Daftar isi
1. Arab Ba'idah (العراب البائدة)
2. Arab Baqiyah (العرب الباقية)
a. Arab Qahtaniyah (العرب القحطانية)
b. Arab Adnaniyah (العرب العدنانية)
4. Karakteristik Bangsa Arab Pra-Islam
5. Peran Bangsa Arab dalam Sejarah Islam
pendahuluan
Bangsa
Arab adalah termasuk salah satu bangsa tertua di dunia, dengan akar sejarah
yang dapat ditelusuri jauh sebelum era Islam. Para sejarawan seperti Ibnu Jarir
at-Thabari dan yang lainya membagi bangsa
Arab ke dalam dua kelompok besar, yaitu Arab Ba'idah (bangsa Arab yang sudah
punah) dan Arab Badiyah/Arab Baqiyah (bangsa Arab yang masih ada hingga kini).
Lalu Arab Badiyah/ Arab Baqiyah (bangsa Arab yang masih ada hingga kini), dibagi
lagi menjadi dua kelompok, yakni Arab 'Aribah (Arab Asli) yang bersal dari
keturunan Qahthan dan Arab Musta'ribah (Arab Pendatang/yang di Arabkan)
yang berasal dari keturunan Adnan. Adnan adalah cicit dari Nabi Ismail AS[1]
1. Arab Ba'idah (العراب البائدة)
Bangsa
Arab Ba'idah adalah bangsa Arab kuno yang telah punah karena bencana alam atau
peperangan, atau karena faktor lainya. Bangsa Arab ini telah ada jauh sebelum
era Islam. Informasi tentang Sejarah keberadaan mereka sangat sedikit yang
dapat diketahui. karena cerita tentang keberadaan mereka berasal dari
kitab-kitab Samawi, seperti kitab Perjanjian lama, Al-Qur’an dan juga bersumber
dari syair syair Arab Jahili. Menurut suatu sumber, awalnya bangsa Arab Baidah
ini mendiami daerah Babil di kawasan Asia kecil (sekarang menjadi bagian negara
Turkiye), lalu mereka bermigrasi ke Semenanjung Arab bagian utara. Bangsa Arab
Baidah terdiri dari berbagai suku atau kabilah seperti kaum ‘Ad, kaum Tsamud, kaum
Tasm, kaum Jadis dan kaum Amaliqah (Amalek). Mereka inilah yang diduga merupakan
keturunan asli dari bangsa Semit.
Berikut
adalah profil singkat dari beberapa suku atau kaum Arab terkenal di masa lampau
yang disebutkan:
a. Kaum 'Ad
Asal-usul:
Kaum 'Ad adalah salah satu kaum Arab kuno yang tinggal di wilayah
Al-Ahqaf, (sekarang di Yaman). Mereka adalah keturunan dari 'Ad bin 'Aws bin
Iram bin Sam bin Nuh.
Kehidupan:
Kaum 'Ad dikenal sebagai kaum yang memiliki peradaban maju,
terutama dalam hal arsitektur. Mereka membangun bangunan megah di daerah
pegunungan pasir.
Kisah dalam Al-Qur'an:
Nabi Hud diutus kepada mereka untuk mengingatkan agar tidak
menyekutukan Allah. Namun, mereka menolak dan akhirnya diazab dengan angin
kencang selama tujuh malam delapan hari, yang menghancurkan mereka seluruhnya.
Kisah ini di ceritakan oleh al-Qur’an Surat Al-Haqqah ayat 6-8[2]
dan Surat Al-A'raf ayat 65-72[3].
belakangan penggalian arkeologis menemukan prasasti yang merujuk pada
"Iram" yang disebut sebagai kota utama kaum ‘Ad.
b. Kaum Tsamud
Asal-usul:
Kaum Tsamud adalah keturunan Tsamud bin Jatsir bin Iram bin Sam bin
Nuh. Mereka tinggal di Al-Hijr, wilayah antara Hijaz dan Syam (sekarang di
wilayah Madain Shalih, Arab Saudi bagian utara).
Kehidupan:
Mereka dikenal memiliki keahlian memahat gunung gunung untuk
dijadikan rumah. Hidup mereka makmur, tetapi mereka menyekutukan Allah.
Kisah dalam Al-Qur'an:
Nabi Shaleh diutus kepada mereka dengan membawa mukjizat berupa
unta betina yang keluar dari batu besar. Akan tetapi Mereka tetap menolak dakwah
Nabi Shaleh tersebut, mereka bahkan membunuh unta tersebut. Akibatnya, mereka
diazab dengan gempa bumi yang dahsyat. Peristiwa ini di ceritakan oleh
al-Qur’an Surat Al-A'raf ayat 73-79[4]
dan Surat Al-Hijr ayat 80-84.[5]
c. Kaum Tasm
Asal-usul:
Kaum Tasm adalah salah satu bangsa Arab kuno yang diyakini sebagai
keturunan Imlaq (Amalek).
Kehidupan:
Mereka tinggal di wilayah jazirah Arab, namun informasi rinci
tentang kehidupan mereka sangat terbatas.
Kehancuran:
Menurut beberapa riwayat, mereka dihancurkan oleh kaum Jadis dalam
peperangan internal yang sangat berdarah.
d. Kaum Jadis
Asal-usul:
Sama seperti kaum Tasm, mereka juga berasal dari keturunan Imlaq
dan tinggal di jazirah Arab.
Kehidupan:
Mereka dikenal sebagai kaum yang lemah dibandingkan kaum Tasm. Tasm
seringkali menindas kaum Jadis, yang akhirnya memicu pemberontakan.
Kehancuran:
Setelah membalas dendam kepada kaum Tasm, kaum Jadis akhirnya punah
akibat serangan dari luar, yang konon dilakukan oleh Himyar atau bangsa lain.
e. Kaum Amaliqah (Amalek)
Asal-usul:
Imlaq atau Amalek adalah salah satu keturunan dari Imlaq bin Lud
bin Sam bin Nuh. Mereka adalah bangsa Arab kuno yang dianggap leluhur banyak
suku Arab lainnya.
Kehidupan:
Mereka dikenal sebagai kaum yang kuat dan memiliki peradaban besar.
Beberapa riwayat menyebut bahwa mereka menyebar ke berbagai wilayah, termasuk
Mesir, Syam, dan Irak.
Kehancuran:
Mereka mengalami kehancuran secara bertahap akibat peperangan
dengan bangsa lain, termasuk Bani Israil. Kisah peperangan antara Kaum Amalek
(Imlaq) dan Bani Israil tercatat dalam tradisi agama, dimulai saat kaum Amalek
yang dikenal sebagai bangsa agresif menyerang Bani Israil di Rafidim, setelah
Bani Israil keluar dari Mesir dalam perjalanan menuju tanah Kanaan. Nabi Musa,
bersama Harun dan Hur, memimpin doa kepada Allah di atas bukit, sementara Yosua
memimpin pasukan melawan Amalek. Selama Musa mengangkat tangannya, Bani Israil
unggul, dan mereka akhirnya menang dengan bantuan doa tersebut. Kemudian, Allah
memerintahkan pemusnahan kaum Amalek karena dosa-dosa mereka, dan Raja Saul
(Thalut) memimpin pertempuran melawan mereka, tetapi melanggar perintah Allah
dengan menyisakan Raja Agag hidup. Nabi Samuel menegur Saul, membunuh Agag, dan
mengumumkan pencabutan hak Saul sebagai raja. Akibat kekalahan dalam peperangan
dan dosa mereka, kaum Amalek akhirnya lenyap sebagai bangsa yang utuh.
2. Arab Baqiyah (العرب الباقية)
Arab
Baqiyah adalah istilah yang merujuk pada bangsa Arab yang tetap eksis hingga
kini, berbeda dengan Arab Ba’idah yang telah punah. Arab Baqiyah terdiri dari
dua cabang besar, yaitu Arab Qahtaniyah dan Arab Adnaniyah, yang memiliki peran
signifikan dalam sejarah, budaya, dan penyebaran bahasa Arab. Berikut
penjelasan mengenai kedua cabang ini:
a. Arab Qahtaniyah (العرب القحطانية)
Arab Qahtaniyah adalah bangsa Arab asli yang dianggap sebagai
"Arab Sejati" atau Arab ‘Aribah (العرب العاربة). Mereka adalah keturunan dari Qahtan yang
di dalam kitab Taurat disebut Yaqzan. Qahtan adalah seorang tokoh yang sering
disebut dalam sejarah Arab sebagai nenek moyang bangsa Arab yang berasal dari
wilayah selatan Jazirah Arab, terutama Yaman dan sekitarnya.
Ciri-ciri dan Identitas Arab Qahtaniyah:
Asal-usul:
Mereka berasal dari wilayah Yaman kuno, yang pernah mendirikan
kerajaan yang besar dan kuat seperti kerajaan
Saba.
Kebudayaan:
Mereka Dikenal dengan keunggulan dalam sistem irigasi dan peradaban
yang maju, seperti pembangunan Bendungan Ma'rib (سد مأرب) oleh bangsa Saba'.
Bahasa:
Bahasa Arab mereka merupakan bentuk awal bahasa Arab kuno, yang
kemudian berkembang menjadi bahasa Arab klasik.
Suku-suku:
Arab Qahtaniyah terdiri dari berbagai suku-suku besar seperti: suku
Jurhum, suku Himyar dan suku Kahlan. Suku Jurhum yang nantinya membangun kota
mekah bersama Hajar dan Ismail kecil yang ditinggal oleh nabi Ibrahim di lembah
tandus nan gersang. Suku Himyar Berperan
penting dalam sejarah kerajaan Arab kuno, seperti Kerajaan Saba. dan Dari suku Kahlan
melahirkan beberapa suku terkenal, diantaranya:
· Suku Azdi:
Menyebar ke berbagai wilayah seperti Oman, Hijaz, dan Syam (termasuk suku Aus
dan Khazraj di Madinah).
· Suku Ghassan:
Bermigrasi ke Syam dan mendirikan kerajaan Ghassanid.
· Suku Kinda:
Mendominasi wilayah tengah Jazirah Arab.
Peran Arab Qahtaniyah:
· Arab Qahtaniyah
menjadi pelopor dalam peradaban Arab kuno di wilayah Jazirah Arab bagian
selatan.
· Banyak dari mereka
yang bermigrasi ke Jazirah Arab bagian utara setelah kehancuran Bendungan
Ma'rib, sehingga menyebarkan budaya dan bahasa mereka.
b. Arab Adnaniyah (العرب العدنانية)
Arab Adnaniyah adalah bangsa Arab yang berasal dari keturunan Adnan,
yang merupakan keturunan dari Nabi Ismail AS, putra Nabi Ibrahim AS. Mereka
disebut juga sebagai "Arab Musta'ribah" (العرب
المستعربة), yaitu bangsa yang
ter-Arabisasi, karena leluhur mereka tidak berasal dari Jazirah Arab/ bukan
orang arab, tetapi akhirnya mengadopsi budaya Arab.[6]
Sebab leluhur asal mereka adalah nabi Ismail yang aslinya bukan orang arab. Ibu
Nabi Ismail adalah Hajar yang berasal dari Mesir, kemungkinan berbahasa koptik
mesir, dan ayahnya adalah Nabi Ibrahim yang berasal dari Mesopotamia yang
kemungkinan berbahasa suryani kuno atau berbahasa Aramaik kuno.
Ciri-ciri dan Identitas Arab Adnaniyah:
Asal-usul:
Bermula dari wilayah Hijaz (Makkah dan sekitarnya). Ketika Nabi
Ismail menikah dengan perempuan dari suku Jurhum (suku Qahtaniyah), sehingga
keturunan beliau terintegrasi dalam budaya Arab.
Bahasa:
Bahasa Arab mereka awalnya dipengaruhi oleh bahasa Qahtaniyah
melalui interaksi dengan suku Jurhum. Nabi Ismail dikenal sebagai orang pertama
dari keturunan non-Arab yang fasih berbahasa Arab.
Suku-suku:
Bangsa Arab Adnaniyah terdiri dari banyak suku suku besar, yang
paling terkenal diantaranya adalah:
· suku Quraisy:
Suku Nabi Muhammad SAW, yang memimpin kota Makkah dan Ka'bah.
· suku Tamim
· suku Hudhail
· suku Mudar
Silsilah Keturunan:
Nabi Ismail → Adnan → Ma'ad
→ Nizar → Mudhar → Quraisy.
Peran Arab Adnaniyah:
·
Arab Adnaniyah menjadi pemimpin dalam penyebaran agama Islam ke
seluruh dunia, terutama melalui suku Quraisy. Nabi Muhammad SAW sendiri berasal
dari cabang ini.
·
Mereka memainkan peran penting dalam menjaga tradisi dan budaya
Arab, termasuk bahasa Arab klasik yang merupakan bahasa Al-Qur'an.
Perbedaan Antara Arab Qahtaniyah dan Adnaniyah
Aspek |
Arab Qahtaniyah |
Arab Adnaniyah |
Asal-usul |
Keturunan Qahtan, Arab asli |
Keturunan Nabi Ismail,
ter-Arabisasi |
Wilayah asal |
Yaman dan selatan Jazirah Arab |
Hijaz dan utara Jazirah Arab |
Bahasa |
Arab kuno |
Arab yang dipengaruhi Jurhum |
Peran sejarah |
Pusat peradaban awal (Saba',
Himyar) |
Pemimpin penyebaran Islam |
|
|
|
Kesinambungan Arab Baqiyah Hingga Kini
Bangsa Arab modern, terutama di Jazirah Arab, dapat ditelusuri
berasal dari kedua cabang ini. Mereka mempertahankan bahasa Arab sebagai bahasa
utama, yang kini menjadi bahasa resmi di banyak negara. Tradisi dan identitas
mereka tetap hidup dalam budaya, sastra, dan agama, terutama Agama Islam. Arab
Qahtaniyah dan Adnaniyah bersama-sama membentuk fondasi peradaban Arab yang
dikenal hingga kini, dengan warisan sejarah yang sangat kaya.
3. Wilayah Bangsa Arab
Jazirah
Arab/semenanjung Arab terletak di bagian barat daya benua Asia. Semenanjung ini
berbatasan dengan: di sebelah utara dengan Irak dan Suriah, di sebelah timur
dengan Teluk Persia dan Laut Oman, di
sebelah selatan dengan Samudera Hindia dan di sebelah barat dengan Laut Merah.
Kawasan ini sebagian besar berupa gurun yang terhampar luas di tengah-tengahnya,
dengan iklim gurun yang panas dan gersang.
Dilihat
dari tempat tinggalnya, bangsa Arab dapat dibagi menjadi dua kelompok: penduduk
pedalaman (Arab Badui) dan penduduk perkotaan (Arab Madani). Penduduk pedalaman
dikenal sebagai kaum nomad, mereka tidak memiliki tempat tinggal tetap atau
perkampungan permanen. Mereka hidup dengan berpindah-pindah dari satu wilayah
ke wilayah lain, membawa serta ternak mereka untuk mencari sumber air dan
padang rumput. Sebaliknya, penduduk yang mendiami perkotaan telah menetap di kota-kota
dengan tempat tinggal yang permanen. Mereka menggantungkan hidupnya pada
perdagangan dan pertanian. Penduduk kota memiliki kemampuan berdagang yang baik
dan teknik bercocok tanam yang cukup maju. Kehidupan bangsa Arab, baik yang
nomad maupun yang menetap di perkotaan, terorganisasi dalam sistem kabilah.
Namun, hal ini sering kali memicu perselisihan dan konflik. Menjelang
kemunculan Islam, wilayah Arab berada dalam keadaan penuh dengan peperangan
yang tiada henti.
beberapa
wilayah utama yang berperan dalam pembentukan identitas bangsa Arab yaitu:
1.
Hijaz: Tempat berdirinya dua kota suci yakni Makkah dan Madinah.
2. Najd:
Wilayah padang pasir di tengah Jazirah Arab.
3.
Yaman: Dikenal dengan peradaban kuno dan kemajuan pertaniannya.
4.
Syam: Wilayah utara Jazirah Arab yang menjadi tempat migrasi sebagian bangsa
Arab.
4. Karakteristik Bangsa Arab
Pra-Islam
1.
Kehidupan Sosial: Bangsa Arab pra-Islam hidup dalam sistem kesukuan yang kuat.
Setiap suku memiliki pemimpin (syekh) yang sangat dihormati.
2.
Bahasa Arab: Bahasa ini berkembang dari dialek-dialek suku, yang akhirnya
menjadi bahasa Arab Klasik yang mana Al-Qur'an memakai bahasa ini.
3.
Tradisi dan Kebudayaan: Mereka terkenal dengan syair-syair indah yang menjadi cikal
bakal sastra Arab klasik.
5. Peran Bangsa Arab dalam
Sejarah Islam
Bangsa
Arab memiliki peran yang sangat penting dalam sejarah penyebaran Islam sejak
kemunculannya pada abad ke-7 M. Nabi Muhammad SAW, yang berasal dari suku
Quraisy, membawa risalah Islam sebagai panduan hidup yang mulia, beliau
berhasil menyatukan bangsa Arab yang sebelumnya terpecah-pecah dalam konflik antar
kabilah dan kepercayaan jahiliah yang sesat. Penyatuan bangsa Arab di bawah
panji Islam menjadi awal dari transformasi besar yang tidak hanya memengaruhi
Semenanjung Arab, tetapi juga dunia secara keseluruhan.
Setelah
wafatnya Nabi Muhammad SAW, para khalifah penggantinya atau yang sering di sebut
Khulafaur Rasyidin melanjutkan perjuangan beliau dalam menyebarkan Islam Melalui
dakwah, diplomasi, dan jihad. bangsa Arab berhasil menyebarkan agama ini ke
wilayah-wilayah seperti Persia, Asia Tengah, Syam, Mesir, hingga Afrika Utara.
Peran mereka tidak hanya terbatas pada penyebaran agama Islam, tetapi juga
dalam membangun peradaban Islam yang maju. Mereka mendirikan kota-kota besar
seperti Bashrah, Kufah, Samara dan Baghdad, yang menjadi pusat ilmu
pengetahuan, budaya, dan pemerintahan Islam.
Bangsa
Arab juga memainkan peran penting dalam kodifikasi Ilmu Pengetahuan dan
pelestarian ajaran Islam. Bahasa Arab menjadi bahasa Al-Qur'an, yang
mempersatukan umat Islam di seluruh dunia. Para ulama seperti Imam Malik, Imam
Abu Hanifah, Imam Syafi'i, dan Imam Ahmad bin Hanbal, Imam Bukhari, Imam Ibnu Jarir
At-Thabari juga memberikan kontribusi besar dalam bidang ilmu fikih, tafsir,
hadis, dan Sejarah.
Selain
itu, keberhasilan bangsa Arab dalam menciptakan jaringan perdagangan yang luas
turut membantu penyebaran Islam. Melalui jalur perdagangan darat dan laut,
agama Islam menyebar ke wilayah-wilayah yang jauh seperti Asia Tenggara,
Sub-Sahara Afrika, dan Eropa. Para pedagang Arab tidak hanya membawa barang
dagangan, tetapi juga nilai-nilai Islam yang menarik perhatian masyarakat
lokal.
Pada
masa Dinasti Umayyah dan Abbasiyah, peran bangsa Arab dalam penyebaran Islam
semakin meluas. Wilayah kekuasaan Islam mencapai Spanyol di barat hingga ke
India di timur. Para penguasa Arab tidak hanya memperluas wilayah kekuasaan,
tetapi juga memajukan ilmu pengetahuan, seni, dan arsitektur, yang hingga kini
meninggalkan jejak bersejarah yang sangat berarti.
Dengan
demikian, bangsa Arab tidak hanya berperan sebagai penyebar agama Islam, tetapi
juga sebagai penjaga warisan peradaban Islam yang kaya. Peran mereka dalam
sejarah Islam mencakup aspek spiritual, intelektual, dan budaya, yang terus
dikenang dan dihormati hingga saat ini.
6. Agama Bangsa Arab Sebelum.
Bangsa
Arab, sebelum kedatangan Islam, telah memiliki kepercayaan yang mengakui Allah
SWT sebagai Tuhan, yang merupakan warisan dari ajaran Nabi Ibrahim AS dan Nabi
Ismail AS. Keyakinan ini dikenal sebagai agama hanif, yang menekankan konsep
keesaan Allah SWT. Namun, seiring waktu, keyakinan ini mengalami kemerosotan
akibat masuknya takhayul dan berbagai penyimpangan, sehingga kemurniannya pun
hilang. Penyimpangan tersebut melahirkan agama Wasaniyah, yakni keyakinan yang
menyekutukan Allah dengan penyembahan batu (ansab) dan patung (asnam).
Berhala-berhala ini dijadikan sebagai perantara oleh bangsa Arab, karena mereka
merasa tidak mungkin berhubungan langsung dengan Allah SWT. Setiap kabilah
memiliki berhala yang disembah, sementara berhala terkenal seperti Hubal,
Manata, Lata, dan Uzza ditempatkan di sekitar Ka’bah. Ketika Nabi Muhammad SAW
menaklukan kota Makkah (Fath Makkah),
seluruh berhala di sekitar Ka’bah dihancurkan.
Namun,
tidak semua orang Arab Jahiliah menganut agama Wasaniyah. Ada pula sebagian
kabilah yang memeluk agama Yahudi dan Nasrani. Bangsa Arab Aribah, yang
bermukim di wilayah selatan Semenanjung Arab, berhasil mendirikan
kerajaan-kerajaan besar dengan kota-kota yang megah dan istana istana dengan arsitektur
tinggi. Mereka memiliki keunggulan dalam mengelola pertanian melalui sistem
irigasi, seni ukir, ilmu perbintangan, dan hubungan dagang internasional.
Selain itu, mereka juga memiliki angkatan perang yang sangat tangguh.
Bukti
material dari kebudayaan dan peradaban bangsa Arab di masa lampau dapat
ditemukan hingga kini. Contohnya adalah puing-puing Bendungan Ma’arib yang
dibangun oleh Kerajaan Saba di Yaman, bangunan suci Ka’bah yang dibangun
kembali oleh Nabi Ibrahim AS di Mekah, serta patung-patung dan benda-benda
peninggalan sejarah lainnya. Selain itu, bangsa Arab Jahiliah, juga memiliki
kekayaan budaya nonmaterial. Di kalangan mereka terdapat para penyair ulung,
penutur cerita prosa, ahli pidato, ahli peribahasa, tukang tenung, peramal, dan
penunggang kuda yang tangkas.
Namun,
kehidupan sosial bangsa Arab Jahiliah sangat terpecah karena pola hidup
berkabilah-kabilah, yang sering memicu permusuhan dan peperangan
berkepanjangan. Norma-norma moral yang ketat tidak menjadi pedoman hidup
mereka, sehingga kebiasaan buruk seperti minum arak, berjudi, berzina, mencuri,
dan merampok dianggap lumrah. Kaum wanita dipandang sangat rendah, sering
dianggap sebagai harta yang bisa diwariskan atau diperjualbelikan. Bahkan, ada
tradisi mengubur anak perempuan hidup-hidup karena dianggap sebagai beban atau
aib bagi keluarga.
Gabungan
budaya material dan nonmaterial ini menggambarkan kehidupan bangsa Arab sebelum
Islam, dengan keunggulan dalam beberapa bidang tetapi juga diselimuti oleh norma
dan tradisi yang memprihatinkan. Islam kemudian hadir untuk menghapus keburukan
ini dan menyatukan mereka di bawah ajaran tauhid yang murni.
Kesimpulan
Bangsa
Arab memiliki akar sejarah yang sangat tua dan terbagi menjadi dua kelompok
utama, yaitu Arab Ba'idah (yang telah punah) dan Arab Baqiyah (yang masih eksis
hingga kini). Arab Ba'idah terdiri dari berbagai suku seperti kaum 'Ad, Tsamud,
Tasm, Jadis, dan Amaliqah, yang dikenal memiliki peradaban maju, tetapi
akhirnya punah karena berbagai sebab seperti bencana alam atau peperangan.
Sementara itu, Arab Baqiyah terdiri dari dua cabang besar, yaitu Arab
Qahtaniyah dan Arab Adnaniyah, yang memainkan peran signifikan dalam sejarah
dan kebudayaan Arab hingga sekarang.
Arab
Qahtaniyah, yang berasal dari wilayah Yaman, dikenal sebagai Arab asli dengan
peradaban yang maju, seperti pembangunan Bendungan Ma'rib oleh bangsa Saba.
Mereka berperan penting dalam menyebarkan budaya dan bahasa Arab kuno ke
wilayah lain, terutama setelah kehancuran Bendungan Ma'rib. Di sisi lain, Arab
Adnaniyah adalah keturunan Nabi Ismail AS yang terintegrasi dalam budaya Arab
melalui interaksi dengan suku Jurhum. Arab Adnaniyah memainkan peran besar
dalam penyebaran Islam, dengan Nabi Muhammad SAW berasal dari cabang ini.
Kehidupan
bangsa Arab juga terbagi berdasarkan tempat tinggal mereka, yaitu penduduk
pedalaman (Arab Badui) yang hidup nomaden dan penduduk perkotaan (Arab Madani)
yang menetap secara permanen. Penduduk pedalaman mengandalkan penggembalaan
ternak, sementara penduduk perkotaan berkembang dalam bidang perdagangan dan
pertanian. Perbedaan ini menunjukkan diversitas cara hidup bangsa Arab, yang
disesuaikan dengan kondisi geografis Jazirah Arab yang sebagian besar berupa
gurun.
Secara
keseluruhan, baik Arab Qahtaniyah maupun Adnaniyah memberikan kontribusi besar
terhadap peradaban Arab, khususnya dalam bidang budaya, bahasa, dan agama.
Warisan mereka tetap hidup dalam tradisi, sastra, dan terutama melalui peran
penting mereka dalam penyebaran Islam. Dengan akar sejarah yang kaya, bangsa
Arab menjadi salah satu bangsa yang memiliki pengaruh besar dalam sejarah
dunia.
[1]https://p2k.stekom.ac.id/ensiklopedia/Sukusuku_Arab#:~:text=Arab%20al%2DBa'idah%20(,%2DSamaydah)%2C%20dan%20lainnya.
[2] وَاَمَّا عَادٌ فَاُهْلِكُوْا بِرِيْحٍ
صَرْصَرٍ عَاتِيَةٍۙ ٦ سَخَّرَهَا عَلَيْهِمْ سَبْعَ لَيَالٍ وَّثَمٰنِيَةَ اَيَّامٍۙ
حُسُوْمًا فَتَرَى الْقَوْمَ فِيْهَا صَرْعٰىۙ كَاَنَّهُمْ اَعْجَازُ نَخْلٍ خَاوِيَةٍۚ
٧ فَهَلْ تَرٰى لَهُمْ مِّنْۢ بَاقِيَةٍ ٨
Terjemahan Kemenag 2019
6.
sedangkan (kaum) ‘Ad telah dibinasakan dengan angin topan yang sangat
dingin.
7.
Dia menimpakan angin itu kepada mereka selama tujuh malam delapan hari
terus-menerus. Maka, kamu melihat kaum (‘Ad) pada waktu itu mati bergelimpangan
seperti batang-batang pohon kurma yang telah (lapuk) bagian dalamnya.
8.
Adakah kamu melihat seorang pun yang masih tersisa di antara mereka?
[3] ۞
وَاِلٰى عَادٍ اَخَاهُمْ هُوْدًاۗ قَالَ يٰقَوْمِ اعْبُدُوا اللّٰهَ مَا لَكُمْ مِّنْ
اِلٰهٍ غَيْرُهٗۗ اَفَلَا تَتَّقُوْنَ ٦٥ قَالَ الْمَلَاُ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا مِنْ
قَوْمِهٖٓ اِنَّا لَنَرٰىكَ فِيْ سَفَاهَةٍ وَّاِنَّا لَنَظُنُّكَ مِنَ الْكٰذِبِيْنَ
٦٦ قَالَ يٰقَوْمِ لَيْسَ بِيْ سَفَاهَةٌ وَّلٰكِنِّيْ رَسُوْلٌ مِّنْ رَّبِّ الْعٰلَمِيْنَ
٦٧ اُبَلِّغُكُمْ رِسٰلٰتِ رَبِّيْ وَاَنَا۠ لَكُمْ نَاصِحٌ اَمِيْنٌ ٦٨ اَوَعَجِبْتُمْ
اَنْ جَاۤءَكُمْ ذِكْرٌ مِّنْ رَّبِّكُمْ عَلٰى رَجُلٍ مِّنْكُمْ لِيُنْذِرَكُمْۗ وَاذْكُرُوْٓا
اِذْ جَعَلَكُمْ خُلَفَاۤءَ مِنْۢ بَعْدِ قَوْمِ نُوْحٍ وَّزَادَكُمْ فِى الْخَلْقِ
بَصْۣطَةً ۚفَاذْكُرُوْٓا اٰلَاۤءَ اللّٰهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ ٦٩ قَالُوْٓا
اَجِئْتَنَا لِنَعْبُدَ اللّٰهَ وَحْدَهٗ وَنَذَرَ مَا كَانَ يَعْبُدُ اٰبَاۤؤُنَاۚ
فَأْتِنَا بِمَا تَعِدُنَآ اِنْ كُنْتَ مِنَ الصّٰدِقِيْنَ ٧٠ قَالَ قَدْ وَقَعَ عَلَيْكُمْ
مِّنْ رَّبِّكُمْ رِجْسٌ وَّغَضَبٌۗ اَتُجَادِلُوْنَنِيْ فِيْٓ اَسْمَاۤءٍ سَمَّيْتُمُوْهَآ
اَنْتُمْ وَاٰبَاۤؤُكُمْ مَّا نَزَّلَ اللّٰهُ بِهَا مِنْ سُلْطٰنٍۗ فَانْتَظِرُوْٓا
اِنِّيْ مَعَكُمْ مِّنَ الْمُنْتَظِرِيْنَ ٧١ فَاَنْجَيْنٰهُ وَالَّذِيْنَ مَعَهٗ بِرَحْمَةٍ
مِّنَّا وَقَطَعْنَا دَابِرَ الَّذِيْنَ كَذَّبُوْا بِاٰيٰتِنَا وَمَا كَانُوْا مُؤْمِنِيْنَ
ࣖ ٧٢
Terjemahan Kemenag 2019
65.
(Kami telah mengutus) kepada (kaum) ‘Ad saudara mereka, Hud. Dia
berkata, “Wahai kaumku, sembahlah Allah, tidak ada tuhan bagimu selain Dia.
Tidakkah kamu bertakwa?”
66.
Para pemuka yang kufur di antara kaumnya berkata, “Sesungguhnya kami
benar-benar melihat kamu dalam keadaan kurang akal dan sesungguhnya kami
menduga bahwa kamu termasuk para pembohong.”
67.
Dia (Hud) berkata, “Wahai kaumku, tidak ada padaku kekurangan akal
sedikit pun, tetapi aku ini adalah rasul dari Tuhan semesta alam.
68.
Aku sampaikan kepadamu risalah-risalah (amanat) Tuhanku dan aku terhadap
kamu adalah penasihat yang tepercaya.
69.
Apakah kamu (tidak percaya dan) heran bahwa telah datang kepadamu
tuntunan dari Tuhanmu atas seorang laki-laki dari golonganmu supaya dia memberi
peringatan kepadamu? Ingatlah, ketika Dia (Allah) menjadikan kamu
pengganti-pengganti (yang berkuasa) sesudah kaum Nuh, dan melebihkan kamu dalam
penciptaan (berupa) tubuh yang tinggi, besar, dan kuat. Maka, ingatlah
nikmat-nikmat Allah supaya kamu mendapat keberuntungan.”
70.
Mereka berkata, “Apakah engkau (wahai Hud) datang kepada kami agar kami
menyembah Allah semata dan meninggalkan apa yang biasa disembah oleh
bapak-bapak kami? Maka, datangkanlah kepada kami apa yang kamu janjikan kepada
kami jika kamu termasuk orang-orang yang benar.”
71.
Dia (Hud) berkata, “Sungguh, sudah pasti kamu akan ditimpa azab dan
kemarahan dari Tuhanmu. Apakah kamu sekalian hendak berbantah dengan Aku
tentang nama-nama (berhala) yang kamu beserta nenek moyangmu menamakannya,
padahal Allah tidak menurunkan sedikit pun hujah (alasan pembenaran) untuk itu?
Maka, tunggulah (azab dan kemarahan itu)! Sesungguhnya aku bersamamu termasuk
orang-orang yang menunggu.”
72.
Maka, Kami selamatkan dia (Hud) dan orang-orang yang bersamanya karena
rahmat yang besar dari Kami, dan Kami binasakan sampai akar-akarnya orang-orang
yang mendustakan ayat-ayat Kami dan mereka bukanlah orang-orang mukmin.
[4] وَاِلٰى ثَمُوْدَ اَخَاهُمْ صٰلِحًاۘ قَالَ
يٰقَوْمِ اعْبُدُوا اللّٰهَ مَا لَكُمْ مِّنْ اِلٰهٍ غَيْرُهٗۗ قَدْ جَاۤءَتْكُمْ بَيِّنَةٌ
مِّنْ رَّبِّكُمْۗ هٰذِهٖ نَاقَةُ اللّٰهِ لَكُمْ اٰيَةً فَذَرُوْهَا تَأْكُلْ فِيْٓ
اَرْضِ اللّٰهِ وَلَا تَمَسُّوْهَا بِسُوْۤءٍ فَيَأْخُذَكُمْ عَذَابٌ اَلِيْمٌ ٧٣ وَاذْكُرُوْٓا
اِذْ جَعَلَكُمْ خُلَفَاۤءَ مِنْۢ بَعْدِ عَادٍ وَّبَوَّاَكُمْ فِى الْاَرْضِ تَتَّخِذُوْنَ
مِنْ سُهُوْلِهَا قُصُوْرًا وَّتَنْحِتُوْنَ الْجِبَالَ بُيُوْتًا ۚفَاذْكُرُوْٓا اٰلَاۤءَ
اللّٰهِ وَلَا تَعْثَوْا فِى الْاَرْضِ مُفْسِدِيْنَ ٧٤ قَالَ الْمَلَاُ الَّذِيْنَ
اسْتَكْبَرُوْا مِنْ قَوْمِهٖ لِلَّذِيْنَ اسْتُضْعِفُوْا لِمَنْ اٰمَنَ مِنْهُمْ اَتَعْلَمُوْنَ
اَنَّ صٰلِحًا مُّرْسَلٌ مِّنْ رَّبِّهٖۗ قَالُوْٓا اِنَّا بِمَآ اُرْسِلَ بِهٖ مُؤْمِنُوْنَ
٧٥ قَالَ الَّذِيْنَ اسْتَكْبَرُوْٓا اِنَّا بِالَّذِيْٓ اٰمَنْتُمْ بِهٖ كٰفِرُوْنَ
٧٦ فَعَقَرُوا النَّاقَةَ وَعَتَوْا عَنْ اَمْرِ رَبِّهِمْ وَقَالُوْا يٰصٰلِحُ ائْتِنَا
بِمَا تَعِدُنَآ اِنْ كُنْتَ مِنَ الْمُرْسَلِيْنَ ٧٧ فَاَخَذَتْهُمُ الرَّجْفَةُ
فَاَصْبَحُوْا فِيْ دَارِهِمْ جٰثِمِيْنَ ٧٨ فَتَوَلّٰى عَنْهُمْ وَقَالَ يٰقَوْمِ
لَقَدْ اَبْلَغْتُكُمْ رِسَالَةَ رَبِّيْ وَنَصَحْتُ لَكُمْ وَلٰكِنْ لَّا تُحِبُّوْنَ
النّٰصِحِيْنَ ٧٩
Terjemahan Kemenag 2019
73.
Kami telah mengutus) kepada (kaum) Samud saudara mereka, Saleh. Dia
berkata, “Wahai kaumku, sembahlah Allah, tidak ada bagi kamu tuhan selain Dia.
Sungguh, telah datang kepada kamu bukti yang nyata dari Tuhanmu. Ini adalah
unta betina dari Allah untuk kamu sebagai mukjizat. Maka, biarkanlah ia makan
di bumi Allah dan janganlah kamu mengganggunya dengan keburukan apa pun
sehingga kamu ditimpa siksa yang sangat pedih.”
74.
Ingatlah ketika (Allah) menjadikan kamu pengganti-pengganti (yang
berkuasa) sesudah ‘Ad dan memberikan tempat bagimu di bumi. Kamu membuat pada dataran
rendahnya bangunan-bangunan besar dan kamu pahat gunung-gunungnya menjadi
rumah. Maka, ingatlah nikmat-nikmat Allah dan janganlah kamu melakukan
kejahatan di bumi dengan berbuat kerusakan.
75.
Pemuka-pemuka yang menyombongkan diri di antara kaumnya berkata kepada
orang-orang yang dianggap lemah yang telah beriman di antara mereka, “Tahukah
kamu bahwa Saleh diutus (menjadi rasul) oleh Tuhannya?” Mereka menjawab,
“Sesungguhnya kami beriman kepada apa (wahyu) yang dibawanya.”
76.
Orang-orang yang menyombongkan diri berkata, “Sesungguhnya kami adalah
orang-orang yang mengingkari apa yang kamu imani.”
77.
Lalu, mereka memotong unta betina itu dan mereka melampaui batas
terhadap perintah Tuhan mereka, dan mereka berkata, “Wahai Saleh, datangkanlah
kepada kami apa (ancaman siksa) yang engkau janjikan kepada kami jika engkau
termasuk orang-orang yang diutus (Allah).”
78.
Maka, gempa (dahsyat) menimpa mereka sehingga mereka menjadi
(mayat-mayat yang) bergelimpangan di dalam (reruntuhan) tempat tinggal mereka.
79.
Maka, dia (Saleh) meninggalkan mereka seraya berkata, “Wahai kaumku,
sungguh aku telah menyampaikan kepadamu risalah (amanat) Tuhanku dan aku telah
menasihatimu, tetapi kamu tidak menyukai para pemberi nasihat.”
[5] وَلَقَدْ كَذَّبَ اَصْحٰبُ الْحِجْرِ الْمُرْسَلِيْنَۙ
٨٠ وَاٰتَيْنٰهُمْ اٰيٰتِنَا فَكَانُوْا عَنْهَا مُعْرِضِيْنَۙ ٨١ وَكَانُوْا يَنْحِتُوْنَ
مِنَ الْجِبَالِ بُيُوْتًا اٰمِنِيْنَ ٨٢ فَاَخَذَتْهُمُ الصَّيْحَةُ مُصْبِحِيْنَۙ
٨٣ فَمَآ اَغْنٰى عَنْهُمْ مَّا كَانُوْا يَكْسِبُوْنَۗ ٨٤
Terjemahan Kemenag 2019
80.
Sesungguhnya penduduk (negeri) Hijr benar-benar telah mendustakan para
rasul (mereka),
81.
Kami telah mendatangkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami,
tetapi mereka selalu berpaling darinya.
82.
Mereka memahat gunung-gunung (batu) menjadi rumah-rumah (yang didiami)
dengan rasa aman.
83.
Kemudian mereka dibinasakan oleh suara keras yang mengguntur pada pagi
hari,
84.
sehingga tidak berguna bagi mereka apa yang telah mereka usahakan.
Post a Comment