Daftar isi
Hijrahnya Rabi‘ah bin Nashr ke Irak
kembalinya kekuasaan Yaman ke dinasti Tuba’
Beberapa Catatan Tentang Tubbaan As‘ad (Abu
Karib)
2. Penghormatan terhadap Ka‘bah
3. Masa Pemerintahannya Sebelum Rabi‘ah bin Nashr
4. Kemarahan Tubbaan As‘ad terhadap Penduduk
Yatsrib (Madinah)
5. Konflik dengan Penduduk Yatsrib (Madinah)
· Insiden Pembunuhan
oleh Ahmar
· Hubungan Tubbaan
dengan Penduduk Yatsrib (Madinah)
· Pelajaran penting
dari kisah kehidupan Tubbaan As‘ad
Hijrahnya Rabi‘ah bin Nashr ke
Irak
Setelah mendengar penjelasan dari
dua peramal terkenal itu, Raja Rabi‘ah bin Nashr mulai merenungkan apa yang
telah disampaikan kepada dirinya. Hal ini mendorongnya untuk mempersiapkan
anak-anak dan keluarganya guna berpindah ke negeri Irak. Raja Rabi‘ah pun
mengatur kebutuhan perjalanan mereka dengan mempersiapkan bekal yang cukup
untuk menuju tanah Irak. Ia juga menulis surat kepada Raja Persia, yakni Syabur
bin Khurrzad, untuk meminta izin atas kepindahanya tersebut ke wilayahnya.
Setelah mendapatkan izin, Raja Syabur bin Khurrzad pun menempatkan keluarga
Raja Rabi‘ah di daerah Al-Hirah yakni salah satu daerah yang masuk wilayah iraq.
Akhirnya, Raja Rabi‘ah bin Nashr dan keluarganya menetap di Irak, tepatnya di
wilayah Al-Hirah.
Di antara keturunan Raja Rabi‘ah
bin Nashr adalah Al-Nu‘man bin Al-Mundzir, yang dikenal sebagai salah satu raja
dari garis keturunan para raja Yaman. Nasab Al-Nu‘man adalah sebagai berikut:
Al-Nu‘man bin Al-Mundzir bin Al-Nu‘man bin Al-Mundzir bin ‘Amr bin ‘Adi bin
Rabi‘ah bin Nashr.
kembalinya kekuasaan Yaman ke
dinasti Tuba’
Setelah
wafatnya Raja Rabi‘ah bin Nashr, kekuasaan di wilayah Yaman beralih ke tangan
Hassan bin Tubbaan As‘ad. Tubbaan As‘ad atau Tubba‘ Akhir adalah gelar bagi Raja
Abu Karib ayah dari Hassan. Beliau adalah salah satu penguasa terkenal dari
dinasti Himyar di Yaman. Nama "Tubba‘" sendiri adalah gelar yang
diberikan kepada para raja Himyar sebagai simbol kekuasaan dan otoritas mereka.
Tubba‘
As‘ad merupakan putra dari Kuli Karib bin Zaid, yang dikenal sebagai Tubba‘
Pertama. Dengan demikian, Tubba‘ As‘ad berada dalam garis keturunan para
penguasa Himyar yang kuat. Ayahnya, Kuli Karib bin Zaid, adalah putra Amru Dzu
Al-Adz‘ar bin Abrahah Dzu Al-Manar bin Al-Ra‘ish. Al-Ra‘ish adalah leluhur
besar dalam silsilah keluarga kerajaan Yaman, yang dihormati karena perannya
dalam membangun fondasi kerajaan tersebut. Dalam kitab “Sirah Ibnu Hisyam”,
Al-Ra‘ish disebut sebagai figur penting yang menandai awal kebangkitan Yaman
sebagai kekuatan regional.
Secara
kronologis, yaman awalnya diperintah oleh dinsti Himyar yang bergelar Tuba’,
namun karena terjadi perpecahan internal, dinasti Himyar menjadi lemah, hingga
akhirnya Raja Rabi‘ah bin Nashr dari suku kinda, berhasil mengambil alih
kekuasaan dan memerintah yaman untuk sementara. tetapi setelah kematiannya,
kekuasaan kembali ke dinasti Tubba‘ melalui Hassan bin Tubbaan As‘ad. Hassan
bin Tubba‘ As‘ad kemudian Melanjutkan pemerintahan ayahnya setelah sebelumnya sempat
direbut oleh Raja Rabi’ah bin Nashr, ketika Hassan bin Tubba‘ As‘ad memerintah
yaman kembali, beliau lebih fokus dan disibukan pada urusan stabilitas internal
kerajaan.
Di
nasti Tubba‘ memainkan peran penting dalam sejarah Yaman sebagai simbol
kekuatan dan legitimasi dinasti Himyar. Generasi panjang dari keturunan Tubba‘
menunjukkan konsistensi kepemimpinan kerajaan Yaman yang memiliki pengaruh
besar dalam kawasan Semenanjung Arab.
Beberapa Catatan Tentang
Tubbaan As‘ad (Abu Karib)
Tubbaan
As‘ad (dikenal juga sebagai Abu Karib) adalah salah satu raja terkenal dari
Dinasti Himyar di Yaman. Ia dikenal sebagai pemimpin yang berpengaruh dalam
sejarah Arab pra-Islam dan dicatat dalam berbagai sumber sejarah Islam,
termasuk dalam “Sirah Ibnu Hisyam” dan “Sirah Ibnu Ishaq”. Peranan-nya tidak
hanya di sekitar Yaman saja, tetapi juga mencangkup wilayah Hijaz, khususnya
Madinah, serta hubungannya yang dekat dengan agama Yahudi. Berikut ini beberapa
catatan penting tentang kehidupan beliau:
1.
Perjalanan ke Madinah
Tubbaan As‘ad pernah melakukan perjalanan ke Hijaz, termasuk ke
Madinah. Di sana, ia bertemu dengan dua tokoh Yahudi dari suku Bani Qaynuqa
yang akhirnya dibawa ke Yaman. Kedua Tokoh ini diduga memiliki peran besar dalam
menyebarkan agama Yahudi di Yaman.
2. Penghormatan
terhadap Ka‘bah
Ia juga tercatat sebagai penguasa yang pertama kali menutup Ka‘bah
dengan kain (kiswah). Tindakan ini menunjukkan penghormatan terhadap tempat
suci yang dianggap pusat peribadatan oleh bangsa Arab kala itu.
3. Masa
Pemerintahannya Sebelum Rabi‘ah bin Nashr
Tubbaan As‘ad berkuasa sebelum Rabi‘ah bin Nashr, seorang tokoh
penting yang kemudian menjadi raja di Yaman setelahnya. Pemerintahan Tubbaan
As‘ad mencerminkan masa transisi antara kekuasaan lokal Himyar dan pengaruh
luar yang lebih besar seperti Ethiopia dan Persia.
4. Kemarahan
Tubbaan As‘ad terhadap Penduduk Yatsrib (Madinah)
Ibnu Ishaq menjelaskan bahwa, Dalam perjalanan kembali dari timur, Tubbaan
As‘ad melewati Madinah. Di sana, ia meninggalkan salah satu anaknya untuk
tinggal bersama penduduk setempat. Namun, anak tersebut dibunuh secara licik
oleh penduduk Madinah. Peristiwa ini memicu kemarahan besar Tubbaan As‘ad, yang
berniat akan menghancurkan kota tersebut dan membinasakan penduduknya.
Penduduk Madinah, yang kemudian dikenal sebagai kaum Anshar,
bangkit untuk melawan ancaman ini. Mereka dipimpin oleh Amru bin Thallah,
seorang tokoh dari suku Bani Najjar. Suku Bani Najjar adalah salah satu cabang
dari suku Khazraj yang memiliki hubungan kekerabatan kuat di Madinah.
Perlawanan mereka didasari oleh keinginan mempertahankan kota dari serangan
Tubbaan As‘ad.
5. Konflik
dengan Penduduk Yatsrib (Madinah)
·
Insiden Pembunuhan oleh Ahmar
Salah satu pemicu utama konflik adalah tindakan seorang pria dari
Bani Adiy bin Najjar, yang dikenal dengan nama Ahmar. Ia membunuh salah satu
pengikut Tubbaan (versi lain menyebutkan anak Tubban) menggunakan sabit karena
mendapati orang tersebut memanen buah kurma tanpa izin. Ahmar mengatakan, *"Kurma itu milik orang
yang menanamnya!"* Tindakan ini memperburuk hubungan antara Tubbaan dan
penduduk Yatsrib (Madinah).
Pertempuran terjadi antara pasukan Tubbaan dan penduduk Yatsrib
(Madinah). Uniknya, pertempuran berlangsung hanya pada siang hari. Pada
malam hari, penduduk Yatsrib (Madinah) justru menjamu pasukan Tubbaan dengan
makanan dan minuman. Tradisi Arab yang menjunjung tinggi nilai keramahan ini
membuat Tubbaan terkesan. Setelah melihat perilaku penduduk Yatsrib (Madinah), Tubbaan
berkata, "Demi Allah, kaum ini benar-benar mulia!" Kekaguman ini
membuatnya menghentikan rencana penghancuran Madinah.
·
Hubungan Tubbaan dengan Penduduk Yatsrib (Madinah)
Ibnu Ishaq menceritakan bahwa Meski sempat marah, Tubbaan akhirnya
berdamai dengan penduduk Yatsrib (Madinah). Ia bahkan menghormati mereka
sebagai kaum yang mulia. Peristiwa ini menunjukkan karakter Tubbaan sebagai
raja yang mampu berubah pikiran berdasarkan pengalaman langsung. Ibnu Hisyam
menambahkan bahwa Tubbaan As‘ad juga disebut dalam syair berikut yang bersumber
dari al-A’sya, dalam versi lain Sya’ir ini bersumber dariseorang wanita tua
yang bernama jamila dari Bani Salim.
لَيْتَ حَظِّي مِنْ
أَبِي كَرِبٍ ... أَنْ يَسُدَّ خَيْرُهُ خَبَلَهُ
*Andai saja
keberuntungan dari Abu Karib adalah agar kebaikannya menghilangkan kerusakan
yang ia sebabkan.*...*Kemarahan Tubbaan terhadap Penduduk Madinah dan Sebabnya*
Perjalanan Tubbaan ke Hijaz juga membawa dampak besar terhadap
agama di Yaman. Dengan membawa tokoh-tokoh Yahudi ke Sana’a, ibukota kerajaan
himyar di Yaman ketika itu, ia memperkenalkan agama Yahudi di wilayah tersebut,
yang kemudian berkembang selama masa pemerintahannya sebagaimana yang di
ceritakan oleh Ibnu Hisyam.
·
Pelajaran penting dari kisah kehidupan Tubbaan As‘ad
Kisah Tubbaan As‘ad mencerminkan nilai-nilai Arab pra-Islam,
seperti keberanian, balas dendam, dan keramahan, sekaligus menggambarkan
kompleksitas hubungan antar wilayah di Jazirah Arab sebelum munculnya Islam.
Kesimpulan
Kisah
hijrahnya Rabi‘ah bin Nashr ke Irak dan sejarah Dinasti Tubba‘ menunjukkan
dinamika politik dan sosial di Semenanjung Arab pra-Islam. Rabi‘ah bin Nashr,
setelah mendapatkan peringatan dari para peramal, memutuskan pindah ke Al-Hirah
di Irak untuk mencari perlindungan politik. Peristiwa ini mencerminkan hubungan
erat antara wilayah Arab Selatan dan kekuatan besar seperti Persia, yang saat
itu memengaruhi kawasan tersebut. Dari keturunannya, muncul tokoh-tokoh penting
seperti Al-Nu‘man bin Al-Mundzir, yang menjadi raja terkenal di Al-Hirah.
Setelah
wafatnya Rabi‘ah bin Nashr, Dinasti Himyar kembali berkuasa di Yaman di bawah
Hassan bin Tubbaan As‘ad dari Dinasti Tubba‘,Tubba‘, adalah gelar yang
diwariskan kepada para raja Yaman dari dinasti Himyar, yang menjadi simbol
stabilitas dan legitimasi politik di Yaman ketika itu. Tubbaan As‘ad, salah
satu tokoh penting dalam dinasti ini, beliau dikenang karena penghormatan
terhadap Ka‘bah dan usahanya menyebarkan agama Yahudi di Yaman. Meski ada
konflik dengan penduduk Madinah, Tubbaan akhirnya mengakui kemuliaan mereka,
memperlihatkan sisi manusiawinya sebagai pemimpin yang bijaksana.
Kisah
Tubbaan As‘ad dan Dinasti Tubba‘ mencerminkan nilai-nilai penting dalam budaya
Arab pra-Islam, seperti balas dendam, keramahan, dan penghormatan terhadap
agama. Hubungan antar wilayah di Jazirah Arab, serta pengaruh kekuatan luar
seperti Persia dan Ethiopia, menyoroti kompleksitas politik dan budaya pada
masa itu. Peristiwa-peristiwa ini menjadi latar penting dalam memahami sejarah
Arab sebelum kedatangan Islam.
Referensi
Shirah Ibnu Hisyam
Shirah Ibnu Ishaq
Post a Comment