aku pun langsung berpikir pada setiap orang yang
bernama Said hingga aku menemukan nama Said bin Al-Musayyib. Said bin
Al-Musayyib adalah orang yang tidak pernah keluar dari lingkungan antara masjid
dan rumahnya selama 40 tahun.
Akü pun
bergegas keluar menghampirinya. Memang benar, dia adalah Said bin Al-Musayyib
yang aku kenal. Aku kira dia tidak mau ke sini (karena sibuk beribadah). Aku
berkata, "Wahai Abu Muhammad! Tidakkah lebih baik Anda mengutus
seseorang untuk memanggilku sehingga aku bisa datang ke rumah Anda?" Dia
berkata, "Tidak, kamulah yang pantas didatangi. Kamu adalah orang yang
belum beristeri sehingga alangkah lebih baiknya jika kamu segera menikah. Aku
merasa kasihan jika engkau melewati malam-malam dengan seorang diri. Ini calon isterimu."
Kata Said sambil menunjukkan puterinya. Tiba-tiba, sang puteri sudah berada di
belakang ayahnya. Said pun menarik puterinya
itu hingga masuk ke rumahku dan lalu dia menutup kembali pintunya.
Sempat pula puterinya itu terjatuh karena malu, hingga kemudian bangun Iagi
dengan berpegangan kepada daun pintu. Aku cepat-cepat meletakkan sebuah mangkuk
besar di antara bayangan lampu agar sang puteri tidak kelihatan. Kemudian, aku
naik ke tingkat rumahku dan berteriak-teriak mengundang semua tetangga untuk
datang.
Akhirnya,
mereka pun segera datang kepadaku dan bertanya, "Ada apa?"
Lalu, aku memberitahukan maksud keinginanku. Dan, mereka pun lalu menemui calon
isteriku itu. Setelah itu, calon isteriku datang kepadaku dan berkata, "Aku
masih belum bisa bersentuhan denganmu sebelum tiga hari " Lalu, aku
menunggu hingga tiga hari dan baru bisa melakukan malam pertama dengannya. Dan,
ternyata dia adalah perempuan yang tercantik dan hafal Al-Qur'an. Dia adalah
seorang wanita yang paling luas wawasannya tentang Sunnah Rasulullah daripada
yang lain. Selain itu, dia juga tahu betul dan memperhatikan hak-hak suami
hingga aku berbulan madu dengannya sampai satu bulan lamanya. Selama itu pula
aku tidak bertemu dengan Said bin Al-Musayyib.
Setelah itu,
aku kemudian menemui Said yang saat itu dia sedang mernberikan pelajaran kepada
kaum muslimin. Aku mengucapkan salam kepada mereka dan mereka pun menjawabnya.
Namun, dia tidak mau menemuiku sebelum pengajian selesai. Ketika para jamaah
pengajian sudah meninggalkan masjid, tinggallah aku sendirian dengannya, Dia
bertanya, "Bagaimana keadaan isterimu?" Aku menjawab, "Wahai
Abu Muhammad, dia baik-baik saja, dia lebih senang berkawan daripada mencari
musuh." Said lalu berkata, "Hilangkanlah keraguraguan pada
dirimu," kemudian aku bergegas ke rumah dan tiba-tiba dia menyelipkan uang
20 ribu dirham.
Abu Bakar bin
Abi Dawud berkata, "Ibnu Abi Wada'ah adalah Katsir bin Abdul Muthalib
bin Abi Wada'ah.” Adz-Dzahabi berkata, "1bnu
Abi Wada'ah berasal dari Makkah. Dia meriwayatkan hadits (berguru tentang
hadits) dari ayahnya Abdul Muthalib, salah seorang sahabat yang masuk Islam
pada waktu peristiwa Fathu Makkah (pembebasan kota Makkah setelah sebelumnya
kota itu dikuasai kaum kafir Quraisy). Dan, darinya beberapa orang meriwayatkan
hadits, yaitu puteranya Ja'far bin Katsir dan Ibnu Harmalah.”
8. Cobaan yang Menimpanya
1.
Dari Abdullah bin Ja'far dan lainnya, mereka berkata, "Ibnu Zubair diangkat menjadi gubernur oleh Jabir bin
Al-Aswad bin Auf Az-Zuhri di Madinah. Jabir lalu mengajak orang-orang untuk
membaiat Ibnu Zubair, namun Said bin Al-Musayyib berkata, "Tidak, aku
tidak mau membaiatnya," Sehingga, orang-orang mengerumuninya. Jabir lalu
mencambuknya sebanyak 60 kali dengan cemeti. Berita ini pun sampai ke Ibnu
Zubair dan dia pun melayangkan surat kecaman kepada Jabir, sang atasan. Ibnu
Zubair berkata, "Aku tidak mempunyai masalah dengan Said bin Al-Musayyib,
biarkan dia."
2.
Dari mereka juga berkata, "Sesungguhnya
Abdul Aziz bin Marwan telah meninggal dunia di Mesir pada tahun 84 Hijriyah.
Kemudian Abdul Malik mengangkat kedua puteranya menjadi putera mahkota. Dia
mengirimkan selebaran kepada warga di seluruh negeri agar mereka mau
membaiatnya, menyatakan ketaatan dan kesetiaan mereka kepadanya. Akan tetapi,
Said bin Al-Musayyib menolaknya dan berkata, "Aku akan melihat dulu (sikap
dan perilaku mereka berdua). Karena hal tersebut, Hisyam lalu mencambuknya
sebanyak 60 kali, memaksanya untuk berkeliling kampung dengan celana dalam yang
terbuat dari rumbai-rumbai hingga mencapai puncak suatu bukit. Ketika mereka
menggiringnya, dia bertanya, "Ke manakah kalian menggiringku?" Mereka
berkata, "Ke penjara sebagai tahanan." Mendengar itu, Said lantas
berkata, "Demi Allah, ini pasti penyaliban karena kalau tidak, aku tidak
akan memakai Pakaian dalam semacam ini." Mereka pun mengembalikan Said bin
AlMusayyib ke penjara dan menahannya. Hisyam kemudian menulis surat kepada
Khalifah Abdul Malik bin Marwan yang berisi tentang apa yang dilakukannya
terhadap Said bin AlMusayyib. Namun, sang khalifah justru menegur apa yang
telah dilakukannya itu terhadap Said. Dalam suratnya, Abdul Malik mengatakan,
"Demi Allah, sesungguhnya Said bin Al-Musayyib adalah orang yang
seharusnya mendapat belas kasihan daripada harus dipukuli, meski kami tahu
bahwa Said memang tidak sependapat denganmu."
3.
Dari Abu Yunus Al-Qawi ia berkata, "Suatu saat aku memasuki
masjid Madinah dan di sana aku melihat Said bin Al-Musayyib sedang duduk
sendirian seorang diri, lalu aku bertanya kepada orang-orang, "Apa yang
terjadi padanya?" Ada yang mengatakan bahwa dia sedang dikucilkan, tidak
seorang pun boleh mendekat dan mengajaknya bicara. "Dari Qatadah, dia
berkata, "Sesungguhnya Ibnu Al-Musayyib jika ada seseorang yang ingin
berbincang-bincang dengannya, dia berkata, "Mereka telah menderaku dan
melarang orang-orang untuk berbicara denganku." Zaman sekarang adalah
menjadi tahanan rumah.
9. Guru dan Murid-muridnya
Diantara Guru-gurunya
adalah: Said bin
Al-Musayyib meriwayatkan dari beberapa perawi yang antara lain; Abu Bakar dengan
hadits mursal, Umar bin AlKhathab, Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Sa' ad
bin Abi Waqash, Hukaim bin Hizam, Ibnu Abbas, Ibnu Umar, Ibnu Amr bin Al-Ash,
Ayahnya Al-Musayyib, Mua'mmar bin Abdullah bin Nadhlah, Abu Dzar Al-Ghifari,
Abu Darda', Hasan bin Tsabit, Zaid bin Tsabit, Abdullah bin Zaid Al-Mazini, Utab
bin Asid, Ustman bin Abi Al-Ash, Abu Tsa'labah Al-Khusyani, Abu Qatadah, Abu
Musa Al-Asy'ari, Abu Said, Abu Hurairah dan bahkan dia telah menikahkan Said
dengan puterinya, sayyidah Aisyah, Asma' binti
Umais, Khaulah binti Hukaim, Fathimah binti Qais, Ummu Sulaim, Ummu
Syarik dan Khalaq."
Sedangkan Murid-Muridnya
adalah : Al-Hafizh
berkata, "Mereka yang meriwayatkan dari
said bin Al-Musayyib antara lain; puteranya sendiri Muhammad, Salim
bin Abdullah bin Umar, Az-Zuhri,
Qatadah, Syarik bin Abi Tamar, Abu Az-Zinad, sulami, Sa'ad bin Ibrahim, Amr bin
Murrah, Yahya bin Said Al-Anshari, Dawud bin Abi Hind, Thariq bin Abdirrahman,
Abdul Hamid bin Jubair bin syu'bah, Abdul Khaliq bin Salamah, Abdul Majid bin
Sahl, Amr bin Muslim bin Imarah bin Ukaimah, Abu Ja'far Al-Baqir, Ibnu
Al-Munkadir, Hasyim bin Hasyim bin Utbah, Yunus bin Yusuf dan Jama' ah."
10. Beberapa Mutiara
Perkataannya
1.
"Seseorang tidak akan pernah mencapai kemuliaan dan kehormatan
yang sebanding dengan kehormatan orang yang taat kepada Allah. Dan, seseorang
tidak akan terhina sebagaimana terhinanya orang-orang yang telah berbuat maksiat
kepada Allah. Cukuplah pertolongan Allah bagi seorang mukmin ketika dia melihat
musuh-musuhnya telah berbuat maksiat kepada-Nya (orang-orang yang beriman masih
dijagaNya untuk tidak melakukan maksiat seperti orang-orang kafir)
2.
"Tidak ada yang lebih mudah bagi setan untuk menggoda kecuali
melalui perempuan."
3.
Dari Abdurrahman bin Harmalah, dia berkata bahwa dia pernah
bertanya kepada Said bin Al-Musayyib, " Aku menjumpai seorang lelaki yang
mabuk karena perbuatannya sendiri, apakah aku boleh untuk tidak melaporkannya kepada penguasa?" Dia
menjawab, "Jika kamu bisa menutupinya dengan pakaianmu, maka
tutupilah."
4.
Abu Isa Al-Khurasani dari Said bin Al-Musayyib, dia berkata,
"Janganlah kalian banyak berkawan dengan orang-orang zhalim, kecuali dalam
hati kalian harus mengingkari apa yang mereka lakukan, agar amal dan perbuatan
kalian yang baik tidak menjadi luntur karenanya."
5.
Dari Sufyan bin Uyainah, dia berkata, "Said bin Al-Musayyib
pernah berkata, "Sesungguhnya dunia itu adalah sesuatu yang hina, dan
semua orang yang suka kehinaan akan mencarinya. Dan yang lebih hina Iagi adalah
jika orang tersebut mengambilnya dengan cara yang tidak sah, mengambll
yang bukan haknya dan menginfakkannya ke
jalan yang tidak pada tempatnya."
11. Sakit dan Meninggalnya
1.
Dari Abdurrahman bin Harmalah, dia berkata, "Aku menjenguk
Said bin Al-Musayyib di saat dia sedang sakit parah. Saat itu dia sedang
melaksanakan shalat zuhur dengan berbaring terlentang dan menggunakan isyarat.
Aku mendengar dia membaca, "Wa Asy-Syamsi wa Dhuhaha."
2.
Dari Abdurrahman bin Al-Harits Al-Makhzumi, dia berkata,
"Sakit yang diderita Said semakin parah. Lalu, Nafi' bin Jubair
menjenguknya dan dilihatnya dia sedang pingsan. Kemudian Nafi' berkata,
"Hadapkan dia ke arah kiblat." Maka orang-orang pun menghadapkannya
ke arah kiblat dan tidak lama setelah
itu dia tersadar. Setelah sadar, Said bin Al-Musayyib bertanya, "Siapa
yang memerintahkan kepada kalian untuk menghadapkan ranjangku ke arah kiblat,
Apakah Nafi'?" Nafi' menjawab, "Ya, Saya" Lalu Said berkata kepadanya,
"Kalaulah aku tidak berpegang teguh pada kiblat dan agamaku, niscaya usaha kalian untuk
menghadapkanku ke arah kiblat akan sia-sia.
3.
Dari Yahya bin Said, dia berkata, "Ketika Said bin Al-Musayyib
sedang mengalami sakaratul maut, dia meninggalkan warisan berupa beberapa uang
dinar, Dia berkata, "Ya Allah, sesungguhnya Engkau tahu bahwa aku tidak
meninggalkannya kecuali untuk menjaga kehormatan dan agamaku (membayar hutang atau pun perjuangan
Islam),"
4.
Dari Abdul Hakim bin Abdullah bin Abi Farwah, dia berkata,
"Said bin Al-Musayyib meninggal dunia di Madinah pada tahun 94 Hijriyah
pada masa pemerintahan Khalifah Al-Walid bin Abdul Malik. Pada saat meninggal
dunia, dia berumur 75 tahun. Tahun dimana Said meninggal dunia disebut sebagai
Sanah Al-Fuqaha' (tahun bagi para ulama fikih) karena pada saat itu banyak ahli
fikih yang meninggal dunia.[1]
4.
simak juga penjelasan materi diatas versi video youtube
[1] Para ulama fikih yang meninggal dunia pada tahun tersebut antara lain;
Abu Muhammad Urwah bin Az-Zubair, Abu Bakar Ibnu Abdurrahman bin Al-Harits bin
Hisyam bin Al-Mughirah Al-Makhzumi, Zainal Abidin Ali bin Al-Husain Al-Hasyimi
yang merupakan pembesar ulama dan ahli zuhud. Semoga Allah senantiasa memberikan
rahmat-Nya kepada mereka semua.
Post a Comment