Top News

03. Urwah bin Zubair_serial 60 biografi ulama salaf

 


Daftar isi

 

1. Nama, Kelahiran dan Sifat-sifatnya. 2

2. Sanjungan Para Ulama Terhadapnya. 3

4. Ibadahnya. 6

5. Membangun rumah mewah dan mengasingkan diri 8

6. Kisah pernikahannya dengan Saudah binti Abdulah bin Umar  11

7. Kesabarannya. 13

8. Guru dan Murid-muridnya. 16

9. Beberapa Mutiara Perkataannya. 18

10. Meninggalnya. 20

 

 

Assalamu alaikum wr.wb.


Episode kemarin kita sudah membahas Sa’id bin al-musayyib, maka pada Episode sekarang kita akan membahas Urwah bin az-Zubair, Beliau adalah salah seorang dari Imam bagi para tabi'in dan merupakan salah satu dari tujuh ulama fikih terkemuka di Madinah. Untuk mempersingkat waktu langsung saja kita mulai.

 

1. Nama, Kelahiran dan Sifat-sifatnya

Nama lengkap beliau adalah: Urwah bin Az-Zubair bin Al-Awwam bin Khuwailid bin Asad bin Abdul Uzza bin Qushai Al-Qurasy Al-Asadi, Abu Abdillah Al-Madani Al-Faqih. beliau dilahirkan pada tahun ke-23 Hijriyyah pada masa kekhalifahan ‘Utsman bin ‘Affan di kota Madinah. Beliau adalah Putra dari Az-Zubair bin Al-’Awwam radhiyallahu ‘anhu. Ibu beliau adalah Asma’ binti Abi Bakr Ash-Shiddiq radhiyallahu ‘anhuma. Beliau adalah adik kandung ‘Abdullah bin Az-Zubair. Bibi beliau adalah sayidah ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, ibunda kaum mukminin istri rasulullah saw. Dari sang bibi inilah beliau banyak menimba ilmu dan meriwayatkan hadits Rasulullah saw. Sehingga tidaklah mengherankan kalau kemudian ‘Urwah menjadi salah seorang tabi’in yang paling mengetahui hadits yang diriwayatkan oleh ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Mengenai Sifat-sifatnya: diceritakan Dari Muhammad bin Hilal, dia berkata, "Aku melihat Urwah sama sekali tidak pernah memelihara kumisnya dan dia memotongnya dengan baik.” Kemudian diceritakan juga Dari Ishaq bin Yahya, dia berkata, "Aku melihat Urwah sering memakai selendang yang berwarna kekuning-kuningan."

2. Sanjungan Para Ulama Terhadapnya

Muhammad bin Sa'ad berkata, "Urwah adalah seorang yang dapat dipercaya, banyak meriwayatkan hadits, ahli fikih, luas wawasan keilmuannya, meyakinkan dan dapat dipercaya.

Ahmad bin Abdullah Al-'Ajali berkata, "Dia adalah orang yang bersosial tinggi dan mudah bergaul, dapat dipercaya, seorang yang saleh dan tidak pernah terjebak dalam fitnah.

Umar bin Abdul Aziz berkata, "Tidak ada seorang pun Yang lebih luas wawasannya daripada Urwah bin Az-Zubair.”

Az-Zuhri berkata, "Aku melihat Urwah bin Az-Zubair bagaikan lautan yang tidak keruh airnya karena deru ombak."

Abu Nu'aim berkata, "Dari tujuh ulama fikih Madinah terdapat seseorang yang permintaannya selalu dikabulkan, sanggup menahan beban derita demi mendapatkan ilmu yang diinginkannya, selalu berusaha untuk taat dan menahan cobaan hingga dia pantas mendapatkan kehormatan karenanya. Dialah Urwah bin Az-Zubair bin Al-Awwam, seorang mujtahid yang selalu menjalankan puasa."

Sufyan bin Uyainah berkata, "Ada tiga orang yang paling tahu tentang hadits riwayat sayyidah Aisyah Radhiyallahu Anha, mereka adalah: Al-Qasim bin Muhammad, Urwah bin Az-Zubair dan Umrah binti Abdurrahman."

Adz-Dzahabi berkata, "Dia merupakan orang yang kuat hafalannya, konsisten, ahli fikih dan ahli sirah. Dia juga termasuk orang pertama yang menulis buku tentang peperangan."

Perlu diketahui ada perbedaan antara sirah dan tarikh. Ibnu Mandzur dalam kitab Lisanul Arab menyatakan arti as-sirah menurut istilah umum adalah perincian hidup seseorang atau sejarah hidup seseorang. Yang dalam bahasa Indonesia disebut dengan istilah biografi. Sedangkan Tarikh adalah ilmu yang mencatat peristiwa-peristiwa masa lalu agar tidak dilupakan. Yang dalam bahasa Indonesia disebut dengan istilah sejarah.

3. Kegigihannya dalam Mencari Ilmu

Dengan semangat dalam menuntut ilmu agama yang tidak mengenal lelah, ia menemui sisa-sisa para sahabat Rasulullah saw yang masih hidup. Ia ketuk setiap pintu rumahnya satu persatu. ia sabar menanti dan shalat bersamanya serta selalu aktif dalam setiap halaqoh / majelis ilmu mereka. Sehingga, usahanya membuahkan hasil yang dapat mewujudkan apa yang menjadi keinginannya. Ia menjadi salah satu dari tujuh tokoh ahli fiqih di kota Madinah yang banyak orang datang menimba ilmu dan meminta fatwa kepadanya.

Beliau adalah salah satu dari Fuqaha Sab’ah (Tujuh ahli Fiqih) dari Madinah bersama Sai’d Al-Musayyab, al-Qasim bin Muhammad, Kharijah bin Zaid, Abu Salamah bin Abdurrahman, ‘Ubaidillah bin Abdillah bin Utbah, dan Sulaiman Bin Yassar.

Diceritakan Dari Abu Bakar bin Abdirrahman bin Al-Harits bin Hisyam, dia berkata, "Sesungguhnya ilmu pengetahuan itu dimiliki oleh salah satu dari tiga orang berikut:

1. Orang yang mempunyai jabatan sehingga ilmu tersebut menghiasinya,

2. dimiliki oleh orang yang beragama dimana ilmu tersebut dapat mengganggunya,

3.  ilmu menjadi budak penguasa sehingga sang penguasa itu rela memusiumkan ilmunya maksudnya adalah tidak perduli dengan ilmu yang dimilikinya.

Dan tidak seorang pun yang lebih tahu tentang tiga cacat ini dari Urwah bin Az-Zubair dan Umar bin Abdul Aziz."

4. Ibadahnya

Dari Ali bin Al-Mubarak Al-Hana'i, dia berkata, "Hisyam bin Urwah telah memberitahukan kepada kami, dia berkata bahwa sesungguhnya ayahnya sering melakukan puasa sepanjang tahun kecuali pada saat hari raya Idul Fitri dan hari raya kurban (Idul Adha). Hingga ketika dia meninggal pun tetap dalam keadaan berpuasa."

Dari Malik bin Anas dari Hisyam bin Urwah, dia berkata, "Kami pernah berjalan-jalan dengan Urwah bin Az-Zubair. Dia saat itu sedang berpuasa, akan tetapi kami tetap makan. Walaupun begitu dia tidak menyuruh kami untuk melakukan hal yang sama yaitu berpuasa (seperti dia) dan dia pun tidak membatalkan puasanya. "

Dari Ibnu Syaudzab, dia berkata, "Urwah bin Az-Zubair selalu membaca seperempat Al-Qur’an dengan cara melihat mushaf setiap hari, dan bangun malam untuk melakukan shalat sunnah dengan membaca seperempat Al-Qur’an juga. Dia tidak pernah meninggalkan rutinitasnya itu sedikitpun bahkan saat kakinya harus diamputasi karena dia menderita kanker yang menyebar dan menggerogoti tubuhnya. Di saat musim dingin, dia selalu memperbarui dinding rumahnya agar  tampak indah, kemudian mengundang orang-orang untuk datang ke rumahnya, menyediakan mereka makan dan memberikan oleh-oleh ketika pulang."

Dari Abdullah bin Muhammad bin Ubaid, dia berkata, "Urwah bin AzZubair tidak pernah meninggalkan dzikirnya kecuali pada malam saat kakinya harus diamputasi, dia berkata dalam beberapa bait syair yang indah,

Syair’nya sebagai berikut:

'Demi Umurku yang berada di tangan-Nya

Aku yakin bahwa kakiku tak pernah mengajakku berbuat keji dan mungkar.

Tak pula pendengaran dan penglihatan, akal dan pikiranku

Ketahuilah bahwa mulai zaman dahulu tidak ada suatu musibah pun yang menimpaku

Kecuali telah menimpa orang lain sebelumku. "

5. Membangun rumah mewah dan mengasingkan diri

Dari Hisyam bin Urwah, dia berkata, "Ketika Urwah membangun rumahnya dari batu-batu akik, orang-orang berkata kepadanya, "Anda telah mengeringkan (tidak mau peduli) dengan masjid Rasulullah." Mendengar itu dia menjawab, "Sesungguhnya aku juga melihat masjid-masjid mereka kosong dan pasar-pasar sepi. Hanya perbuatan mungkar dan kejilah yang merajalela."

Di dalam rumahnya yang terbuat dari batu-batu akik, Urwah mengalunkan sebuah syair yang indah,

Syair’nya sebagai berikut:

Kami membangunnya dengan sebaik-baik bangunan

Dengan memuji kepada Allah yang menganugerahkan kepadaku batu

akik

Kalian dapat melihat mereka yang memandangnya dengan rasa dengki

dan iri hati

Dengan jelas mereka memandang dengan kesinisan

Hancurlah orang-orang yang memusuhi

Bangunan ini akan membuat marah musuh-musuhku dan sekaligus menyenangkan teman-temanku

Semua orang akan memandangnya

Berjalan dan berteduh di dalam rumah akik ini

Ada yang mengatakan, "Ketika Urwah bin Az-Zubair selesai membangun rumah dan juga memperbaiki saluran air ataupun sumur di sekitarnya, dia mengundang masyarakat dan orang-orang yang lewat, mengajak mereka  makan bersama, sehingga mereka berkenan untuk mendoakannya agar  mendapatkan keberkahan dari Allah, dan setelah itu mereka pun lantas  pergi."

Dari Abdullah bin Hasan dia berkata: pada suatu malam, saya, ali bin Husain bin ali bin abi thalib dan Urwah bin Az-Zubair, kami bertiga sedang memperbincangkan tentang keburukan dan kezhaliman yang dilakukan Bani Umayyah. Akan tetapi, keadaan saat itu tidak memungkinkan kami untuk melakukan perubahan atau mengingatkan mereka. Kemudian, kami memperbincangkan tentang ketakutan kami terhadap adzab Allah yang akan menimpa bani umayyah.

Dari Abdullah bin Hasan, dia berkata, Ali bin husain bin Ali bin Abi Thalib sering berbincang-bincang dengan Urwah bin Az-Zubair setiap malam menjelang subuh di belakang Masjid Rasulullah saw. Aku juga ikut bersama mereka berdua. Maka, Urwah bin Az-Zubair berkata, "Wahai Ali sesungguhnya orang yang mengucilkan diri (tidak mau bergaul) dari orang-orang yang suka berbuat kezhaliman, maka tentu Allah mengetahui bahwa penyebabnya adalah orang itu tidak menyukai perbuatan orang-orang dzolim tersebut. Jika para orang dzolim tadi melakukan suatu perbuatan tercela, kemudian Allah menimpakan adzab kepada mereka, maka aku berharap orang yang mengucilkan diri tadi selamat dari musibah yang ditimpakan kepada orang-orang yang dzolim tersebut. "Kemudian Urwah bin Az-Zubair pulang ke rumah dan mengisolasi diri di rumah akiknya itu. ”

6. Kisah pernikahannya dengan Saudah binti Abdulah bin Umar

Dari Abu Al-Aswad dari Urwah bin Az-Zubair, dia berkata, "Aku telah mengajukan pinangan kepada Ibnu Umar untuk puterinya Saudah. Pada saat itu kami sedang melakukan thawaf sehingga dia tidak melayani pinangan yang aku ajukan itu. Ketika sudah berada di Madinah setelah melakukan thawaf tadi, aku lewat di depannya dan Ibnu Umar bertanya, "Apakah kamu yang kemarin menginginkan Saudah?" aku menjawab, "Ya." Ibnu Umar berkata, "Kamu mengatakannya saat kita sedang melakukan thawaf, kita sedang menghadirkan Allah dalam pikiran dan hati kita. Apakah kamu ada keperluan dengannya?" Aku menjawab, "Hati-hati kalau bicara (tentang hal ini), jangan keras-keras."

Ibnu Umar berkata, "Wahai bocah, undanglah Abdullah bin Abdullah dan budaknya Nafi'." Urwah melanjutkan ceritanya, "Lalu aku katakan kepadanya, "Apakah aku undang juga sebagian keluarga Az-Zubair?" Ibnu Umar menjawab, "Tidak perlu." Aku berkata lagi, "Budaknya Khubaib?" Dia berkata, "Itu lebih tidak mungkin lagi!"

 Kemudian, aku mengundang mereka, dan setelah mereka datang Ä°bnu Umar berkata kepada mereka berdua: ini adalah Urwah bin Abi Abdullah dan kalian berdua telah mengenalnya dengan baik. Dia telah mengajukan pinangan kepada puteriku Saudah dan aku telah setuju untuk menikahkannya sehingga dia boleh dan berhak sebagaimana layaknya seorang muslim dengan muslimah untuk saling mempergauli dengan baik atau menceraikannya dengan baik pula. Mereka telah boleh melakukan sesuatu yang sebelumnya dilarang. Apakah kamu menerimanya wahai Urwah?" Aku menjawab, "Ya, aku menerimanya.” Dia berkata, "Semoga Allah memberikan berkah pada pernikahan kalian berdua. ”

Memang dizaman dahulu pernikahan dilangsungkan sangat sederhana hanya pertemuan beberapa orang dan sajian makanan seadanya, akan tetapi dari pernikahan yang sederhana tersebut lahirlah bibit-bibit unggul yang namanya terus dikenang sampai hari ini. berbeda dengan zaman sekarang yang sangat banyak persyaratannya dan akhirnya tidak menghasilkan apa-apa.

7. Kesabarannya.

Dari Am bin Saleh dari Hisyam bin Urwah bahwasanya urwah bin zubair pergi menghadap Khalifah Al-Walid bin Abdul Malik bin Marwan. Ketika sampai di lembah Al-Qura, ayahnya mendapati kakinya terkena sesuatu dan terluka. Dalam riwayat lain kakinya terkena penyait kangker. Kemudian, ayahnya pun merasakan sakitnya semakin parah. Ketika sampai di hadapan Khalifah Al-Walid, Khalifah berkata kepada urwah, "Wahai Abu Abdillah, "Maukah Anda aku panggilkan tabib?" Urwah berkata, "Jika kamu berkenan silahkan." Lalu, sang khalifah memanggilkan tabib untuknya. Lalu, sang tabib pun datang dan berkata, "Aku akan memberikan minuman kepada Anda dan minuman itu menghilangkan kesadaran Anda untuk beberapa saat." Mendengar itu Urwah berkata, "Urus saja dirimu, aku tidak yakin kalau ada seseorang yang mau meminum suatu obat yang menghilangkan kesadarannya sehingga dia tidak ingat lagi kepada Tuhannya. "Kemudian sang tabib itu akhirnya memotong lututnya yang sebelah kiri dengan tanpa obat bius, dan kami semua berada di sekelilingnya menyaksikannya. Hebatnya, dia tidak mengeluh sedikitpun. Ketika kakinya telah terpotong, dia berkata, "Kalaulah memang Engkau Ya Allah telah mengambil kakiku Engkau pun telah menyisakan hidup kepadaku. Kalaulah Engkau memberikan cobaan sakit kepadaku, Engkau pun telah memberikan kesembuhannya." Melihat kejadian itu khalifah Al-Walid berkata, "Aku sama sekali belum pernah melihat orangtua yang kesabarannya seperti ini."  Dan hebatnya lagi pada malam itu juga urwah tidak meninggalkan rutinitasnya yaitu melakukan shalat malam dengan membaca seperempat Al-Qur’an.

Pada saat yang bersamaan dia juga diterpa musibah berupa kematian puteranya Muhammad, dimana pada saat di kandang, putranya diserang keledainya. Akan tetapi, aku tidak mendengar sepatah kata pun keluar darinya mengomentari berita duka ini. Ketika telah sampai di lembah Al-Qura, dia baru berkata, “Ya Allah, aku telah mempunyai tujuh keturunan Engkau telah mengambil satu dari mereka dan masih tinggalkan yang enam. Aku juga mempunyai anggota tubuh yang empat Engkau telah mengambil salah satunya dan masih tinggalkan yang tiga. Jikalau Engkau memberikan cobaan sakit, Engkau pun telah menyembuhkannya.”

Dari Abdullah bin Urwah, dia berkata bahwa ayahnya melihat-lihat kakinya dalam sebuah baskom berisi air, kemudian dia berkata, "Allah mengetahui bahwa aku tidak pernah melangkahkan kakiku ini kepada kemaksiatan, dan aku pun mengetahui hal itu."

Ibnu Khalkan berkata, "Orang yang paling bisa menghiburnya adalah Ibrahim bin Muhammad bin Thalhah, dia berkata, "Demi Allah kamu tidak perlu berjalan kaki, tidak pula merangkak untuk bergerak, karena salah satu anggota tubuh dan salah seorang dari anakmu (yang telah meninggal dunia) akan mengajakmu masuk surga, dan semuanya akan saling mengikuti jika Allah menghendaki,. Allah masih menyisakan apa yang kami butuhkan darimu, yaitu wawasan, pengetahuan dan pendapatmu. Semoga Allah berkenan memberikan pertolongan dan pahala-Nya kepadamu, sebagai pelindung kehormatanmu."

Betapa luar biasanya kesabaran urwah bin zubair. Beliau mendapat dua ujian besar sekaligus yaitu kematian putranya dan kehilangan salah satukakinya. Yang luar biasanya saat urwah akan diamputasi kakinya saat dokter menawarkan obat bius, urwah menolaknya karena obat itu akan menghilangkan kesadarannya yang akibatnya akan lupa dengan tuhannya. Beliau lebih suka mengalami rasa sakit dari pada kehilangan ingatanya untuk sesaat. 

8. Guru dan Murid-muridnya

Diantara guru-gurunya adalah: ayahnya sendiri, saudaranya Abdullah bin Zubair, Ibunya Asma' binti Abu Bakar Ash-Shiddiq, Ali bin Abi Thalib, Said bin Zaid bin Amr bin Nufail, Hukaim bin Hizam, Zaid bin Tsabit, Abdullah bin Ja'far, Abdullah bin Abbas, Abdullah bin Umar, Abdullah bin Amr bin Al-Ash, Usamah bin Zaid, Abu Ayyub, Abu Hurairah, Hajjaj Al-Aslami, Sufyan bin Abdullah Ats-Tsaqafi, Amr bin Al-Ash, Muhammad bin Maslamah, Al-Miswar bin Mukhramah, Al-Mughirah bin Asy-Syu'bah, Najiah Al-Aslami, Abu Humaid As-Saidi, Hisyam bin Hukaim bin Hizam, Yatsar bin Mukrim, Basrah binti Shafwan, Zainab binti Abi Salamah, Umar bin Abi Salamah dan ibunya Ummu Salamah isteri Rasulullah, Ummu Hani binti Abu Thalib, Ummu Hubaibah binti Abu Sufyan, Jabir bin Abdullah Al-Anshari, An-Nu'man bin Basyir, Ubaidillah bin Adi bin Al-Khiyar, Marwan bin Al-Hakam, Basyir bin Abi Mas'ud Al-Anshari, Hamran Maula Utsman, Abdullah bin Zam'ah bin Al-Aswad, Abdurrahman bin Abdul Qari, Nafi' bin Jubair bin Math'am, Abu Murawih Al-Ghifari, Abu Salamah bin Abdirrahman (dia ini termasuk kerabatnya) dan masih banyak lagi yang lain,"

Diantara Murid-Muridnya adalah: Abdullah, Utsman, Hisyam, Muhammad, Yahya, cucunya sendiri yaitu Umar bin Abdullah bin Urwah, keponakannya sendiri yaitu Muhammad bin Ja'far bin Az-Zubair, Abu Al-Aswad Muhammad bin Abdirrahman bin Naufal, Hubaib dan Zumail budaknya, Sulaiman bin Yasar, Abu Salamah bin Abdirrahman, Abu Burdah bin Abi Musa, Ubaidillah bin Abdillah bin Utbah (mereka termasuk saudaranya), Tamim bin Salamah As-Sulami, Savad bin ibrahim bin Abdirrahman bin IAuf, Said bin Khalid bin Amr ibnu Utsman bin Affan, Shaleh bin Kaisan, Az-Zuhri, Abdullah bin Abi Bakar bin Muhammad bin Amr bin Hazm, Abu Az-Zinad, Ä°bnu Abi Mulaikah, Abdullah bin Dinar bin Mukram Al-Aslami, Abdullah Al-Bahi, ‘Urak bin Malik, Atha’ bin Abi Rabah, Umar bin Abdul Aziz, Amr bin Dinar, Muhammad bin Ä°brahim At-Taimi, Yazid bin Abdullah bin Hushaifah, Abu  Bakar bin Hafsh bin Umar bin Salad bin Abi Waqqash, Ja'far bin Muhammad bin Muhammad bin Ali bin Al-Hasan bin Ali bin Abi Thalib, Shafwan bin Sulaim dan Yahya bin ibnu Katsir.

9. Beberapa Mutiara Perkataannya

Dari Hisyam bin Urwah, dia berkata, "Urwah bin Az-Zubair berkata kepada anaknya, "Wahai puteraku, kalian tidak akan mendapatkan petunjuk dari Tuhan kalian selama kalian merasa malu untuk meniti jalan kemuliaanNya. Sesungguhnya, Allah Dzat yang memuliakan orang-orang yang pantas mendapat kemuliaan dan Dialah Dzat yang berhak memilihnya."

Dia juga berkata, "Wahai puteraku, belajarlah kalian, karena jika kalian dahulu adalah orang-orang kecil dan terbuang, maka semoga kalian menjadi pembesar mereka kelak di kemudian hari (karena ilmu pengetahuan). Sukakah kalian menjadi orangtua yang bodoh ?!

Dia berkata, "Jika kalian melihat celah yang buruk dari seseorang, maka berhati-hatilah! Walaupun dia itu baik di mata banyak orang. Dan jika kalian melihat celah kebaikan dari seseorang, maka janganlah kalian berputus asa! Walaupun dia itu buruk di  mata banyak orang.”

 Dia berkata, "Manusia dengan zamannya itu lebih serupa daripada kedua orangtua laki-laki dan perempuannya.”

Dari Hisyam bin Urwah dari ayahnya, dia berkata, "Dalam sebuah nasehat tertulis, ayah berkata, Ucapkanlah perkataan yang baik, perlihatkanlah wajah yang ramah dan tersenyum, sehingga kamu akan menjadi orang yang paling dicintai Allah.

Dari Muawiyah bin Ä°shaq dari Urwah, dia berkata, "Tidak akan pernah berbakti kepada kedua orangtuanya, orang yang berlaku kasar kepada mereka." Hisyam berkata, "Ayah berkata, "Banyak ucapan ringan yang mungkin diucapkan seseorang dalam sekejab saja, akan tetapi ia akan membekas atau menjadikannya orang mulia dalam tempo waktu yang lama.”

Dia juga berkata, "Aku tidak pernah mengajarkan suatu ilmu kepada seseorang di luar batas kemampuannya karena hal itu dapat menyesatkannya."

10. Meninggalnya

Urwah bin Az-Zubair meninggal dunia pada tahun 94 Hijriyah pada usia yang ke 67 tahun. tahun itu disebut sebagai Sanalı Al-Fuqalıa' (tahun para ahli fikih) karena mereka banyak yang meninggal pada tahun tersebut seperti tokoh yang sedang kita bahas  Urwah bin Az-Zubair, kemudian sa’id bin al-musayyib, abu bakar bin abdul rahman, zaina abidin ali. Urwah bin Az-Zubair meninggal dunia dengan meninggalkan banyak harta. Dia di kubur di distrik Majah pada hari Jum’at tahun 94 H.


 simak juga penjelasan materi diatas versi video youtube



Post a Comment

Previous Post Next Post