Top News

Sejarah Nabi Muhammad saw part 5_ Hijrahnya Rabi‘ah bin Nashr ke Irak


Daftar isi

Hijrahnya Rabi‘ah bin Nashr ke Irak. 1

kembalinya kekuasaan Yaman ke dinasti Tuba’ 2

Beberapa Catatan Tentang Tubbaan As‘ad (Abu Karib) 3

1. Perjalanan ke Madinah. 3

2. Penghormatan terhadap Ka‘bah. 3

3. Masa Pemerintahannya Sebelum Rabi‘ah bin Nashr 3

4. Kemarahan Tubbaan As‘ad terhadap Penduduk Yatsrib (Madinah) 3

5. Konflik dengan Penduduk Yatsrib (Madinah) 4

·   Insiden Pembunuhan oleh Ahmar 4

·   Pertempuran yang Aneh. 4

·   Hubungan Tubbaan dengan Penduduk Yatsrib (Madinah) 4

·   Pengaruh Agama Yahudi 5

·   Pelajaran penting dari kisah kehidupan Tubbaan As‘ad. 5

Kesimpulan. 5

 

Hijrahnya Rabi‘ah bin Nashr ke Irak

Setelah mendengar penjelasan dari dua peramal terkenal itu, Raja Rabi‘ah bin Nashr mulai merenungkan apa yang telah disampaikan kepada dirinya. Hal ini mendorongnya untuk mempersiapkan anak-anak dan keluarganya guna berpindah ke negeri Irak. Raja Rabi‘ah pun mengatur kebutuhan perjalanan mereka dengan mempersiapkan bekal yang cukup untuk menuju tanah Irak. Ia juga menulis surat kepada Raja Persia, yakni Syabur bin Khurrzad, untuk meminta izin atas kepindahanya tersebut ke wilayahnya. Setelah mendapatkan izin, Raja Syabur bin Khurrzad pun menempatkan keluarga Raja Rabi‘ah di daerah Al-Hirah yakni salah satu daerah yang masuk wilayah iraq. Akhirnya, Raja Rabi‘ah bin Nashr dan keluarganya menetap di Irak, tepatnya di wilayah Al-Hirah.

Di antara keturunan Raja Rabi‘ah bin Nashr adalah Al-Nu‘man bin Al-Mundzir, yang dikenal sebagai salah satu raja dari garis keturunan para raja Yaman. Nasab Al-Nu‘man adalah sebagai berikut: Al-Nu‘man bin Al-Mundzir bin Al-Nu‘man bin Al-Mundzir bin ‘Amr bin ‘Adi bin Rabi‘ah bin Nashr.

kembalinya kekuasaan Yaman ke dinasti Tuba’

Setelah wafatnya Raja Rabi‘ah bin Nashr, kekuasaan di wilayah Yaman beralih ke tangan Hassan bin Tubbaan As‘ad. Tubbaan As‘ad atau Tubba‘ Akhir adalah gelar bagi Raja Abu Karib ayah dari Hassan. Beliau adalah salah satu penguasa terkenal dari dinasti Himyar di Yaman. Nama "Tubba‘" sendiri adalah gelar yang diberikan kepada para raja Himyar sebagai simbol kekuasaan dan otoritas mereka.

Tubba‘ As‘ad merupakan putra dari Kuli Karib bin Zaid, yang dikenal sebagai Tubba‘ Pertama. Dengan demikian, Tubba‘ As‘ad berada dalam garis keturunan para penguasa Himyar yang kuat. Ayahnya, Kuli Karib bin Zaid, adalah putra Amru Dzu Al-Adz‘ar bin Abrahah Dzu Al-Manar bin Al-Ra‘ish. Al-Ra‘ish adalah leluhur besar dalam silsilah keluarga kerajaan Yaman, yang dihormati karena perannya dalam membangun fondasi kerajaan tersebut. Dalam kitab “Sirah Ibnu Hisyam”, Al-Ra‘ish disebut sebagai figur penting yang menandai awal kebangkitan Yaman sebagai kekuatan regional.

Secara kronologis, yaman awalnya diperintah oleh dinsti Himyar yang bergelar Tuba’, namun karena terjadi perpecahan internal, dinasti Himyar menjadi lemah, hingga akhirnya Raja Rabi‘ah bin Nashr dari suku kinda, berhasil mengambil alih kekuasaan dan memerintah yaman untuk sementara. tetapi setelah kematiannya, kekuasaan kembali ke dinasti Tubba‘ melalui Hassan bin Tubbaan As‘ad. Hassan bin Tubba‘ As‘ad kemudian Melanjutkan pemerintahan ayahnya setelah sebelumnya sempat direbut oleh Raja Rabi’ah bin Nashr, ketika Hassan bin Tubba‘ As‘ad memerintah yaman kembali, beliau lebih fokus dan disibukan pada urusan stabilitas internal kerajaan.

Di nasti Tubba‘ memainkan peran penting dalam sejarah Yaman sebagai simbol kekuatan dan legitimasi dinasti Himyar. Generasi panjang dari keturunan Tubba‘ menunjukkan konsistensi kepemimpinan kerajaan Yaman yang memiliki pengaruh besar dalam kawasan Semenanjung Arab. 

Beberapa Catatan Tentang Tubbaan As‘ad (Abu Karib)

Tubbaan As‘ad (dikenal juga sebagai Abu Karib) adalah salah satu raja terkenal dari Dinasti Himyar di Yaman. Ia dikenal sebagai pemimpin yang berpengaruh dalam sejarah Arab pra-Islam dan dicatat dalam berbagai sumber sejarah Islam, termasuk dalam “Sirah Ibnu Hisyam” dan “Sirah Ibnu Ishaq”. Peranan-nya tidak hanya di sekitar Yaman saja, tetapi juga mencangkup wilayah Hijaz, khususnya Madinah, serta hubungannya yang dekat dengan agama Yahudi. Berikut ini beberapa catatan penting tentang kehidupan beliau:

1. Perjalanan ke Madinah

Tubbaan As‘ad pernah melakukan perjalanan ke Hijaz, termasuk ke Madinah. Di sana, ia bertemu dengan dua tokoh Yahudi dari suku Bani Qaynuqa yang akhirnya dibawa ke Yaman. Kedua Tokoh ini diduga memiliki peran besar dalam menyebarkan agama Yahudi di Yaman.

2. Penghormatan terhadap Ka‘bah

Ia juga tercatat sebagai penguasa yang pertama kali menutup Ka‘bah dengan kain (kiswah). Tindakan ini menunjukkan penghormatan terhadap tempat suci yang dianggap pusat peribadatan oleh bangsa Arab kala itu.

3. Masa Pemerintahannya Sebelum Rabi‘ah bin Nashr

Tubbaan As‘ad berkuasa sebelum Rabi‘ah bin Nashr, seorang tokoh penting yang kemudian menjadi raja di Yaman setelahnya. Pemerintahan Tubbaan As‘ad mencerminkan masa transisi antara kekuasaan lokal Himyar dan pengaruh luar yang lebih besar seperti Ethiopia dan Persia.

4. Kemarahan Tubbaan As‘ad terhadap Penduduk Yatsrib (Madinah)

Ibnu Ishaq menjelaskan bahwa, Dalam perjalanan kembali dari timur, Tubbaan As‘ad melewati Madinah. Di sana, ia meninggalkan salah satu anaknya untuk tinggal bersama penduduk setempat. Namun, anak tersebut dibunuh secara licik oleh penduduk Madinah. Peristiwa ini memicu kemarahan besar Tubbaan As‘ad, yang berniat akan menghancurkan kota tersebut dan membinasakan penduduknya.

Penduduk Madinah, yang kemudian dikenal sebagai kaum Anshar, bangkit untuk melawan ancaman ini. Mereka dipimpin oleh Amru bin Thallah, seorang tokoh dari suku Bani Najjar. Suku Bani Najjar adalah salah satu cabang dari suku Khazraj yang memiliki hubungan kekerabatan kuat di Madinah. Perlawanan mereka didasari oleh keinginan mempertahankan kota dari serangan Tubbaan As‘ad.

5. Konflik dengan Penduduk Yatsrib (Madinah)

·       Insiden Pembunuhan oleh Ahmar

Salah satu pemicu utama konflik adalah tindakan seorang pria dari Bani Adiy bin Najjar, yang dikenal dengan nama Ahmar. Ia membunuh salah satu pengikut Tubbaan (versi lain menyebutkan anak Tubban) menggunakan sabit karena mendapati orang tersebut memanen buah kurma tanpa izin.  Ahmar mengatakan, *"Kurma itu milik orang yang menanamnya!"* Tindakan ini memperburuk hubungan antara Tubbaan dan penduduk Yatsrib (Madinah).

·       Pertempuran yang Aneh

Pertempuran terjadi antara pasukan Tubbaan dan penduduk Yatsrib (Madinah). Uniknya, pertempuran berlangsung hanya pada siang hari. Pada malam hari, penduduk Yatsrib (Madinah) justru menjamu pasukan Tubbaan dengan makanan dan minuman. Tradisi Arab yang menjunjung tinggi nilai keramahan ini membuat Tubbaan terkesan. Setelah melihat perilaku penduduk Yatsrib (Madinah), Tubbaan berkata, "Demi Allah, kaum ini benar-benar mulia!" Kekaguman ini membuatnya menghentikan rencana penghancuran Madinah.

·       Hubungan Tubbaan dengan Penduduk Yatsrib (Madinah)

Ibnu Ishaq menceritakan bahwa Meski sempat marah, Tubbaan akhirnya berdamai dengan penduduk Yatsrib (Madinah). Ia bahkan menghormati mereka sebagai kaum yang mulia. Peristiwa ini menunjukkan karakter Tubbaan sebagai raja yang mampu berubah pikiran berdasarkan pengalaman langsung. Ibnu Hisyam menambahkan bahwa Tubbaan As‘ad juga disebut dalam syair berikut yang bersumber dari al-A’sya, dalam versi lain Sya’ir ini bersumber dariseorang wanita tua yang bernama jamila dari Bani Salim.

لَيْتَ حَظِّي مِنْ أَبِي كَرِبٍ ... أَنْ يَسُدَّ خَيْرُهُ خَبَلَهُ

*Andai saja keberuntungan dari Abu Karib adalah agar kebaikannya menghilangkan kerusakan yang ia sebabkan.*...*Kemarahan Tubbaan terhadap Penduduk Madinah dan Sebabnya*

·       Pengaruh Agama Yahudi

Perjalanan Tubbaan ke Hijaz juga membawa dampak besar terhadap agama di Yaman. Dengan membawa tokoh-tokoh Yahudi ke Sana’a, ibukota kerajaan himyar di Yaman ketika itu, ia memperkenalkan agama Yahudi di wilayah tersebut, yang kemudian berkembang selama masa pemerintahannya sebagaimana yang di ceritakan oleh Ibnu Hisyam.

·       Pelajaran penting dari kisah kehidupan Tubbaan As‘ad

Kisah Tubbaan As‘ad mencerminkan nilai-nilai Arab pra-Islam, seperti keberanian, balas dendam, dan keramahan, sekaligus menggambarkan kompleksitas hubungan antar wilayah di Jazirah Arab sebelum munculnya Islam.

Kesimpulan

Kisah hijrahnya Rabi‘ah bin Nashr ke Irak dan sejarah Dinasti Tubba‘ menunjukkan dinamika politik dan sosial di Semenanjung Arab pra-Islam. Rabi‘ah bin Nashr, setelah mendapatkan peringatan dari para peramal, memutuskan pindah ke Al-Hirah di Irak untuk mencari perlindungan politik. Peristiwa ini mencerminkan hubungan erat antara wilayah Arab Selatan dan kekuatan besar seperti Persia, yang saat itu memengaruhi kawasan tersebut. Dari keturunannya, muncul tokoh-tokoh penting seperti Al-Nu‘man bin Al-Mundzir, yang menjadi raja terkenal di Al-Hirah.

Setelah wafatnya Rabi‘ah bin Nashr, Dinasti Himyar kembali berkuasa di Yaman di bawah Hassan bin Tubbaan As‘ad dari Dinasti Tubba‘,Tubba‘, adalah gelar yang diwariskan kepada para raja Yaman dari dinasti Himyar, yang menjadi simbol stabilitas dan legitimasi politik di Yaman ketika itu. Tubbaan As‘ad, salah satu tokoh penting dalam dinasti ini, beliau dikenang karena penghormatan terhadap Ka‘bah dan usahanya menyebarkan agama Yahudi di Yaman. Meski ada konflik dengan penduduk Madinah, Tubbaan akhirnya mengakui kemuliaan mereka, memperlihatkan sisi manusiawinya sebagai pemimpin yang bijaksana.

Kisah Tubbaan As‘ad dan Dinasti Tubba‘ mencerminkan nilai-nilai penting dalam budaya Arab pra-Islam, seperti balas dendam, keramahan, dan penghormatan terhadap agama. Hubungan antar wilayah di Jazirah Arab, serta pengaruh kekuatan luar seperti Persia dan Ethiopia, menyoroti kompleksitas politik dan budaya pada masa itu. Peristiwa-peristiwa ini menjadi latar penting dalam memahami sejarah Arab sebelum kedatangan Islam.


Referensi

Shirah Ibnu Hisyam

Shirah Ibnu Ishaq

Post a Comment

Previous Post Next Post