Top News

Sejarah Nabi Muhammad SAW Part 2 (Asal Ssul Bangsa Arab)



Daftar isi

pendahuluan. 1

1. Arab Ba'idah (العراب البائدة) 2

a. Kaum 'Ad. 2

b. Kaum Tsamud. 3

c. Kaum Tasm.. 5

d. Kaum Jadis. 5

e. Kaum Amaliqah (Amalek) 6

2. Arab Baqiyah (العرب الباقية) 6

a. Arab Qahtaniyah (العرب القحطانية) 7

b. Arab Adnaniyah (العرب العدنانية) 8

3. Wilayah Bangsa Arab. 10

4. Karakteristik Bangsa Arab Pra-Islam.. 10

5. Peran Bangsa Arab dalam Sejarah Islam.. 11

6. Agama Bangsa Arab Sebelum. 12

Kesimpulan. 13

 

pendahuluan

Bangsa Arab adalah termasuk salah satu bangsa tertua di dunia, dengan akar sejarah yang dapat ditelusuri jauh sebelum era Islam. Para sejarawan seperti Ibnu Jarir at-Thabari dan yang lainya  membagi bangsa Arab ke dalam dua kelompok besar, yaitu Arab Ba'idah (bangsa Arab yang sudah punah) dan Arab Badiyah/Arab Baqiyah (bangsa Arab yang masih ada hingga kini). Lalu Arab Badiyah/ Arab Baqiyah (bangsa Arab yang masih ada hingga kini), dibagi lagi menjadi dua kelompok, yakni Arab 'Aribah (Arab Asli) yang bersal dari keturunan Qahthan dan Arab Musta'ribah (Arab Pendatang/yang di Arabkan) yang berasal dari keturunan Adnan. Adnan adalah cicit dari Nabi Ismail AS[1]

1. Arab Ba'idah (العراب البائدة)

Bangsa Arab Ba'idah adalah bangsa Arab kuno yang telah punah karena bencana alam atau peperangan, atau karena faktor lainya. Bangsa Arab ini telah ada jauh sebelum era Islam. Informasi tentang Sejarah keberadaan mereka sangat sedikit yang dapat diketahui. karena cerita tentang keberadaan mereka berasal dari kitab-kitab Samawi, seperti kitab Perjanjian lama, Al-Qur’an dan juga bersumber dari syair syair Arab Jahili. Menurut suatu sumber, awalnya bangsa Arab Baidah ini mendiami daerah Babil di kawasan Asia kecil (sekarang menjadi bagian negara Turkiye), lalu mereka bermigrasi ke Semenanjung Arab bagian utara. Bangsa Arab Baidah terdiri dari berbagai suku atau kabilah seperti kaum ‘Ad, kaum Tsamud, kaum Tasm, kaum Jadis dan kaum Amaliqah (Amalek). Mereka inilah yang diduga merupakan keturunan asli dari bangsa Semit.

Berikut adalah profil singkat dari beberapa suku atau kaum Arab terkenal di masa lampau yang disebutkan:

a. Kaum 'Ad

Asal-usul:

Kaum 'Ad adalah salah satu kaum Arab kuno yang tinggal di wilayah Al-Ahqaf, (sekarang di Yaman). Mereka adalah keturunan dari 'Ad bin 'Aws bin Iram bin Sam bin Nuh. 

Kehidupan:

Kaum 'Ad dikenal sebagai kaum yang memiliki peradaban maju, terutama dalam hal arsitektur. Mereka membangun bangunan megah di daerah pegunungan pasir. 

Kisah dalam Al-Qur'an:

Nabi Hud diutus kepada mereka untuk mengingatkan agar tidak menyekutukan Allah. Namun, mereka menolak dan akhirnya diazab dengan angin kencang selama tujuh malam delapan hari, yang menghancurkan mereka seluruhnya. Kisah ini di ceritakan oleh al-Qur’an Surat Al-Haqqah ayat 6-8[2] dan Surat Al-A'raf ayat 65-72[3]. belakangan penggalian arkeologis menemukan prasasti yang merujuk pada "Iram" yang disebut sebagai kota utama kaum ‘Ad.

b. Kaum Tsamud

Asal-usul:

Kaum Tsamud adalah keturunan Tsamud bin Jatsir bin Iram bin Sam bin Nuh. Mereka tinggal di Al-Hijr, wilayah antara Hijaz dan Syam (sekarang di wilayah Madain Shalih, Arab Saudi bagian utara). 

Kehidupan:

Mereka dikenal memiliki keahlian memahat gunung gunung untuk dijadikan rumah. Hidup mereka makmur, tetapi mereka menyekutukan Allah. 

Kisah dalam Al-Qur'an:

Nabi Shaleh diutus kepada mereka dengan membawa mukjizat berupa unta betina yang keluar dari batu besar. Akan tetapi Mereka tetap menolak dakwah Nabi Shaleh tersebut, mereka bahkan membunuh unta tersebut. Akibatnya, mereka diazab dengan gempa bumi yang dahsyat. Peristiwa ini di ceritakan oleh al-Qur’an Surat Al-A'raf ayat 73-79[4] dan Surat Al-Hijr ayat 80-84.[5]

c. Kaum Tasm

Asal-usul:

Kaum Tasm adalah salah satu bangsa Arab kuno yang diyakini sebagai keturunan Imlaq (Amalek).

Kehidupan:

Mereka tinggal di wilayah jazirah Arab, namun informasi rinci tentang kehidupan mereka sangat terbatas. 

Kehancuran:

Menurut beberapa riwayat, mereka dihancurkan oleh kaum Jadis dalam peperangan internal yang sangat berdarah.

d. Kaum Jadis

Asal-usul:

Sama seperti kaum Tasm, mereka juga berasal dari keturunan Imlaq dan tinggal di jazirah Arab. 

Kehidupan:

Mereka dikenal sebagai kaum yang lemah dibandingkan kaum Tasm. Tasm seringkali menindas kaum Jadis, yang akhirnya memicu pemberontakan.

Kehancuran:

Setelah membalas dendam kepada kaum Tasm, kaum Jadis akhirnya punah akibat serangan dari luar, yang konon dilakukan oleh Himyar atau bangsa lain.

e. Kaum Amaliqah (Amalek)

Asal-usul:

Imlaq atau Amalek adalah salah satu keturunan dari Imlaq bin Lud bin Sam bin Nuh. Mereka adalah bangsa Arab kuno yang dianggap leluhur banyak suku Arab lainnya. 

Kehidupan:

Mereka dikenal sebagai kaum yang kuat dan memiliki peradaban besar. Beberapa riwayat menyebut bahwa mereka menyebar ke berbagai wilayah, termasuk Mesir, Syam, dan Irak.

Kehancuran:

Mereka mengalami kehancuran secara bertahap akibat peperangan dengan bangsa lain, termasuk Bani Israil. Kisah peperangan antara Kaum Amalek (Imlaq) dan Bani Israil tercatat dalam tradisi agama, dimulai saat kaum Amalek yang dikenal sebagai bangsa agresif menyerang Bani Israil di Rafidim, setelah Bani Israil keluar dari Mesir dalam perjalanan menuju tanah Kanaan. Nabi Musa, bersama Harun dan Hur, memimpin doa kepada Allah di atas bukit, sementara Yosua memimpin pasukan melawan Amalek. Selama Musa mengangkat tangannya, Bani Israil unggul, dan mereka akhirnya menang dengan bantuan doa tersebut. Kemudian, Allah memerintahkan pemusnahan kaum Amalek karena dosa-dosa mereka, dan Raja Saul (Thalut) memimpin pertempuran melawan mereka, tetapi melanggar perintah Allah dengan menyisakan Raja Agag hidup. Nabi Samuel menegur Saul, membunuh Agag, dan mengumumkan pencabutan hak Saul sebagai raja. Akibat kekalahan dalam peperangan dan dosa mereka, kaum Amalek akhirnya lenyap sebagai bangsa yang utuh.

2. Arab Baqiyah (العرب الباقية)

Arab Baqiyah adalah istilah yang merujuk pada bangsa Arab yang tetap eksis hingga kini, berbeda dengan Arab Ba’idah yang telah punah. Arab Baqiyah terdiri dari dua cabang besar, yaitu Arab Qahtaniyah dan Arab Adnaniyah, yang memiliki peran signifikan dalam sejarah, budaya, dan penyebaran bahasa Arab. Berikut penjelasan mengenai kedua cabang ini:

a. Arab Qahtaniyah (العرب القحطانية)

Arab Qahtaniyah adalah bangsa Arab asli yang dianggap sebagai "Arab Sejati" atau Arab ‘Aribah (العرب العاربة). Mereka adalah keturunan dari Qahtan yang di dalam kitab Taurat disebut Yaqzan. Qahtan adalah seorang tokoh yang sering disebut dalam sejarah Arab sebagai nenek moyang bangsa Arab yang berasal dari wilayah selatan Jazirah Arab, terutama Yaman dan sekitarnya.

Ciri-ciri dan Identitas Arab Qahtaniyah:

Asal-usul:

Mereka berasal dari wilayah Yaman kuno, yang pernah mendirikan kerajaan yang besar dan kuat seperti  kerajaan Saba.

Kebudayaan:

Mereka Dikenal dengan keunggulan dalam sistem irigasi dan peradaban yang maju, seperti pembangunan Bendungan Ma'rib (سد مأرب) oleh bangsa Saba'.

Bahasa:

Bahasa Arab mereka merupakan bentuk awal bahasa Arab kuno, yang kemudian berkembang menjadi bahasa Arab klasik.

Suku-suku:

Arab Qahtaniyah terdiri dari berbagai suku-suku besar seperti: suku Jurhum, suku Himyar dan suku Kahlan. Suku Jurhum yang nantinya membangun kota mekah bersama Hajar dan Ismail kecil yang ditinggal oleh nabi Ibrahim di lembah tandus nan gersang.  Suku Himyar Berperan penting dalam sejarah kerajaan Arab kuno, seperti Kerajaan Saba. dan Dari suku Kahlan melahirkan beberapa suku terkenal, diantaranya:

·       Suku Azdi: Menyebar ke berbagai wilayah seperti Oman, Hijaz, dan Syam (termasuk suku Aus dan Khazraj di Madinah). 

·       Suku Ghassan: Bermigrasi ke Syam dan mendirikan kerajaan Ghassanid. 

·       Suku Kinda: Mendominasi wilayah tengah Jazirah Arab.

Peran Arab Qahtaniyah:

·       Arab Qahtaniyah menjadi pelopor dalam peradaban Arab kuno di wilayah Jazirah Arab bagian selatan.

·       Banyak dari mereka yang bermigrasi ke Jazirah Arab bagian utara setelah kehancuran Bendungan Ma'rib, sehingga menyebarkan budaya dan bahasa mereka.

b. Arab Adnaniyah (العرب العدنانية)

Arab Adnaniyah adalah bangsa Arab yang berasal dari keturunan Adnan, yang merupakan keturunan dari Nabi Ismail AS, putra Nabi Ibrahim AS. Mereka disebut juga sebagai "Arab Musta'ribah" (العرب المستعربة), yaitu bangsa yang ter-Arabisasi, karena leluhur mereka tidak berasal dari Jazirah Arab/ bukan orang arab, tetapi akhirnya mengadopsi budaya Arab.[6] Sebab leluhur asal mereka adalah nabi Ismail yang aslinya bukan orang arab. Ibu Nabi Ismail adalah Hajar yang berasal dari Mesir, kemungkinan berbahasa koptik mesir, dan ayahnya adalah Nabi Ibrahim yang berasal dari Mesopotamia yang kemungkinan berbahasa suryani kuno atau berbahasa Aramaik kuno.

Ciri-ciri dan Identitas Arab Adnaniyah:

Asal-usul:

Bermula dari wilayah Hijaz (Makkah dan sekitarnya). Ketika Nabi Ismail menikah dengan perempuan dari suku Jurhum (suku Qahtaniyah), sehingga keturunan beliau terintegrasi dalam budaya Arab.

Bahasa:

Bahasa Arab mereka awalnya dipengaruhi oleh bahasa Qahtaniyah melalui interaksi dengan suku Jurhum. Nabi Ismail dikenal sebagai orang pertama dari keturunan non-Arab yang fasih berbahasa Arab.

Suku-suku:

Bangsa Arab Adnaniyah terdiri dari banyak suku suku besar, yang paling terkenal diantaranya adalah:

·       suku Quraisy: Suku Nabi Muhammad SAW, yang memimpin kota Makkah dan Ka'bah.

·       suku Tamim

·       suku Hudhail

·       suku Mudar

Silsilah Keturunan:

  Nabi Ismail → Adnan → Ma'ad → Nizar → Mudhar → Quraisy.

Peran Arab Adnaniyah:

·       Arab Adnaniyah menjadi pemimpin dalam penyebaran agama Islam ke seluruh dunia, terutama melalui suku Quraisy. Nabi Muhammad SAW sendiri berasal dari cabang ini.

·       Mereka memainkan peran penting dalam menjaga tradisi dan budaya Arab, termasuk bahasa Arab klasik yang merupakan bahasa Al-Qur'an.

Perbedaan Antara Arab Qahtaniyah dan Adnaniyah

Aspek

Arab Qahtaniyah

Arab Adnaniyah

Asal-usul

Keturunan Qahtan, Arab asli       

Keturunan Nabi Ismail, ter-Arabisasi

Wilayah asal

Yaman dan selatan Jazirah Arab

Hijaz dan utara Jazirah Arab

Bahasa

Arab kuno

Arab yang dipengaruhi Jurhum       

Peran sejarah

Pusat peradaban awal (Saba', Himyar)

Pemimpin penyebaran Islam

 

 

 

 

Kesinambungan Arab Baqiyah Hingga Kini

Bangsa Arab modern, terutama di Jazirah Arab, dapat ditelusuri berasal dari kedua cabang ini. Mereka mempertahankan bahasa Arab sebagai bahasa utama, yang kini menjadi bahasa resmi di banyak negara. Tradisi dan identitas mereka tetap hidup dalam budaya, sastra, dan agama, terutama Agama Islam. Arab Qahtaniyah dan Adnaniyah bersama-sama membentuk fondasi peradaban Arab yang dikenal hingga kini, dengan warisan sejarah yang sangat kaya.

3. Wilayah Bangsa Arab

Jazirah Arab/semenanjung Arab terletak di bagian barat daya benua Asia. Semenanjung ini berbatasan dengan: di sebelah utara dengan Irak dan Suriah, di sebelah timur dengan Teluk Persia dan Laut Oman,  di sebelah selatan dengan Samudera Hindia dan di sebelah barat dengan Laut Merah. Kawasan ini sebagian besar berupa gurun yang terhampar luas di tengah-tengahnya, dengan iklim gurun yang panas dan gersang.

Dilihat dari tempat tinggalnya, bangsa Arab dapat dibagi menjadi dua kelompok: penduduk pedalaman (Arab Badui) dan penduduk perkotaan (Arab Madani). Penduduk pedalaman dikenal sebagai kaum nomad, mereka tidak memiliki tempat tinggal tetap atau perkampungan permanen. Mereka hidup dengan berpindah-pindah dari satu wilayah ke wilayah lain, membawa serta ternak mereka untuk mencari sumber air dan padang rumput. Sebaliknya, penduduk yang mendiami perkotaan telah menetap di kota-kota dengan tempat tinggal yang permanen. Mereka menggantungkan hidupnya pada perdagangan dan pertanian. Penduduk kota memiliki kemampuan berdagang yang baik dan teknik bercocok tanam yang cukup maju. Kehidupan bangsa Arab, baik yang nomad maupun yang menetap di perkotaan, terorganisasi dalam sistem kabilah. Namun, hal ini sering kali memicu perselisihan dan konflik. Menjelang kemunculan Islam, wilayah Arab berada dalam keadaan penuh dengan peperangan yang tiada henti.

beberapa wilayah utama yang berperan dalam pembentukan identitas bangsa Arab yaitu: 

1. Hijaz: Tempat berdirinya dua kota suci yakni Makkah dan Madinah. 

2. Najd: Wilayah padang pasir di tengah Jazirah Arab. 

3. Yaman: Dikenal dengan peradaban kuno dan kemajuan pertaniannya. 

4. Syam: Wilayah utara Jazirah Arab yang menjadi tempat migrasi sebagian bangsa Arab. 

4. Karakteristik Bangsa Arab Pra-Islam

1. Kehidupan Sosial: Bangsa Arab pra-Islam hidup dalam sistem kesukuan yang kuat. Setiap suku memiliki pemimpin (syekh) yang sangat dihormati. 

2. Bahasa Arab: Bahasa ini berkembang dari dialek-dialek suku, yang akhirnya menjadi bahasa Arab Klasik yang mana Al-Qur'an memakai bahasa ini.

3. Tradisi dan Kebudayaan: Mereka terkenal dengan syair-syair indah yang menjadi cikal bakal sastra Arab klasik.

5. Peran Bangsa Arab dalam Sejarah Islam

Bangsa Arab memiliki peran yang sangat penting dalam sejarah penyebaran Islam sejak kemunculannya pada abad ke-7 M. Nabi Muhammad SAW, yang berasal dari suku Quraisy, membawa risalah Islam sebagai panduan hidup yang mulia, beliau berhasil menyatukan bangsa Arab yang sebelumnya terpecah-pecah dalam konflik antar kabilah dan kepercayaan jahiliah yang sesat. Penyatuan bangsa Arab di bawah panji Islam menjadi awal dari transformasi besar yang tidak hanya memengaruhi Semenanjung Arab, tetapi juga dunia secara keseluruhan. 

Setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW, para khalifah penggantinya atau yang sering di sebut Khulafaur Rasyidin melanjutkan perjuangan beliau dalam menyebarkan Islam Melalui dakwah, diplomasi, dan jihad. bangsa Arab berhasil menyebarkan agama ini ke wilayah-wilayah seperti Persia, Asia Tengah, Syam, Mesir, hingga Afrika Utara. Peran mereka tidak hanya terbatas pada penyebaran agama Islam, tetapi juga dalam membangun peradaban Islam yang maju. Mereka mendirikan kota-kota besar seperti Bashrah, Kufah, Samara dan Baghdad, yang menjadi pusat ilmu pengetahuan, budaya, dan pemerintahan Islam. 

Bangsa Arab juga memainkan peran penting dalam kodifikasi Ilmu Pengetahuan dan pelestarian ajaran Islam. Bahasa Arab menjadi bahasa Al-Qur'an, yang mempersatukan umat Islam di seluruh dunia. Para ulama seperti Imam Malik, Imam Abu Hanifah, Imam Syafi'i, dan Imam Ahmad bin Hanbal, Imam Bukhari, Imam Ibnu Jarir At-Thabari juga memberikan kontribusi besar dalam bidang ilmu fikih, tafsir, hadis, dan Sejarah.

Selain itu, keberhasilan bangsa Arab dalam menciptakan jaringan perdagangan yang luas turut membantu penyebaran Islam. Melalui jalur perdagangan darat dan laut, agama Islam menyebar ke wilayah-wilayah yang jauh seperti Asia Tenggara, Sub-Sahara Afrika, dan Eropa. Para pedagang Arab tidak hanya membawa barang dagangan, tetapi juga nilai-nilai Islam yang menarik perhatian masyarakat lokal. 

Pada masa Dinasti Umayyah dan Abbasiyah, peran bangsa Arab dalam penyebaran Islam semakin meluas. Wilayah kekuasaan Islam mencapai Spanyol di barat hingga ke India di timur. Para penguasa Arab tidak hanya memperluas wilayah kekuasaan, tetapi juga memajukan ilmu pengetahuan, seni, dan arsitektur, yang hingga kini meninggalkan jejak bersejarah yang sangat berarti. 

Dengan demikian, bangsa Arab tidak hanya berperan sebagai penyebar agama Islam, tetapi juga sebagai penjaga warisan peradaban Islam yang kaya. Peran mereka dalam sejarah Islam mencakup aspek spiritual, intelektual, dan budaya, yang terus dikenang dan dihormati hingga saat ini. 

6. Agama Bangsa Arab Sebelum.

Bangsa Arab, sebelum kedatangan Islam, telah memiliki kepercayaan yang mengakui Allah SWT sebagai Tuhan, yang merupakan warisan dari ajaran Nabi Ibrahim AS dan Nabi Ismail AS. Keyakinan ini dikenal sebagai agama hanif, yang menekankan konsep keesaan Allah SWT. Namun, seiring waktu, keyakinan ini mengalami kemerosotan akibat masuknya takhayul dan berbagai penyimpangan, sehingga kemurniannya pun hilang. Penyimpangan tersebut melahirkan agama Wasaniyah, yakni keyakinan yang menyekutukan Allah dengan penyembahan batu (ansab) dan patung (asnam). Berhala-berhala ini dijadikan sebagai perantara oleh bangsa Arab, karena mereka merasa tidak mungkin berhubungan langsung dengan Allah SWT. Setiap kabilah memiliki berhala yang disembah, sementara berhala terkenal seperti Hubal, Manata, Lata, dan Uzza ditempatkan di sekitar Ka’bah. Ketika Nabi Muhammad SAW menaklukan kota Makkah  (Fath Makkah), seluruh berhala di sekitar Ka’bah dihancurkan. 

Namun, tidak semua orang Arab Jahiliah menganut agama Wasaniyah. Ada pula sebagian kabilah yang memeluk agama Yahudi dan Nasrani. Bangsa Arab Aribah, yang bermukim di wilayah selatan Semenanjung Arab, berhasil mendirikan kerajaan-kerajaan besar dengan kota-kota yang megah dan istana istana dengan arsitektur tinggi. Mereka memiliki keunggulan dalam mengelola pertanian melalui sistem irigasi, seni ukir, ilmu perbintangan, dan hubungan dagang internasional. Selain itu, mereka juga memiliki angkatan perang yang sangat tangguh.

Bukti material dari kebudayaan dan peradaban bangsa Arab di masa lampau dapat ditemukan hingga kini. Contohnya adalah puing-puing Bendungan Ma’arib yang dibangun oleh Kerajaan Saba di Yaman, bangunan suci Ka’bah yang dibangun kembali oleh Nabi Ibrahim AS di Mekah, serta patung-patung dan benda-benda peninggalan sejarah lainnya. Selain itu, bangsa Arab Jahiliah, juga memiliki kekayaan budaya nonmaterial. Di kalangan mereka terdapat para penyair ulung, penutur cerita prosa, ahli pidato, ahli peribahasa, tukang tenung, peramal, dan penunggang kuda yang tangkas.

Namun, kehidupan sosial bangsa Arab Jahiliah sangat terpecah karena pola hidup berkabilah-kabilah, yang sering memicu permusuhan dan peperangan berkepanjangan. Norma-norma moral yang ketat tidak menjadi pedoman hidup mereka, sehingga kebiasaan buruk seperti minum arak, berjudi, berzina, mencuri, dan merampok dianggap lumrah. Kaum wanita dipandang sangat rendah, sering dianggap sebagai harta yang bisa diwariskan atau diperjualbelikan. Bahkan, ada tradisi mengubur anak perempuan hidup-hidup karena dianggap sebagai beban atau aib bagi keluarga.

Gabungan budaya material dan nonmaterial ini menggambarkan kehidupan bangsa Arab sebelum Islam, dengan keunggulan dalam beberapa bidang tetapi juga diselimuti oleh norma dan tradisi yang memprihatinkan. Islam kemudian hadir untuk menghapus keburukan ini dan menyatukan mereka di bawah ajaran tauhid yang murni.

Kesimpulan

Bangsa Arab memiliki akar sejarah yang sangat tua dan terbagi menjadi dua kelompok utama, yaitu Arab Ba'idah (yang telah punah) dan Arab Baqiyah (yang masih eksis hingga kini). Arab Ba'idah terdiri dari berbagai suku seperti kaum 'Ad, Tsamud, Tasm, Jadis, dan Amaliqah, yang dikenal memiliki peradaban maju, tetapi akhirnya punah karena berbagai sebab seperti bencana alam atau peperangan. Sementara itu, Arab Baqiyah terdiri dari dua cabang besar, yaitu Arab Qahtaniyah dan Arab Adnaniyah, yang memainkan peran signifikan dalam sejarah dan kebudayaan Arab hingga sekarang.

Arab Qahtaniyah, yang berasal dari wilayah Yaman, dikenal sebagai Arab asli dengan peradaban yang maju, seperti pembangunan Bendungan Ma'rib oleh bangsa Saba. Mereka berperan penting dalam menyebarkan budaya dan bahasa Arab kuno ke wilayah lain, terutama setelah kehancuran Bendungan Ma'rib. Di sisi lain, Arab Adnaniyah adalah keturunan Nabi Ismail AS yang terintegrasi dalam budaya Arab melalui interaksi dengan suku Jurhum. Arab Adnaniyah memainkan peran besar dalam penyebaran Islam, dengan Nabi Muhammad SAW berasal dari cabang ini.

 

Kehidupan bangsa Arab juga terbagi berdasarkan tempat tinggal mereka, yaitu penduduk pedalaman (Arab Badui) yang hidup nomaden dan penduduk perkotaan (Arab Madani) yang menetap secara permanen. Penduduk pedalaman mengandalkan penggembalaan ternak, sementara penduduk perkotaan berkembang dalam bidang perdagangan dan pertanian. Perbedaan ini menunjukkan diversitas cara hidup bangsa Arab, yang disesuaikan dengan kondisi geografis Jazirah Arab yang sebagian besar berupa gurun.

Secara keseluruhan, baik Arab Qahtaniyah maupun Adnaniyah memberikan kontribusi besar terhadap peradaban Arab, khususnya dalam bidang budaya, bahasa, dan agama. Warisan mereka tetap hidup dalam tradisi, sastra, dan terutama melalui peran penting mereka dalam penyebaran Islam. Dengan akar sejarah yang kaya, bangsa Arab menjadi salah satu bangsa yang memiliki pengaruh besar dalam sejarah dunia.



[2] وَاَمَّا عَادٌ فَاُهْلِكُوْا بِرِيْحٍ صَرْصَرٍ عَاتِيَةٍۙ ٦ سَخَّرَهَا عَلَيْهِمْ سَبْعَ لَيَالٍ وَّثَمٰنِيَةَ اَيَّامٍۙ حُسُوْمًا فَتَرَى الْقَوْمَ فِيْهَا صَرْعٰىۙ كَاَنَّهُمْ اَعْجَازُ نَخْلٍ خَاوِيَةٍۚ ٧ فَهَلْ تَرٰى لَهُمْ مِّنْۢ بَاقِيَةٍ ٨

Terjemahan Kemenag 2019

6.  sedangkan (kaum) ‘Ad telah dibinasakan dengan angin topan yang sangat dingin.

7.  Dia menimpakan angin itu kepada mereka selama tujuh malam delapan hari terus-menerus. Maka, kamu melihat kaum (‘Ad) pada waktu itu mati bergelimpangan seperti batang-batang pohon kurma yang telah (lapuk) bagian dalamnya.

8.  Adakah kamu melihat seorang pun yang masih tersisa di antara mereka?

[3] ۞ وَاِلٰى عَادٍ اَخَاهُمْ هُوْدًاۗ قَالَ يٰقَوْمِ اعْبُدُوا اللّٰهَ مَا لَكُمْ مِّنْ اِلٰهٍ غَيْرُهٗۗ اَفَلَا تَتَّقُوْنَ ٦٥ قَالَ الْمَلَاُ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا مِنْ قَوْمِهٖٓ اِنَّا لَنَرٰىكَ فِيْ سَفَاهَةٍ وَّاِنَّا لَنَظُنُّكَ مِنَ الْكٰذِبِيْنَ ٦٦ قَالَ يٰقَوْمِ لَيْسَ بِيْ سَفَاهَةٌ وَّلٰكِنِّيْ رَسُوْلٌ مِّنْ رَّبِّ الْعٰلَمِيْنَ ٦٧ اُبَلِّغُكُمْ رِسٰلٰتِ رَبِّيْ وَاَنَا۠ لَكُمْ نَاصِحٌ اَمِيْنٌ ٦٨ اَوَعَجِبْتُمْ اَنْ جَاۤءَكُمْ ذِكْرٌ مِّنْ رَّبِّكُمْ عَلٰى رَجُلٍ مِّنْكُمْ لِيُنْذِرَكُمْۗ وَاذْكُرُوْٓا اِذْ جَعَلَكُمْ خُلَفَاۤءَ مِنْۢ بَعْدِ قَوْمِ نُوْحٍ وَّزَادَكُمْ فِى الْخَلْقِ بَصْۣطَةً ۚفَاذْكُرُوْٓا اٰلَاۤءَ اللّٰهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ ٦٩ قَالُوْٓا اَجِئْتَنَا لِنَعْبُدَ اللّٰهَ وَحْدَهٗ وَنَذَرَ مَا كَانَ يَعْبُدُ اٰبَاۤؤُنَاۚ فَأْتِنَا بِمَا تَعِدُنَآ اِنْ كُنْتَ مِنَ الصّٰدِقِيْنَ ٧٠ قَالَ قَدْ وَقَعَ عَلَيْكُمْ مِّنْ رَّبِّكُمْ رِجْسٌ وَّغَضَبٌۗ اَتُجَادِلُوْنَنِيْ فِيْٓ اَسْمَاۤءٍ سَمَّيْتُمُوْهَآ اَنْتُمْ وَاٰبَاۤؤُكُمْ مَّا نَزَّلَ اللّٰهُ بِهَا مِنْ سُلْطٰنٍۗ فَانْتَظِرُوْٓا اِنِّيْ مَعَكُمْ مِّنَ الْمُنْتَظِرِيْنَ ٧١ فَاَنْجَيْنٰهُ وَالَّذِيْنَ مَعَهٗ بِرَحْمَةٍ مِّنَّا وَقَطَعْنَا دَابِرَ الَّذِيْنَ كَذَّبُوْا بِاٰيٰتِنَا وَمَا كَانُوْا مُؤْمِنِيْنَ ٧٢

Terjemahan Kemenag 2019

65.  (Kami telah mengutus) kepada (kaum) ‘Ad saudara mereka, Hud. Dia berkata, “Wahai kaumku, sembahlah Allah, tidak ada tuhan bagimu selain Dia. Tidakkah kamu bertakwa?”

66.  Para pemuka yang kufur di antara kaumnya berkata, “Sesungguhnya kami benar-benar melihat kamu dalam keadaan kurang akal dan sesungguhnya kami menduga bahwa kamu termasuk para pembohong.”

67.  Dia (Hud) berkata, “Wahai kaumku, tidak ada padaku kekurangan akal sedikit pun, tetapi aku ini adalah rasul dari Tuhan semesta alam.

68.  Aku sampaikan kepadamu risalah-risalah (amanat) Tuhanku dan aku terhadap kamu adalah penasihat yang tepercaya.

69.  Apakah kamu (tidak percaya dan) heran bahwa telah datang kepadamu tuntunan dari Tuhanmu atas seorang laki-laki dari golonganmu supaya dia memberi peringatan kepadamu? Ingatlah, ketika Dia (Allah) menjadikan kamu pengganti-pengganti (yang berkuasa) sesudah kaum Nuh, dan melebihkan kamu dalam penciptaan (berupa) tubuh yang tinggi, besar, dan kuat. Maka, ingatlah nikmat-nikmat Allah supaya kamu mendapat keberuntungan.”

70.  Mereka berkata, “Apakah engkau (wahai Hud) datang kepada kami agar kami menyembah Allah semata dan meninggalkan apa yang biasa disembah oleh bapak-bapak kami? Maka, datangkanlah kepada kami apa yang kamu janjikan kepada kami jika kamu termasuk orang-orang yang benar.”

71.  Dia (Hud) berkata, “Sungguh, sudah pasti kamu akan ditimpa azab dan kemarahan dari Tuhanmu. Apakah kamu sekalian hendak berbantah dengan Aku tentang nama-nama (berhala) yang kamu beserta nenek moyangmu menamakannya, padahal Allah tidak menurunkan sedikit pun hujah (alasan pembenaran) untuk itu? Maka, tunggulah (azab dan kemarahan itu)! Sesungguhnya aku bersamamu termasuk orang-orang yang menunggu.”

72.  Maka, Kami selamatkan dia (Hud) dan orang-orang yang bersamanya karena rahmat yang besar dari Kami, dan Kami binasakan sampai akar-akarnya orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan mereka bukanlah orang-orang mukmin.

[4] وَاِلٰى ثَمُوْدَ اَخَاهُمْ صٰلِحًاۘ قَالَ يٰقَوْمِ اعْبُدُوا اللّٰهَ مَا لَكُمْ مِّنْ اِلٰهٍ غَيْرُهٗۗ قَدْ جَاۤءَتْكُمْ بَيِّنَةٌ مِّنْ رَّبِّكُمْۗ هٰذِهٖ نَاقَةُ اللّٰهِ لَكُمْ اٰيَةً فَذَرُوْهَا تَأْكُلْ فِيْٓ اَرْضِ اللّٰهِ وَلَا تَمَسُّوْهَا بِسُوْۤءٍ فَيَأْخُذَكُمْ عَذَابٌ اَلِيْمٌ ٧٣ وَاذْكُرُوْٓا اِذْ جَعَلَكُمْ خُلَفَاۤءَ مِنْۢ بَعْدِ عَادٍ وَّبَوَّاَكُمْ فِى الْاَرْضِ تَتَّخِذُوْنَ مِنْ سُهُوْلِهَا قُصُوْرًا وَّتَنْحِتُوْنَ الْجِبَالَ بُيُوْتًا ۚفَاذْكُرُوْٓا اٰلَاۤءَ اللّٰهِ وَلَا تَعْثَوْا فِى الْاَرْضِ مُفْسِدِيْنَ ٧٤ قَالَ الْمَلَاُ الَّذِيْنَ اسْتَكْبَرُوْا مِنْ قَوْمِهٖ لِلَّذِيْنَ اسْتُضْعِفُوْا لِمَنْ اٰمَنَ مِنْهُمْ اَتَعْلَمُوْنَ اَنَّ صٰلِحًا مُّرْسَلٌ مِّنْ رَّبِّهٖۗ قَالُوْٓا اِنَّا بِمَآ اُرْسِلَ بِهٖ مُؤْمِنُوْنَ ٧٥ قَالَ الَّذِيْنَ اسْتَكْبَرُوْٓا اِنَّا بِالَّذِيْٓ اٰمَنْتُمْ بِهٖ كٰفِرُوْنَ ٧٦ فَعَقَرُوا النَّاقَةَ وَعَتَوْا عَنْ اَمْرِ رَبِّهِمْ وَقَالُوْا يٰصٰلِحُ ائْتِنَا بِمَا تَعِدُنَآ اِنْ كُنْتَ مِنَ الْمُرْسَلِيْنَ ٧٧ فَاَخَذَتْهُمُ الرَّجْفَةُ فَاَصْبَحُوْا فِيْ دَارِهِمْ جٰثِمِيْنَ ٧٨ فَتَوَلّٰى عَنْهُمْ وَقَالَ يٰقَوْمِ لَقَدْ اَبْلَغْتُكُمْ رِسَالَةَ رَبِّيْ وَنَصَحْتُ لَكُمْ وَلٰكِنْ لَّا تُحِبُّوْنَ النّٰصِحِيْنَ ٧٩

Terjemahan Kemenag 2019

73.  Kami telah mengutus) kepada (kaum) Samud saudara mereka, Saleh. Dia berkata, “Wahai kaumku, sembahlah Allah, tidak ada bagi kamu tuhan selain Dia. Sungguh, telah datang kepada kamu bukti yang nyata dari Tuhanmu. Ini adalah unta betina dari Allah untuk kamu sebagai mukjizat. Maka, biarkanlah ia makan di bumi Allah dan janganlah kamu mengganggunya dengan keburukan apa pun sehingga kamu ditimpa siksa yang sangat pedih.”

74.  Ingatlah ketika (Allah) menjadikan kamu pengganti-pengganti (yang berkuasa) sesudah ‘Ad dan memberikan tempat bagimu di bumi. Kamu membuat pada dataran rendahnya bangunan-bangunan besar dan kamu pahat gunung-gunungnya menjadi rumah. Maka, ingatlah nikmat-nikmat Allah dan janganlah kamu melakukan kejahatan di bumi dengan berbuat kerusakan.

75.  Pemuka-pemuka yang menyombongkan diri di antara kaumnya berkata kepada orang-orang yang dianggap lemah yang telah beriman di antara mereka, “Tahukah kamu bahwa Saleh diutus (menjadi rasul) oleh Tuhannya?” Mereka menjawab, “Sesungguhnya kami beriman kepada apa (wahyu) yang dibawanya.”

76.  Orang-orang yang menyombongkan diri berkata, “Sesungguhnya kami adalah orang-orang yang mengingkari apa yang kamu imani.”

77.  Lalu, mereka memotong unta betina itu dan mereka melampaui batas terhadap perintah Tuhan mereka, dan mereka berkata, “Wahai Saleh, datangkanlah kepada kami apa (ancaman siksa) yang engkau janjikan kepada kami jika engkau termasuk orang-orang yang diutus (Allah).”

78.  Maka, gempa (dahsyat) menimpa mereka sehingga mereka menjadi (mayat-mayat yang) bergelimpangan di dalam (reruntuhan) tempat tinggal mereka.

79.  Maka, dia (Saleh) meninggalkan mereka seraya berkata, “Wahai kaumku, sungguh aku telah menyampaikan kepadamu risalah (amanat) Tuhanku dan aku telah menasihatimu, tetapi kamu tidak menyukai para pemberi nasihat.”

[5] وَلَقَدْ كَذَّبَ اَصْحٰبُ الْحِجْرِ الْمُرْسَلِيْنَۙ ٨٠ وَاٰتَيْنٰهُمْ اٰيٰتِنَا فَكَانُوْا عَنْهَا مُعْرِضِيْنَۙ ٨١ وَكَانُوْا يَنْحِتُوْنَ مِنَ الْجِبَالِ بُيُوْتًا اٰمِنِيْنَ ٨٢ فَاَخَذَتْهُمُ الصَّيْحَةُ مُصْبِحِيْنَۙ ٨٣ فَمَآ اَغْنٰى عَنْهُمْ مَّا كَانُوْا يَكْسِبُوْنَۗ ٨٤

Terjemahan Kemenag 2019

80.  Sesungguhnya penduduk (negeri) Hijr benar-benar telah mendustakan para rasul (mereka),

81.  Kami telah mendatangkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami, tetapi mereka selalu berpaling darinya.

82.  Mereka memahat gunung-gunung (batu) menjadi rumah-rumah (yang didiami) dengan rasa aman.

83.  Kemudian mereka dibinasakan oleh suara keras yang mengguntur pada pagi hari,

84.  sehingga tidak berguna bagi mereka apa yang telah mereka usahakan.

Post a Comment

Previous Post Next Post