Top News

Sejarah nabi muhammad part 6_Masuknya Raja Tubba’ ke dalam Agama Yahudi dan Penghormatannya kepada Ka'bah


Pendahuluan

Sejarah adalah cermin masa lalu yang tidak hanya merekam peristiwa, tetapi juga memuat hikmah dan pelajaran. Dalam serial sejarah Nabi Muhammad , banyak kisah-kisah penting yang mengawali kemunculan peradaban Islam. Salah satunya adalah kisah Raja Tubba’, seorang penguasa Yaman yang awalnya penyembah berhala, tetapi kemudian memeluk agama Yahudi. Kisah ini mengisahkan perjalanan spiritual dan politiknya yang membawa perubahan besar di kawasan Jazirah Arab, termasuk penghormatannya terhadap Ka'bah dan penghancuran rumah pemujaan Ri’am yang menjadi simbol perubahan kepercayaan masyarakat Yaman. 

Mari kita menyelami detail peristiwa ini berdasarkan riwayat-riwayat terpercaya dari kitab-kitab sejarah Islam. 

Masuknya Raja Tubba’ ke dalam Agama Yahudi, Penghormatannya kepada Ka'bah

Setelah urusannya di madinah selesai, tuba dan pasukanya akhirnya kembali lagi ke kerajannya di Yaman. Dalam rute kembali, mereka melewati kota Mekkah. Ibnu Ishaq menceritakan bahwa: Dahulu Raja Tubba’ dan kaumnya awalnya adalah penyembah berhala. Ketika ia melakukan perjalanan menuju Mekah yang merupakan jalur menuju Yaman dan telah sampai di antara daerah “Usfan dan Amj”, beberapa orang dari Bani Hudzail[1] mendatanginya. Mereka lalu berkata sebagaimana yang diceritakan oleh Ibnu Hisyam:

·       Bani Hudzail: "Wahai Raja, apakah engkau ingin kami tunjukkan sebuah rumah harta yang terlupakan oleh para raja sebelumnya? Di dalamnya terdapat mutiara, zamrud, yaqut, emas, dan perak."

·       Raja Tuba’: Raja menjawab, "Tentu saja."

·       Bani Hudzail: Mereka berkata, "Itu adalah rumah di Mekah yang disembah oleh penduduknya. Mereka melaksanakan shalat di sekitarnya."

Dari dialog ini seolah olah mereka Bani Hudzail adalah orang orang baik, karena memberitahu informasi penting kepada Raja.Tuba’, Namun, maksud orang-orang Hudzail ini sebenrnya adalah mencelakakan Raja Tubba', sebab mereka tahu bahwa setiap raja yang berniat jahat terhadap rumah (Ka’bah) itu akan binasa.

Ketika Raja Tubba' berniat melakukan apa yang mereka orang orang Bani Hudzail katakan, ia terlebih dahulu mengirim utusan kepada dua orang pendeta Yahudi yang dulu memberinya nasehat di kota madinah dan bertanya kepada mereka berdua tentang hal itu. Berikut ini dialognya.

·       Dua pendeta yahudi: Keduanya lalu menjawab, "Orang-orang itu tidak menginginkan selain kebinasaanmu dan bala tentaramu. Tidak ada rumah di bumi ini yang dikhususkan Allah untuk diri-Nya selain rumah itu. Jika engkau melakukan apa yang mereka sarankan, maka engkau dan semua pasukanmu pasti akan binasa."

·       Raja Tuba’: Raja bertanya, "Lalu apa yang kalian sarankan jika aku tiba di sana?"

·       Dua pendeta yahudi: Keduanya menjawab, "Lakukanlah ibadah di sana sebagaimana yang dilakukan oleh penduduknya yaitu bertawaf mengelilinginya, menghormatinya, dan memuliakannya. Cukurlah rambutmu sebagai tanda kerendahan hati, hingga engkau meninggalkan tempat itu."

·       Raja Tuba’: Raja bertanya, "Lalu apa yang menghalangi kalian untuk melakukan hal itu?" Dua pendeta yahudi: Keduanya menjawab, "Demi Allah, itu memang rumah nenek moyang kami, Ibrahim, dan itu sebagaimana yang kami sampaikan kepadamu. Namun, penduduknya menghalangi kami dengan berhala-berhala yang mereka pasang di sekitarnya dan darah yang mereka tumpahkan di sana. Mereka adalah orang-orang najis dan musyrik."

Raja Tubba' memahami nasihat dan kejujuran ucapan mereka berdua. Yang akhirnya menjadikanya memeluk agama Yahudi. kemudian ia menangkap orang-orang Hudzail itu, orang orang yang ingin mengkelabuinya. Raja Tuba’ lalu memotong tangan dan kaki mereka, dan melanjutkan perjalanannya ke Mekah. Sesampainya di Mekah, ia bertawaf mengelilingi Ka'bah, menyembelih kurban di dekatnya, mencukur rambutnya, dan tinggal di Mekah selama enam hari. menurut sebagian riwayat. Selama itu, ia menyembelih kurban untuk masyarakat Mekah, memberi makan mereka, dan menyediakan minuman madu untuk mereka.

Dalam tidurnya, Raja Tubba' diberi petunjuk untuk mengenakan kain penutup (kiswah) pada Ka'bah. Maka ia pertama kali mengenakannya dengan kain kasar, kemudian ia diperintahkan untuk menggantinya dengan yang lebih baik. Lalu ia mengganti penutupnya dengan kain yang lebih baik, hingga akhirnya menutupinya dengan kain sutra halus yang bermotif. Tubba’ disebut sebagai raja pertama yang memberikan kiswah kepada Ka'bah, menurut sebagian riwayat. Ia mewasiatkan kepada para pemimpin suku Jurhum untuk menjaga dan mensucikan Ka'bah, melarang mereka mendekatkannya pada darah, bangkai, atau kain kotor (yaitu pakaian perempuan yang sedang haid), dan ia juga memasang pintu serta kunci untuknya.

Seruan Raja Tubba’ kepada Kaumnya agar Memeluk Yahudi, dan Pengadilan Api

Setelah urusannya di Mekkah selesai, Kemudian ia keluar dari tempat itu untuk menuju Yaman bersama pasukannya, dan juga beserta dua orang ahli kitab (Rabi Yahudi) juga turut bersamanya. Ketika ia tiba di Yaman, ia menyeru kaumnya untuk mengikuti agama yang ia peluk yaitu agama Yahudi. Namun, mereka menolak hingga memutuskan untuk memutuskan perkara tersebut melalui pengadilan api yang ada di Yaman. 

Dalam masalah ini Ibnu Ishaq berkata: Telah menceritakan kepadaku Abu Malik bin Ts‘alabah bin Abu Malik al-Qurazhi. Ia berkata, aku mendengar Ibrahim bin Muhammad bin Thalhah bin Ubaidullah berkata: Ketika Raja Tubba’ mendekati wilayah Yaman untuk memasukinya, kaum Himyar menghalangi dirinya dan berkata,

·       Kaum Himyar: “Engkau tidak boleh memasuki wilayah kami karena engkau telah meninggalkan agama kami.”

·       Raja Tuba’: Ia (Raja Tubba’) kemudian menyeru mereka kepada agamanya seraya berkata, “Agama ini lebih baik daripada agama kalian.”

·       Kaum Himyar: Mereka lalu menjawab, “Kalau begitu, mari kita adili perkara ini melalui api.”

·       Raja Tuba’: Ia menjawab, “Baiklah.” 

Diceritakan bahwa di Yaman terdapat api yang menurut kepercayaan penduduknya dapat memutuskan perkara. Api tersebut akan melahap orang yang zalim dan tidak membahayakan orang yang tidak bersalah. Maka, kaumnya datang membawa berhala-berhala dan benda-benda yang mereka jadikan persembahan dalam agama mereka. Sementara itu, dua rabi yahudi tersebut datang membawa kitab-kitab mereka yang digantungkan di leher mereka. 

Ketika mereka duduk di dekat tempat keluarnya api, api itu pun muncul mendekati mereka. Ketika api itu mendekat, mereka (kaum Himyar) menjauh karena takut. Orang-orang yang hadir saat itu memarahi mereka dan memerintahkan agar mereka tetap bertahan. Akhirnya, mereka tetap di tempat hingga api melahap berhala-berhala serta persembahan yang mereka bawa, bahkan melahap orang-orang yang membawa benda-benda itu dari kaum Himyar. Namun, kedua rabi itu keluar dengan kitab-kitab mereka yang tergantung di leher mereka, sementara keringat membasahi dahi mereka, dan api itu tidak membahayakan mereka.  Ketika itu, kaum Himyar pun serentak memeluk agama yang di tawarkan oleh Raja Tubba’ yakni agama yahudi. Dari peristiwa inilah asal mula agama Yahudi berkembang di Yaman.[2]

Robohnya rumah pejuaan Ri’am

Ini adalah cerita ketika agama yahudi sudah diterima oleh masyarakat suku himyar di yaman. Di kisahkan di yaman ada sebuah rumah pemujaan yang bernama Ri’am yang kemudian dirobohkan oleh dua orang Rabi yahudi yang dibawa oleh raja tuba’ tersebut sebagaimana yang diceritakan oleh Ibnu Ishaq, beliau berkata: Ri’am adalah sebuah rumah ibadah yang diagungkan oleh mereka (kaum Yaman). disebutkan bahwa rumah ibadah ini memiliki nilai sakral di mata masyarakat Yaman. Mereka meyakini bahwa di dalamnya terdapat kekuatan gaib yang sering membantu mereka, dan mereka berbicara atau memohon kepada sesuatu yang dianggap sebagai perantara dengan "kekuatan ilahi."

Lalu Kedua rabi Yahudi yang menemani Tubba’ menjelaskan bahwa Ri’am adalah tempat yang digunakan setan untuk memperdaya manusia. Mereka meminta izin kepada Tubba’ untuk menghancurkan rumah ibadah itu.

Berikut ini adalah rangkaian peristiwa yang terjadi berdasarkan riwayat dari kitab-kitab sejarah Islam:

1.    Identifikasi Keberadaan Setan:

Ø Rabi-rabi Yahudi meyakinkan Tubba’ bahwa keberadaan kekuatan di rumah Ri’am bukan berasal dari Tuhan, melainkan setan yang memanfaatkan kebodohan masyarakat untuk terus melakukan kesyirikan.

Ø Mereka menyatakan bahwa setan inilah yang menggerakkan ritual-ritual tersebut.

2.    Penyembelihan Anjing Hitam:

Ø Rabi Yahudi kemudian memasuki rumah ibadah Ri’am untuk mengusir pengaruh setan yang diyakini ada di tempat itu.

Ø Dalam sebuah ritual yang dimaksudkan untuk menghancurkan kekuatan gaib yang ada di sana, mereka mengeluarkan seekor anjing hitam dari dalam rumah tersebut. Anjing hitam dalam kepercayaan masyarakat saat itu sering diasosiasikan dengan makhluk gaib atau setan.

Ø Setelah anjing tersebut disembelih, suasana di rumah ibadah itu berubah menjadi biasa saja, dan kepercayaan bahwa tempat itu suci mulai pudar.

3.    Penghancuran Bangunan:

Ø Setelah anjing hitam disembelih, kedua rabi menghancurkan rumah ibadah Ri’am. Mereka meruntuhkan struktur bangunan tersebut hingga hanya menyisakan puing-puing.

Ø Darah dari hewan kurban sebelumnya masih terlihat di lokasi tersebut, dan masyarakat setempat meninggalkan tempat itu karena kehilangan keyakinan akan kesuciannya.

4.    Hilangnya Pengaruh Ri’am:

Ø Dengan dihancurkannya Ri’am, kepercayaan masyarakat Yaman terhadap tempat itu mulai memudar. Banyak dari mereka yang kemudian beralih kepada agama yang dibawa oleh Tubba’ dan para rabi Yahudi, yakni agama Yahudi.

Ø Penghancuran Ri’am oleh Raja Tubba’ dan dua rabi Yahudi mencerminkan pergeseran kepercayaan masyarakat Yaman dari agama pagan kepada agama samawi. Peristiwa ini menjadi salah satu tonggak penting dalam sejarah agama di Yaman, yang kelak memainkan peran dalam proses Islamisasi wilayah tersebut di masa Nabi Muhammad .

 

Kesimpulan

Kisah Raja Tubba’ adalah contoh nyata bagaimana keimanan dan kebenaran mampu mengubah tatanan masyarakat. Dari seorang raja penyembah berhala, Tubba’ menjadi pengikut agama Yahudi, menghormati Ka'bah, dan membawa ajaran tauhid ke kaumnya. Perubahan ini tidak terjadi tanpa rintangan. Namun, melalui kebijaksanaan, nasihat dari para rabi Yahudi, dan bukti nyata seperti pengadilan api, Tubba’ berhasil mengajak kaumnya meninggalkan kesyirikan. 

Penghancuran rumah pemujaan Ri’am menjadi simbol berakhirnya kepercayaan lama dan dimulainya pengabdian kepada Tuhan yang Maha Esa. Peristiwa ini adalah salah satu momen penting dalam sejarah Yaman yang kelak menjadi latar belakang dakwah Islam di masa Nabi Muhammad . 

 

Penutup

Kisah Raja Tubba’ mengingatkan kita bahwa perjalanan menuju kebenaran sering kali penuh dengan tantangan. Namun, dengan keyakinan dan kebijaksanaan, perubahan besar bisa tercipta. Ini adalah salah satu bukti bahwa sejarah bukan hanya sekadar catatan masa lalu, tetapi juga cermin untuk memahami masa kini dan membangun masa depan. 

Terima kasih telah menyimak tulisan ini. Jangan lupa untuk mendukung channel Pena Sejarah dengan memberikan like, komentar, dan subscribe agar kita bisa terus menyajikan kisah-kisah sejarah yang inspiratif dan penuh hikmah. Sampai jumpa di video berikutnya! 

 



[1]Bani Hudzail bin Mudrikah bin Ilyas bin Mudhar bin Nizar bin Ma'ad

[2] Ibnu Ishaq juga berkata: Telah menceritakan kepadaku seseorang bahwa kedua rabi tersebut, bersama orang-orang yang mengikuti mereka dari kaum Himyar, hanya mengikuti api untuk mengembalikannya. Mereka berkata, “Barang siapa yang berhasil mengembalikan api, ia yang lebih berhak dengan kebenaran.” 

Beberapa orang dari kaum Himyar mendekati api dengan membawa berhala-berhala mereka untuk mengembalikannya, tetapi api itu mendekat untuk melahap mereka, sehingga mereka menjauh dan tidak mampu mengembalikannya. Kemudian kedua rabi itu maju, membaca Taurat, dan api itu mundur hingga kembali ke tempat asalnya. Maka, kaum Himyar pun serentak memeluk agama kedua rabi tersebut. 

Dan Allah-lah yang Maha Mengetahui mana yang sebenarnya terjadi.

Post a Comment

Previous Post Next Post