Top News

Sejarah Nabi Muhammad SAW part 1 (Asal usul kota Mekkah dan Ka’bah)



Daftar isi

Pendahuluan. 1

Selamat dari mulut Harimau masuk ke mulut Buaya. 2

Pernikahan Ibrahim dan Hajar 3

Dilema diantara dua pilihan. 3

Perjuangan seorang Ibu. 5

Perintah Membangun Ka'bah. 6

Perkembangan Mekkah sebagai Pusat Ibadah. 9

Kesimpulan. 9

 

 

Pendahuluan

Dalam mempelajari Sejarah kehidupan Nabi Muhammad SAW, tidak bisa kita lepaskan dari seorang tokoh besar yang menjadi panutan tiga agama besar. yakni agama yahudi, agama kristen, dan agama islam. Tokoh besar yang dimaksud adalah Nabi Ibrhim AS atau Abraham. Tokoh ini sangat dihormati tidak hanya oleh umat Islam, namun juga oleh umat Yahudi dan Kristen di seluruh dunia. Sebab Nabi Ibrhim AS atau Abraham adalah nenek moyang bangsa Arab dan Yahudi sekaligus figur utama dan peletak fondasi utama dari ketiga ajaran agama ini. walaupun dalam perkembangan selanjutnya, banyak konflik konflik antara ketiga agama ini, namun aslinya ketiga agama ini bersumber dari nenek moyang yang sama, yakni Nabi Ibrhim AS. Tulisan ini akan menceritakan secara ringkas tentang asal usul bangsa Arab, kota Mekkah dan pembangunan Ka’bah. yakni bangunan suci yang menjadi kiblat bagi umat Islam dari seluruh dunia.

Selamat dari mulut Harimau masuk ke mulut Buaya

Setelah Nabi Ibrahim AS selamat dari hukuman Raja Namrud di Babilonia, yakni hukuman dibakar hidup hidup, beliau memutuskan pergi meninggalkan tanah kelahiranya tersebut bersama beberapa kerabatnya. salah satu yang menyertai Nabi Ibrahim AS adalah seorang wanita yang bernama Sarah yang masih ada hubungan kerabat denganya. Kemudian hari Sarah diperistri oleh beliau. Rombongan beliau awalnya pergi ke tanah Kana’an atau tanah Syam yang sekarang menjadi bagian dari negara Palestina, Israel, Lebanon dan Syria. di tanah tersebut, beliau tidak menetap lama, sebab waktu itu di daerah yang ditempati Nabi Ibrahim AS dan Sarah, terjadi peceklik atau bencana kelaparan. kemudian rombongan beliau pergi menuju tanah Mesir yang lebih aman dan makmur, akan tetapi disana beliau mendapat masalah besar, sebab Raja Mesir ketika itu suka merampas perempuan perempuan cantik untuk dijadikan istri, selir atau budaknya. dan Sarah istri Nabi Ibrahim AS termasuk perempuan yang ditawan atau di rampas oleh raja mesir tersebut.

Menurut sumber kitab Perjanjian Lama, ketika Ibrahim dan Sarah tiba ditanah Mesir, kecantikan Sarah mengundang perhatian para pejabat disana, mereka kemudian melaporkanya ke Raja Mesir tentang berita kecantikan Sarah tersebut. Untuk mengatasi masalah tersebut, Ibrahim menyuruh Sarah untuk berpura pura menjadi adiknya, hal ini dilakukan agar ibrahim selamat, sebab jika mereka tahu bahwa Sarah sudah mempunyai suami yakni Ibrahim, Ibrahim pasti akan dibunuh dan Sarah akan dirampas untuk dipersembahkan ke Raja Mesir sebagai hadiah atau budak. Dizaman itu memang perbudakan adalah hal yang biasa dan kekuasaan Raja Raja pada era tersebut sangat besar hampir tak terbatas, pokoknya semua perintah raja harus ditaati.

Singkat cerita Sarah dan Nabi Ibrahim AS dibawa ke Istana Raja Mesir, dan Raja Mesir menghadiahi Ibrahim dengan hadiah yang besar, akan tetapi Raja tersebut meminta Sarah darinya, karena dikira Sarah adalah saudari Ibrahim. Singkat semenjak kejadian tersebut keluarga besar Raja Mesir mendapat berbagai bencana dan penyakit, setelah diselidiki oleh para dukun dan peramal kerajaan, ternyata Ibrahim bukan orang sembarangan, dia adalah orang yang dekat dengan tuhan dan ternyata Sarah bukan saudarinya, akan tetapi adalah istrinya. Setelah kebenaran ini terbongkar, Raja Mesir memarahi Ibrahim karena telah membohonginya, kemudian mengembalikan Sarah kepadanya, lalu Raja Mesir tersebut juga menghadiahi Sarah dan Ibrahim seorang pelayan dari Mesir yang bernama Hajar.

Singkat cerita Nabi Ibrahim berkumpul kembali bersama Sarah dan beberapa kerabatnya untuk kembali ke tanah Syam atau tanah Kana’an dan membangun pemukiman sederhana disana. Waktu terus berjalan tapi Nabi Ibrahim dan Sarah tidak juga dikaruniai seorang anak, padahal keduanya ketika itu sudah berusia tua. Maka dengan inisiatif kebesaran hati Sarah, Sarah meminta Nabi Ibrahim untuk menikahi Hajar agar mendapatkan keturunan. awalnya Nabi Ibrahim AS menolak saran tersebut, namun setelah merenung cukup lama  akhirnya beliau setuju, karena memang Ibrahim memerlukan seorang keturunan yang nantinya akan mewarisi ajaran agamnya yakni menyembah tuhan yang Esa, dimana ketika itu kebanyakan manusia telah hidup dalam kesesatan, menyembah dewa dewa dan berhala berhala.

Pernikahan Ibrahim dan Hajar

Singkat cerita Nabi Ibrahim dan Hajar pun akhirnya menikah, tidak berselang lama, mereka berdua dikaruniai seorang anak lelaki yang diimpi impikanya selama ini. Anak ini diberi nama Ismail yang artinya orang yang mendengar pesn pesan Tuhan. Kebahagiaan dan suka cita menyelimuti keluarga shalih tersebut, tapi moment moment bahagia ini tidak berlangsung lama, sebab Sarah diam diam merasa cemburu dan hatinya hancur. dada Sarah serasa mau meledak. walau bagaimanapun dia tetaplah seorang wanita biasa yang mempunyai rasa cemburu. Melihat Ibrahim bermain dan menimang nimang Ismail kecil setiap hari, hatinya serasa hancur berkeping keping, selain cemburu juga dirinya merasa gagal jadi seorang istri karena belum bisa memberikan keturunan kepada Ibrahim. dirinya yang begitu lama menemani Ibrahim, menjalani suka duka berdua tidak kunjung dikarunia seorang anak juga, sedangkan ketika bersama Hajar yang seorang pelayanya dan hanya sebentar langsung dikarunia seorang anak. Dunia serasa tidak adil baginya, begitulah kira kira isi pikiran sarah, sampai akhirnya hari itu pun tiba.

Dilema diantara dua pilihan

Kini Ibrahim banyak meluangkan waktunya untuk ismail kecil, hampir setiap hari ibrahim menemani anak pertamanya itu, membopongnya, menimang nimangnya, tertawa bersamanya, sedangkan istri barunya yakni hajar duduk disampingnya sambil tersenyum penuh kebahagiaan. Namun sarah hanya memperhatikanya dari jauh. Dalam hatinya sebenarnya dia juga bahagia karena suaminya terlihat sangat bahagia, namun disisi lain hatinya sakit bagaikan teriris iris oeh pisau yang sangat tajam. Awalnya sarah masih bisa menahan gejolak hatinya tersebut, namun lama lama dia tidak bisa menutupi rasa cemburunya tersebut.

Awalnya hanya konflik kecil kecilan saja, namun lama kelamaan konflik diantara mereka semakin besar, masalah ini membuat Ibrahim yang baru merasakan kebahagiaan karena mempunyai anak menjadi sedih. Sampai akhirnya sarah meminta pada ibrahim untuk memilih salah satu diantara mereka, memilih sarah atau memilih hajar. Tak lama kemudian Ibrahim mendapat wahyu dari Allah SWT untuk membawa Hajar dan Ismail ke selatan. Karena ini perintah Allah SWT, Ibrahim tentu tidak bisa menolaknya, dengan perasaan yang sedih Ibrahim membawa keduanya keselatan. Ibrahim menaikan Hajar dan Ismail kecil keatas unta, sementara beliau yang menuntun onta tersebut.

Setelah melalui perjalanan yang panjang selama berhari hari, melintasi gurun pasir yang tandus akhirnya mereka sampai ditempat tujuan. Namun betapa terkejutnya Hajar ketika tempat yang dimaksud adalah sebuah lembah tandus yang tidak berpenghuni dan tidak ada tanaman apapun yang bisa dikonsumsi. Kemudian Ibrahim membantu Hajar dan Ismail kecil turun dari unta, lalu beliau meletakan sekantung kurma kering dan sekantung air, lalu berbalik badan pergi meninggalkan anak dan istrinya ditempat tersebut. Sontak Hajar yang bingung dan sedih berusaha mengejar suaminya tersebut, namun Ibrahim tetap pergi meninggalkan mereka berdua tanpa menoleh sedikitpun. Hajar berteriak :”ibrahim mengapa engkau meninggalkan kami berdua dilembah yang tidak berpenghuni dan tidak ada apa apanya ini?” hajar terus mengulangi seruanya tersebut, namun Ibrahim terus berjalan menjauhi Hajar dan Ismail kecil tanpa menoleh kebelakang sedikitpun.

Akhirnya Hajar berkata: “apakah Allah yang memerintahkanmu untuk melakukan ini?” Ibrahim menjawab: “iya:, lalu Hajar berkata: “kalau demikian maka Allah pasti tidak akan menelantarkan kami berdua”. Ibrahim terus berjalan meninggalkan Hajar dan Ismail yang masih balita yang sedang menangis, setelah agak jauh, Ibrahim lalu menengadahkan kedua tanganya ke langit alu berdoa kepada Allah, yang doa ini di abadikan di dalam Al-Qur’an surat Ibrahim ayat 37 yang berbunyi:

رَبَّنَآ اِنِّيْٓ اَسْكَنْتُ مِنْ ذُرِّيَّتِيْ بِوَادٍ غَيْرِ ذِيْ زَرْعٍ عِنْدَ بَيْتِكَ الْمُحَرَّمِۙ رَبَّنَا لِيُقِيْمُوا الصَّلٰوةَ فَاجْعَلْ اَفْـِٕدَةً مِّنَ النَّاسِ تَهْوِيْٓ اِلَيْهِمْ وَارْزُقْهُمْ مِّنَ الثَّمَرٰتِ لَعَلَّهُمْ يَشْكُرُوْنَ ٣٧

Terjemahanya:

37.  Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tidak ada tanamannya (dan berada) di sisi rumah-Mu (Baitullah) yang dihormati. Ya Tuhan kami, (demikian itu kami lakukan) agar mereka melaksanakan salat. Maka, jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan anugerahilah mereka rezeki dari buah-buahan. Mudah-mudahan mereka bersyukur.

Perjuangan seorang Ibu

Singkat cerita tidak lama perbekalan yang ditinggalkan Ibrahim yakni sekantung kurma dan sedikit air sudah habis, sementara anaknya yakni Ismail yang masih kecil terus menangis meminta susu, disaat itulah Hajar benar benar kebingungan, dia berlari lari diantara dua bukit pasir yang ada disana untuk mencari air atau meminta pertolongan, namun tempat tersebut sunyi dan kosong, disana hanya ada mereka berdua saja, Hajar tidak menyerah, naluri keibuanya terus mendorongnya untuk mencari bantuan dengan berlari lari kecil naik turun diantara dua bukit pasir yang ada disana. Hajar terus menerus naik turun di kedua bukit tersebut sampai 7 kali berharap menemukan sedikit air atau bertemu seseorang yang bisa dimintai bantuan, namun yang ada hanya suara desir angin di padang pasir yang kosong dan tandus.

Ketika hajar hampir putus asa, tiba tiba dari bawah kaki Ismail kecil yang sedang menagis munculah mata air, hajar langsung menaruh air yang menyumber deras tersebut kedalam kantung air yang sudah kosong dan meminum untuk dirinya dan anaknya. Kini mata air tersebut dinamakan sumur zam zam. Dinamakan demikian karena ketika mata air tersebut keluar untuk pertama kalinya, air-nya begitu deras hingga tidak mau berhenti, spontan hajar berkata “Zami Zami” yang artinya berhenti berhenti. Lalu dua bukit yang dimaksud adalah bukit shafa dan bukit marwa yang ada di kota Mekah, dan peristitiwa lari lari kecil yang dilakukan oleh Hajar kemudian hari di abadikan dalam salah satu rangkaian ritual Ibadah Haji yang bernama Sa’i untuk mengenang perjuangan dan pengorbanan ibunda Nabi Ismail tersebut.

Ditempat lain yang tidak jauh dari lokasi Hajar dan Ismail ada segolongan suku nomaden yang sedang kehausan dan sedang mencari air, tiba tiba salah satu dari rombongan tersebut melihat ada beberapa burung yang sedang terbang berputar putar di langit, sebagai suku nomaden yang hidupnya berpindah pindah tentu menyadari isyarat alam tersebut, biasanya jika ada grombolan burung terbang berputar putar di langit, dibawahnya biasanya ada makanan atau ada air. Lantar rombongan suku tersebut mendekati lokasi yang dimaksud dan akhirnya mereka bertemu Hajar dan Ismail kecil yang sedang istirahat disamping sumber mata air zam zam itu. Suku nomaden tersebut adalah suku Jurhum, yakni suku arab nomaden yang berasal dari yaman. Lantas mereka meminta izin kepada Hajar untuk tinggal di dekat sumber air tersebut, dan Hajar mengizinkannya dengan syarat bahwa sumur Zamzam tetap menjadi hak keluarganya. Ismail kemudian tumbuh besar di antara orang-orang Jurhum dan mempelajari bahasa Arab dari mereka. Kemudian tempat tersebut mulai berkembang menjadi pemukiman yang besar dan pusat perdagangan dan kemudian hari tempat tersebut dinamakan kota Mekkah. Ketika Ismail dewasa, dia menikah dengan salah satu perempuan dari suku tersebut. Nabi Ismail, yang merupakan putra dari Nabi Ibrahim, kemudian menjadi tokoh penting dalam sejarah Mekkah, dan dari keturunannya lahir Suku Arab Qurais, termasuk Nabi Muhammad SAW.

Perintah Membangun Ka'bah

Setelah beberapa tahun, Nabi Ibrahim kembali ke Mekkah untuk menjenguk Ismail. Saat itu, Allah memberikan perintah kepada Nabi Ibrahim dan Ismail untuk membangun Ka'bah, sebuah rumah ibadah yang akan menjadi pusat tauhid (penyembahan kepada Allah yang Esa) bagi umat manusia. Hal ini terjadi ketika Ismail sudah dewasa, sebab Ibrahim mengunjungi Ismail beberapa kali, dulu ketika Ismail baru menginjak usia remaja, Ibrahim juga pernah mengunjunginya untuk melaksanakan perintah Allah, yakni menyembelih Ismail yang kemudian diganti dengan domba gibas. Sekarang ketika Ismail sudah dewasa, Ibrahim juga mengunjunginya lagi untuk melaksanakan perintah Allah selanjutnya, yakni membangun rumah ibadah (Ka’bah) untuk menyembah Allah yang Esa sampai hari kiamat. Peristiwa ini diceritakan dalam Al-Qur'an Surah Al-Baqarah ayat 127

وَاِذْ يَرْفَعُ اِبْرٰهٖمُ الْقَوَاعِدَ مِنَ الْبَيْتِ وَاِسْمٰعِيْلُۗ رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا ۗ اِنَّكَ اَنْتَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ ١٢٧

Terjemahanya

127.  (Ingatlah) ketika Ibrahim meninggikan fondasi Baitullah bersama Ismail (seraya berdoa), “Ya Tuhan kami, terimalah (amal) dari kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.

Nabi Ibrahim dan Ismail bekerja bersama-sama membangun Ka'bah di tempat yang telah ditentukan oleh Allah. Nabi Ismail mengusung batu batuan yang diperlukan, sedangkan Nabi Ibrahim yang menatanya. Ketik bangunan sudah mulai meninggi, Nabi Ismail mencarikan ayahnya sebuah batu untuk pijakan. Ditaruhnya batu tersebut di tempat yang diperlukan, kemudian Nabi Ibrahim berdiri diatas batu tersebut sambil mengamati bangunan tersebut. Kini batu tersebut dinamakan dengan Maqam Ibrahim, sebab di atas batu tersebut terdapat bekas pijakan kaki Nabi Ibrahim. Dalam hal ini Allah berfirman di dalam Surah Al-Baqarah ayat 125:

وَاِذْ جَعَلْنَا الْبَيْتَ مَثَابَةً لِّلنَّاسِ وَاَمْنًاۗ وَاتَّخِذُوْا مِنْ مَّقَامِ اِبْرٰهٖمَ مُصَلًّىۗ وَعَهِدْنَآ اِلٰٓى اِبْرٰهٖمَ وَاِسْمٰعِيْلَ اَنْ طَهِّرَا بَيْتِيَ لِلطَّاۤىِٕفِيْنَ وَالْعٰكِفِيْنَ وَالرُّكَّعِ السُّجُوْدِ ١٢٥

Terjemahannya

125.  (Ingatlah) ketika Kami menjadikan rumah itu (Ka‘bah) tempat berkumpul dan tempat yang aman bagi manusia. (Ingatlah ketika Aku katakan,) “Jadikanlah sebagian Maqam Ibrahim sebagai tempat salat.” (Ingatlah ketika) Kami wasiatkan kepada Ibrahim dan Ismail, “Bersihkanlah rumah-Ku untuk orang-orang yang tawaf, yang iktikaf, serta yang rukuk dan sujud (salat)!”

Maqam Ibrahim hingga kini berada di dekat Ka'bah, dan banyak jamaah Haji serta umrah yang melakukan Shalat di dekat Maqam Ibrahim tersebut. Nabi Ibrahim dan Ismail berdoa agar bangunan ka’bah tersebut menjadi tempat suci bagi umat manusia dan agar keturunan mereka tetap berada di atas jalan yang benar. Setelah Ka'bah selesai dibangun, Allah memerintahkan Ibrahim untuk menyeru manusia agar datang ke Mekkah untuk melaksanakan ibadah Haji. Hal ini disebutkan dalam Al-Qur'an Surah Al-Hajj ayat 27

وَاَذِّنْ فِى النَّاسِ بِالْحَجِّ يَأْتُوْكَ رِجَالًا وَّعَلٰى كُلِّ ضَامِرٍ يَّأْتِيْنَ مِنْ كُلِّ فَجٍّ عَمِيْقٍ ۙ ٢٧

Terjemahanya

27.  Wahai Ibrahim, serulah manusia untuk (mengerjakan) haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki dan mengendarai unta kurus yang datang dari segenap penjuru yang jauh.

Dalam salah satu riwayat, Nabi Ibrahim ketika menyeru manusia untuk berhaji, dia naik ke atas gunung Abi Qubais lalu menyeru manusia dengan suara yang lantang: “wahai manusia sesungguhnya tuhan kalian telah membangunkan untuk kalian sebuah rumah, maka berhajilah kepadanya”. Allah memperdengarkan suara Nabi Ibrhim kedalam dada orang orang yang beriman sampai hari kiamat, maka semenjak saat itu, dimulailah ritual ibadah Haji sampai hari ini. Ka'bah menjadi kiblat bagi umat Islam, dan hingga kini Ka'bah adalah pusat dari ritual ibadah haji yang dilakukan setiap tahun oleh jutaan Muslim dari seluruh dunia.

Perkembangan Mekkah sebagai Pusat Ibadah

Setelah Ka'bah dibangun, Mekkah mulai menjadi pusat ibadah dan perdagangan. Mekkah tidak hanya menjadi pusat spiritual, tetapi juga pusat ekonomi bagi suku-suku Arab. Mereka datang ke Mekkah untuk beribadah, dan juga untuk berdagang di sekitar Ka'bah, terutama selama bulan-bulan suci. Dalam perkembangan selanjutnya, kota Mekkah menjadi semakin penting dengan adanya keturunan Nabi Ismail yang melanjutkan penjagaan Ka'bah. Ka'bah tetap menjadi simbol tauhid yang berfungsi sebagai pusat penyembahan kepada Allah hingga kedatangan Nabi Muhammad SAW yang kemudian memperbaharui ajaran tauhid yang sydah melenceng ketika itu dan membersihkan Ka'bah dari berhala-berhala yang dipasang oleh kaum Quraisy.[1]

Kesimpulan

Sejarah Mekkah dalam Islam dimulai dari peristiwa penting ketika Nabi Ibrahim meninggalkan Hajar dan Ismail di lembah tandus yang kemudian diberkahi oleh Allah dengan keluarnya air Zamzam. Pembangunan Ka'bah oleh Ibrahim dan Ismail menandai titik awal penting dari kota Mekkah sebagai pusat ibadah umat Islam. Dari keturunan Ismail, muncul bangsa Arab Qurais, dan di kemudian hari, Nabi Muhammad SAW lahir di Mekkah dan membawa kembali ajaran tauhid yang murni, yang ketika itu sudah banyak ditinggalkan oleh kaum Qurais. Sejarah ini menunjukkan peran penting Nabi Ibrahim dan Ismail dalam menegakkan fondasi keimanan yang sampai hari ini dipraktikkan oleh umat Islam di seluruh dunia, terutama dalam ibadah Haji dan Umrah yang berpusat di Mekkah.

 



[1] Ahmad Mahdi Rizqullah, Biografi Rasulullah, (Jakarta: Qisthi Press, 2005), Hlm: 43-50

Post a Comment

Previous Post Next Post