Daftar isi
Selamat dari mulut Harimau masuk ke mulut Buaya
Perkembangan Mekkah sebagai Pusat Ibadah
Pendahuluan
Dalam mempelajari
Sejarah kehidupan Nabi Muhammad SAW, tidak bisa kita lepaskan dari seorang
tokoh besar yang menjadi panutan tiga agama besar. yakni agama yahudi, agama
kristen, dan agama islam. Tokoh besar yang dimaksud adalah Nabi Ibrhim AS atau
Abraham. Tokoh ini sangat dihormati tidak hanya oleh umat Islam, namun juga
oleh umat Yahudi dan Kristen di seluruh dunia. Sebab Nabi Ibrhim AS atau Abraham
adalah nenek moyang bangsa Arab dan Yahudi sekaligus figur utama dan peletak fondasi
utama dari ketiga ajaran agama ini. walaupun dalam perkembangan selanjutnya,
banyak konflik konflik antara ketiga agama ini, namun aslinya ketiga agama ini
bersumber dari nenek moyang yang sama, yakni Nabi Ibrhim AS. Tulisan ini akan
menceritakan secara ringkas tentang asal usul bangsa Arab, kota Mekkah dan
pembangunan Ka’bah. yakni bangunan suci yang menjadi kiblat bagi umat Islam
dari seluruh dunia.
Selamat dari mulut Harimau
masuk ke mulut Buaya
Setelah Nabi Ibrahim
AS selamat dari hukuman Raja Namrud di Babilonia, yakni hukuman dibakar hidup
hidup, beliau memutuskan pergi meninggalkan tanah kelahiranya tersebut bersama
beberapa kerabatnya. salah satu yang menyertai Nabi Ibrahim AS adalah seorang
wanita yang bernama Sarah yang masih ada hubungan kerabat denganya. Kemudian
hari Sarah diperistri oleh beliau. Rombongan beliau awalnya pergi ke tanah Kana’an
atau tanah Syam yang sekarang menjadi bagian dari negara Palestina, Israel,
Lebanon dan Syria. di tanah tersebut, beliau tidak menetap lama, sebab waktu
itu di daerah yang ditempati Nabi Ibrahim AS dan Sarah, terjadi peceklik atau
bencana kelaparan. kemudian rombongan beliau pergi menuju tanah Mesir yang
lebih aman dan makmur, akan tetapi disana beliau mendapat masalah besar, sebab
Raja Mesir ketika itu suka merampas perempuan perempuan cantik untuk dijadikan istri,
selir atau budaknya. dan Sarah istri Nabi Ibrahim AS termasuk perempuan yang
ditawan atau di rampas oleh raja mesir tersebut.
Menurut sumber
kitab Perjanjian Lama, ketika Ibrahim dan Sarah tiba ditanah Mesir, kecantikan
Sarah mengundang perhatian para pejabat disana, mereka kemudian melaporkanya ke
Raja Mesir tentang berita kecantikan Sarah tersebut. Untuk mengatasi masalah
tersebut, Ibrahim menyuruh Sarah untuk berpura pura menjadi adiknya, hal ini
dilakukan agar ibrahim selamat, sebab jika mereka tahu bahwa Sarah sudah mempunyai
suami yakni Ibrahim, Ibrahim pasti akan dibunuh dan Sarah akan dirampas untuk
dipersembahkan ke Raja Mesir sebagai hadiah atau budak. Dizaman itu memang
perbudakan adalah hal yang biasa dan kekuasaan Raja Raja pada era tersebut
sangat besar hampir tak terbatas, pokoknya semua perintah raja harus ditaati.
Singkat cerita
Sarah dan Nabi Ibrahim AS dibawa ke Istana Raja Mesir, dan Raja Mesir
menghadiahi Ibrahim dengan hadiah yang besar, akan tetapi Raja tersebut meminta
Sarah darinya, karena dikira Sarah adalah saudari Ibrahim. Singkat semenjak kejadian
tersebut keluarga besar Raja Mesir mendapat berbagai bencana dan penyakit,
setelah diselidiki oleh para dukun dan peramal kerajaan, ternyata Ibrahim bukan
orang sembarangan, dia adalah orang yang dekat dengan tuhan dan ternyata Sarah
bukan saudarinya, akan tetapi adalah istrinya. Setelah kebenaran ini terbongkar,
Raja Mesir memarahi Ibrahim karena telah membohonginya, kemudian mengembalikan
Sarah kepadanya, lalu Raja Mesir tersebut juga menghadiahi Sarah dan Ibrahim
seorang pelayan dari Mesir yang bernama Hajar.
Singkat cerita Nabi
Ibrahim berkumpul kembali bersama Sarah dan beberapa kerabatnya untuk kembali
ke tanah Syam atau tanah Kana’an dan membangun pemukiman sederhana disana.
Waktu terus berjalan tapi Nabi Ibrahim dan Sarah tidak juga dikaruniai seorang
anak, padahal keduanya ketika itu sudah berusia tua. Maka dengan inisiatif kebesaran
hati Sarah, Sarah meminta Nabi Ibrahim untuk menikahi Hajar agar mendapatkan
keturunan. awalnya Nabi Ibrahim AS menolak saran tersebut, namun setelah
merenung cukup lama akhirnya beliau
setuju, karena memang Ibrahim memerlukan seorang keturunan yang nantinya akan
mewarisi ajaran agamnya yakni menyembah tuhan yang Esa, dimana ketika itu
kebanyakan manusia telah hidup dalam kesesatan, menyembah dewa dewa dan berhala
berhala.
Pernikahan Ibrahim dan Hajar
Singkat cerita
Nabi Ibrahim dan Hajar pun akhirnya menikah, tidak berselang lama, mereka
berdua dikaruniai seorang anak lelaki yang diimpi impikanya selama ini. Anak ini
diberi nama Ismail yang artinya orang yang mendengar pesn pesan Tuhan. Kebahagiaan
dan suka cita menyelimuti keluarga shalih tersebut, tapi moment moment bahagia
ini tidak berlangsung lama, sebab Sarah diam diam merasa cemburu dan hatinya
hancur. dada Sarah serasa mau meledak. walau bagaimanapun dia tetaplah seorang
wanita biasa yang mempunyai rasa cemburu. Melihat Ibrahim bermain dan menimang
nimang Ismail kecil setiap hari, hatinya serasa hancur berkeping keping, selain
cemburu juga dirinya merasa gagal jadi seorang istri karena belum bisa
memberikan keturunan kepada Ibrahim. dirinya yang begitu lama menemani Ibrahim,
menjalani suka duka berdua tidak kunjung dikarunia seorang anak juga, sedangkan
ketika bersama Hajar yang seorang pelayanya dan hanya sebentar langsung
dikarunia seorang anak. Dunia serasa tidak adil baginya, begitulah kira kira
isi pikiran sarah, sampai akhirnya hari itu pun tiba.
Dilema diantara dua pilihan
Kini Ibrahim
banyak meluangkan waktunya untuk ismail kecil, hampir setiap hari ibrahim
menemani anak pertamanya itu, membopongnya, menimang nimangnya, tertawa
bersamanya, sedangkan istri barunya yakni hajar duduk disampingnya sambil
tersenyum penuh kebahagiaan. Namun sarah hanya memperhatikanya dari jauh. Dalam
hatinya sebenarnya dia juga bahagia karena suaminya terlihat sangat bahagia,
namun disisi lain hatinya sakit bagaikan teriris iris oeh pisau yang sangat
tajam. Awalnya sarah masih bisa menahan gejolak hatinya tersebut, namun lama
lama dia tidak bisa menutupi rasa cemburunya tersebut.
Awalnya hanya
konflik kecil kecilan saja, namun lama kelamaan konflik diantara mereka semakin
besar, masalah ini membuat Ibrahim yang baru merasakan kebahagiaan karena
mempunyai anak menjadi sedih. Sampai akhirnya sarah meminta pada ibrahim untuk
memilih salah satu diantara mereka, memilih sarah atau memilih hajar. Tak lama
kemudian Ibrahim mendapat wahyu dari Allah SWT untuk membawa Hajar dan Ismail
ke selatan. Karena ini perintah Allah SWT, Ibrahim tentu tidak bisa menolaknya,
dengan perasaan yang sedih Ibrahim membawa keduanya keselatan. Ibrahim menaikan
Hajar dan Ismail kecil keatas unta, sementara beliau yang menuntun onta
tersebut.
Setelah melalui
perjalanan yang panjang selama berhari hari, melintasi gurun pasir yang tandus
akhirnya mereka sampai ditempat tujuan. Namun betapa terkejutnya Hajar ketika
tempat yang dimaksud adalah sebuah lembah tandus yang tidak berpenghuni dan
tidak ada tanaman apapun yang bisa dikonsumsi. Kemudian Ibrahim membantu Hajar
dan Ismail kecil turun dari unta, lalu beliau meletakan sekantung kurma kering
dan sekantung air, lalu berbalik badan pergi meninggalkan anak dan istrinya
ditempat tersebut. Sontak Hajar yang bingung dan sedih berusaha mengejar
suaminya tersebut, namun Ibrahim tetap pergi meninggalkan mereka berdua tanpa
menoleh sedikitpun. Hajar berteriak :”ibrahim mengapa engkau meninggalkan kami
berdua dilembah yang tidak berpenghuni dan tidak ada apa apanya ini?” hajar
terus mengulangi seruanya tersebut, namun Ibrahim terus berjalan menjauhi Hajar
dan Ismail kecil tanpa menoleh kebelakang sedikitpun.
Akhirnya Hajar
berkata: “apakah Allah yang memerintahkanmu untuk melakukan ini?” Ibrahim
menjawab: “iya:, lalu Hajar berkata: “kalau demikian maka Allah pasti tidak
akan menelantarkan kami berdua”. Ibrahim terus berjalan meninggalkan Hajar dan
Ismail yang masih balita yang sedang menangis, setelah agak jauh, Ibrahim lalu menengadahkan
kedua tanganya ke langit alu berdoa kepada Allah, yang doa ini di abadikan di
dalam Al-Qur’an surat Ibrahim ayat 37 yang berbunyi:
رَبَّنَآ اِنِّيْٓ اَسْكَنْتُ مِنْ
ذُرِّيَّتِيْ بِوَادٍ غَيْرِ ذِيْ زَرْعٍ عِنْدَ بَيْتِكَ الْمُحَرَّمِۙ رَبَّنَا
لِيُقِيْمُوا الصَّلٰوةَ فَاجْعَلْ اَفْـِٕدَةً مِّنَ النَّاسِ تَهْوِيْٓ
اِلَيْهِمْ وَارْزُقْهُمْ مِّنَ الثَّمَرٰتِ لَعَلَّهُمْ يَشْكُرُوْنَ ٣٧
Terjemahanya:
37. Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah
menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tidak ada tanamannya (dan
berada) di sisi rumah-Mu (Baitullah) yang dihormati. Ya Tuhan kami, (demikian
itu kami lakukan) agar mereka melaksanakan salat. Maka, jadikanlah hati
sebagian manusia cenderung kepada mereka dan anugerahilah mereka rezeki dari
buah-buahan. Mudah-mudahan mereka bersyukur.
Perjuangan seorang Ibu
Singkat cerita
tidak lama perbekalan yang ditinggalkan Ibrahim yakni sekantung kurma dan
sedikit air sudah habis, sementara anaknya yakni Ismail yang masih kecil terus
menangis meminta susu, disaat itulah Hajar benar benar kebingungan, dia berlari
lari diantara dua bukit pasir yang ada disana untuk mencari air atau meminta
pertolongan, namun tempat tersebut sunyi dan kosong, disana hanya ada mereka
berdua saja, Hajar tidak menyerah, naluri keibuanya terus mendorongnya untuk
mencari bantuan dengan berlari lari kecil naik turun diantara dua bukit pasir yang
ada disana. Hajar terus menerus naik turun di kedua bukit tersebut sampai 7
kali berharap menemukan sedikit air atau bertemu seseorang yang bisa dimintai
bantuan, namun yang ada hanya suara desir angin di padang pasir yang kosong dan
tandus.
Ketika hajar
hampir putus asa, tiba tiba dari bawah kaki Ismail kecil yang sedang menagis
munculah mata air, hajar langsung menaruh air yang menyumber deras tersebut
kedalam kantung air yang sudah kosong dan meminum untuk dirinya dan anaknya.
Kini mata air tersebut dinamakan sumur zam zam. Dinamakan demikian karena
ketika mata air tersebut keluar untuk pertama kalinya, air-nya begitu deras hingga
tidak mau berhenti, spontan hajar berkata “Zami Zami” yang artinya berhenti
berhenti. Lalu dua bukit yang dimaksud adalah bukit shafa dan bukit marwa yang
ada di kota Mekah, dan peristitiwa lari lari kecil yang dilakukan oleh Hajar
kemudian hari di abadikan dalam salah satu rangkaian ritual Ibadah Haji yang
bernama Sa’i untuk mengenang perjuangan dan pengorbanan ibunda Nabi Ismail
tersebut.
Ditempat lain
yang tidak jauh dari lokasi Hajar dan Ismail ada segolongan suku nomaden yang
sedang kehausan dan sedang mencari air, tiba tiba salah satu dari rombongan
tersebut melihat ada beberapa burung yang sedang terbang berputar putar di
langit, sebagai suku nomaden yang hidupnya berpindah pindah tentu menyadari
isyarat alam tersebut, biasanya jika ada grombolan burung terbang berputar
putar di langit, dibawahnya biasanya ada makanan atau ada air. Lantar rombongan
suku tersebut mendekati lokasi yang dimaksud dan akhirnya mereka bertemu Hajar
dan Ismail kecil yang sedang istirahat disamping sumber mata air zam zam itu.
Suku nomaden tersebut adalah suku Jurhum, yakni suku arab nomaden yang berasal
dari yaman. Lantas mereka meminta izin kepada Hajar untuk tinggal di dekat
sumber air tersebut, dan Hajar mengizinkannya dengan syarat bahwa sumur Zamzam
tetap menjadi hak keluarganya. Ismail kemudian tumbuh besar di antara
orang-orang Jurhum dan mempelajari bahasa Arab dari mereka. Kemudian tempat
tersebut mulai berkembang menjadi pemukiman yang besar dan pusat perdagangan
dan kemudian hari tempat tersebut dinamakan kota Mekkah. Ketika Ismail dewasa,
dia menikah dengan salah satu perempuan dari suku tersebut. Nabi Ismail, yang
merupakan putra dari Nabi Ibrahim, kemudian menjadi tokoh penting dalam sejarah
Mekkah, dan dari keturunannya lahir Suku Arab Qurais, termasuk Nabi Muhammad
SAW.
Perintah Membangun Ka'bah
Setelah
beberapa tahun, Nabi Ibrahim kembali ke Mekkah untuk menjenguk Ismail. Saat
itu, Allah memberikan perintah kepada Nabi Ibrahim dan Ismail untuk membangun
Ka'bah, sebuah rumah ibadah yang akan menjadi pusat tauhid (penyembahan kepada
Allah yang Esa) bagi umat manusia. Hal ini terjadi ketika Ismail sudah dewasa, sebab
Ibrahim mengunjungi Ismail beberapa kali, dulu ketika Ismail baru menginjak usia
remaja, Ibrahim juga pernah mengunjunginya untuk melaksanakan perintah Allah,
yakni menyembelih Ismail yang kemudian diganti dengan domba gibas. Sekarang
ketika Ismail sudah dewasa, Ibrahim juga mengunjunginya lagi untuk melaksanakan
perintah Allah selanjutnya, yakni membangun rumah ibadah (Ka’bah) untuk
menyembah Allah yang Esa sampai hari kiamat. Peristiwa ini diceritakan dalam
Al-Qur'an Surah Al-Baqarah ayat 127
وَاِذْ يَرْفَعُ اِبْرٰهٖمُ الْقَوَاعِدَ مِنَ
الْبَيْتِ وَاِسْمٰعِيْلُۗ رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا ۗ اِنَّكَ اَنْتَ
السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ ١٢٧
Terjemahanya
127. (Ingatlah) ketika Ibrahim meninggikan fondasi
Baitullah bersama Ismail (seraya berdoa), “Ya Tuhan kami, terimalah (amal) dari
kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
Nabi Ibrahim
dan Ismail bekerja bersama-sama membangun Ka'bah di tempat yang telah
ditentukan oleh Allah. Nabi Ismail mengusung batu batuan yang diperlukan,
sedangkan Nabi Ibrahim yang menatanya. Ketik bangunan sudah mulai meninggi,
Nabi Ismail mencarikan ayahnya sebuah batu untuk pijakan. Ditaruhnya batu
tersebut di tempat yang diperlukan, kemudian Nabi Ibrahim berdiri diatas batu
tersebut sambil mengamati bangunan tersebut. Kini batu tersebut dinamakan
dengan Maqam Ibrahim, sebab di atas batu tersebut terdapat bekas pijakan kaki
Nabi Ibrahim. Dalam hal ini Allah berfirman di dalam Surah Al-Baqarah ayat 125:
وَاِذْ جَعَلْنَا الْبَيْتَ مَثَابَةً
لِّلنَّاسِ وَاَمْنًاۗ وَاتَّخِذُوْا مِنْ مَّقَامِ اِبْرٰهٖمَ مُصَلًّىۗ
وَعَهِدْنَآ اِلٰٓى اِبْرٰهٖمَ وَاِسْمٰعِيْلَ اَنْ طَهِّرَا بَيْتِيَ
لِلطَّاۤىِٕفِيْنَ وَالْعٰكِفِيْنَ وَالرُّكَّعِ السُّجُوْدِ ١٢٥
Terjemahannya
125. (Ingatlah) ketika Kami menjadikan rumah itu
(Ka‘bah) tempat berkumpul dan tempat yang aman bagi manusia. (Ingatlah ketika
Aku katakan,) “Jadikanlah sebagian Maqam Ibrahim sebagai tempat salat.”
(Ingatlah ketika) Kami wasiatkan kepada Ibrahim dan Ismail, “Bersihkanlah
rumah-Ku untuk orang-orang yang tawaf, yang iktikaf, serta yang rukuk dan sujud
(salat)!”
Maqam Ibrahim
hingga kini berada di dekat Ka'bah, dan banyak jamaah Haji serta umrah yang
melakukan Shalat di dekat Maqam Ibrahim tersebut. Nabi Ibrahim dan Ismail
berdoa agar bangunan ka’bah tersebut menjadi tempat suci bagi umat manusia dan
agar keturunan mereka tetap berada di atas jalan yang benar. Setelah Ka'bah
selesai dibangun, Allah memerintahkan Ibrahim untuk menyeru manusia agar datang
ke Mekkah untuk melaksanakan ibadah Haji. Hal ini disebutkan dalam Al-Qur'an Surah
Al-Hajj ayat 27
وَاَذِّنْ فِى النَّاسِ بِالْحَجِّ يَأْتُوْكَ
رِجَالًا وَّعَلٰى كُلِّ ضَامِرٍ يَّأْتِيْنَ مِنْ كُلِّ فَجٍّ عَمِيْقٍ ۙ ٢٧
Terjemahanya
27. Wahai Ibrahim, serulah manusia untuk
(mengerjakan) haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki
dan mengendarai unta kurus yang datang dari segenap penjuru yang jauh.
Dalam salah satu riwayat, Nabi Ibrahim
ketika menyeru manusia untuk berhaji, dia naik ke atas gunung Abi Qubais lalu
menyeru manusia dengan suara yang lantang: “wahai manusia sesungguhnya tuhan
kalian telah membangunkan untuk kalian sebuah rumah, maka berhajilah kepadanya”.
Allah memperdengarkan suara Nabi Ibrhim kedalam dada orang orang yang beriman
sampai hari kiamat, maka semenjak saat itu, dimulailah ritual ibadah Haji
sampai hari ini. Ka'bah menjadi
kiblat bagi umat Islam, dan hingga kini Ka'bah adalah pusat dari ritual ibadah
haji yang dilakukan setiap tahun oleh jutaan Muslim dari seluruh dunia.
Perkembangan Mekkah sebagai
Pusat Ibadah
Setelah Ka'bah
dibangun, Mekkah mulai menjadi pusat ibadah dan perdagangan. Mekkah tidak hanya
menjadi pusat spiritual, tetapi juga pusat ekonomi bagi suku-suku Arab. Mereka
datang ke Mekkah untuk beribadah, dan juga untuk berdagang di sekitar Ka'bah,
terutama selama bulan-bulan suci. Dalam perkembangan selanjutnya, kota Mekkah
menjadi semakin penting dengan adanya keturunan Nabi Ismail yang melanjutkan
penjagaan Ka'bah. Ka'bah tetap menjadi simbol tauhid yang berfungsi sebagai
pusat penyembahan kepada Allah hingga kedatangan Nabi Muhammad SAW yang
kemudian memperbaharui ajaran tauhid yang sydah melenceng ketika itu dan
membersihkan Ka'bah dari berhala-berhala yang dipasang oleh kaum Quraisy.[1]
Kesimpulan
Sejarah Mekkah
dalam Islam dimulai dari peristiwa penting ketika Nabi Ibrahim meninggalkan
Hajar dan Ismail di lembah tandus yang kemudian diberkahi oleh Allah dengan
keluarnya air Zamzam. Pembangunan Ka'bah oleh Ibrahim dan Ismail menandai titik
awal penting dari kota Mekkah sebagai pusat ibadah umat Islam. Dari keturunan
Ismail, muncul bangsa Arab Qurais, dan di kemudian hari, Nabi Muhammad SAW
lahir di Mekkah dan membawa kembali ajaran tauhid yang murni, yang ketika itu
sudah banyak ditinggalkan oleh kaum Qurais. Sejarah ini menunjukkan peran
penting Nabi Ibrahim dan Ismail dalam menegakkan fondasi keimanan yang sampai
hari ini dipraktikkan oleh umat Islam di seluruh dunia, terutama dalam ibadah
Haji dan Umrah yang berpusat di Mekkah.
Post a Comment