Daftar isi
A. Masuknya Raja Tubba’ ke dalam Agama Yahudi,
Penghormatannya kepada Ka'bah
B. Seruan Raja Tubba’ kepada Kaumnya agar Memeluk
Yahudi, dan Pengadilan Api
C. Robohnya rumah pejuaan Ri’am
D. Dampak sosial dan keagamaan yang terjadi di
yaman setelah penghancuran Ri’am
Pembukaan
Assalamu’alaikum
warahmatullahi wabarakatuh.
Sahabat
Pena Sejarah, selamat datang kembali di serial Sejarah Nabi Muhammad ﷺ. Dalam episode kali ini, yaitu bagian
ketujuh, kita akan menelusuri kisah menarik tentang Raja Tubba’, seorang
penguasa dari Yaman, yang memiliki perjalanan luar biasa dalam mengenal agama
Yahudi. Bagaimana perjalanan ini memengaruhi penghormatannya terhadap Ka'bah,
serta dampak sosial dan keagamaan yang terjadi di Yaman setelah
peristiwa-peristiwa besar yang melibatkan dirinya? Kisah ini memberikan wawasan
tentang dinamika kepercayaan dan tradisi masyarakat Arab pra-Islam, yang turut
menjadi bagian dari mosaik sejarah sebelum kelahiran Islam.
Mari
kita ikuti perjalanan penuh pelajaran ini, semoga dapat memperluas wawasan kita
tentang sejarah yang kaya dan penuh hikmah.
Pendahuluan
Sejarah
adalah jendela yang membuka tabir perjalanan umat manusia, termasuk kisah para
raja yang berinteraksi dengan ajaran-ajaran samawi sebelum munculnya Islam.
Dalam bagian ini, dibahas tentang Raja Tubba’, seorang pemimpin dari Yaman yang
kisahnya menjadi bagian penting dalam sejarah pra-Islam. Perjalanan Raja Tubba’
menuju agama Yahudi, penghormatannya terhadap Ka'bah, hingga dampak sosial dan
keagamaan dari kebijakannya memberikan gambaran tentang dinamika kepercayaan
yang berkembang di kawasan Semenanjung Arab. Penelusuran ini mencakup peran
penting dua rabi Yahudi dalam memengaruhi keputusan Raja Tubba’, peralihan
masyarakat Yaman dari kepercayaan pagan ke agama Yahudi, serta kaitannya dengan
tradisi penghormatan terhadap Ka'bah. Kisah ini tidak hanya menarik dari segi
historis, tetapi juga menunjukkan bagaimana peristiwa keagamaan dapat membentuk
tatanan sosial dan budaya suatu masyarakat
A. Masuknya
Raja Tubba’ ke dalam Agama Yahudi, Penghormatannya kepada Ka'bah
Setelah
urusannya di madinah selesai, tuba dan pasukanya akhirnya kembali lagi ke
kerajannya di Yaman. Dalam rute kembali, mereka melewati kota Mekkah. Ibnu
Ishaq menceritakan bahwa: Dahulu Raja Tubba’ dan kaumnya awalnya adalah
penyembah berhala. Ketika ia melakukan perjalanan menuju Mekah yang merupakan
jalur menuju Yaman dan telah sampai di antara daerah “Usfan dan Amj”, beberapa
orang dari Bani Hudzail[1]
mendatanginya. Mereka lalu berkata sebagaimana yang diceritakan oleh Ibnu
Hisyam:
· Bani Hudzail:
"Wahai Raja, apakah engkau ingin kami tunjukkan sebuah rumah harta yang
terlupakan oleh para raja sebelumnya? Di dalamnya terdapat mutiara, zamrud,
yaqut, emas, dan perak."
· Raja Tuba’: Raja
menjawab, "Tentu saja."
· Bani Hudzail: Mereka
berkata, "Itu adalah rumah di Mekah yang disembah oleh penduduknya. Mereka
melaksanakan shalat di sekitarnya."
Dari
dialog ini seolah olah mereka Bani Hudzail adalah orang orang baik, karena
memberitahu informasi penting kepada Raja.Tuba’, Namun, maksud orang-orang
Hudzail ini sebenrnya adalah mencelakakan Raja Tubba', sebab mereka tahu bahwa
setiap raja yang berniat jahat terhadap rumah (Ka’bah) itu akan binasa.
Ketika
Raja Tubba' berniat melakukan apa yang mereka orang orang Bani Hudzail katakan,
ia terlebih dahulu mengirim utusan kepada dua orang pendeta Yahudi yang dulu
memberinya nasehat di kota madinah dan bertanya kepada mereka berdua tentang
hal itu. Berikut ini dialognya.
· Dua pendeta
yahudi: Keduanya lalu menjawab, "Orang-orang itu tidak menginginkan selain
kebinasaanmu dan bala tentaramu. Tidak ada rumah di bumi ini yang dikhususkan
Allah untuk diri-Nya selain rumah itu. Jika engkau melakukan apa yang mereka
sarankan, maka engkau dan semua pasukanmu pasti akan binasa."
· Raja Tuba’: Raja
bertanya, "Lalu apa yang kalian sarankan jika aku tiba di sana?"
· Dua pendeta
yahudi: Keduanya menjawab, "Lakukanlah ibadah di sana sebagaimana yang
dilakukan oleh penduduknya yaitu bertawaf mengelilinginya, menghormatinya, dan
memuliakannya. Cukurlah rambutmu sebagai tanda kerendahan hati, hingga engkau
meninggalkan tempat itu."
· Raja Tuba’: Raja
bertanya, "Lalu apa yang menghalangi kalian untuk melakukan hal itu?"
Dua pendeta yahudi: Keduanya menjawab, "Demi Allah, itu memang rumah nenek
moyang kami, Ibrahim, dan itu sebagaimana yang kami sampaikan kepadamu. Namun,
penduduknya menghalangi kami dengan berhala-berhala yang mereka pasang di
sekitarnya dan darah yang mereka tumpahkan di sana. Mereka adalah orang-orang
najis dan musyrik."
Raja
Tubba' memahami nasihat dan kejujuran ucapan mereka berdua. Yang akhirnya
menjadikanya memeluk agama Yahudi. kemudian ia menangkap orang-orang Hudzail
itu, orang orang yang ingin mengkelabuinya. Raja Tuba’ lalu memotong tangan dan
kaki mereka, dan melanjutkan perjalanannya ke Mekah. Sesampainya di Mekah, ia
bertawaf mengelilingi Ka'bah, menyembelih kurban di dekatnya, mencukur
rambutnya, dan tinggal di Mekah selama enam hari. menurut sebagian riwayat.
Selama itu, ia menyembelih kurban untuk masyarakat Mekah, memberi makan mereka,
dan menyediakan minuman madu untuk mereka.
Dalam
tidurnya, Raja Tubba' diberi petunjuk untuk mengenakan kain penutup (kiswah)
pada Ka'bah. Maka ia pertama kali mengenakannya dengan kain kasar, kemudian ia
diperintahkan untuk menggantinya dengan yang lebih baik. Lalu ia mengganti
penutupnya dengan kain yang lebih baik, hingga akhirnya menutupinya dengan kain
sutra halus yang bermotif. Tubba’ disebut sebagai raja pertama yang memberikan
kiswah kepada Ka'bah, menurut sebagian riwayat. Ia mewasiatkan kepada para
pemimpin suku Jurhum untuk menjaga dan mensucikan Ka'bah, melarang mereka
mendekatkannya pada darah, bangkai, atau kain kotor (yaitu pakaian perempuan
yang sedang haid), dan ia juga memasang pintu serta kunci untuknya.
B. Seruan Raja
Tubba’ kepada Kaumnya agar Memeluk Yahudi, dan Pengadilan Api
Setelah
urusannya di Mekkah selesai, Kemudian ia keluar dari tempat itu untuk menuju
Yaman bersama pasukannya, dan juga beserta dua orang ahli kitab (Rabi Yahudi)
juga turut bersamanya. Ketika ia tiba di Yaman, ia menyeru kaumnya untuk
mengikuti agama yang ia peluk yaitu agama Yahudi. Namun, mereka menolak hingga
memutuskan untuk memutuskan perkara tersebut melalui pengadilan api yang ada di
Yaman.
Dalam
masalah ini Ibnu Ishaq berkata: Telah menceritakan kepadaku Abu Malik bin
Ts‘alabah bin Abu Malik al-Qurazhi. Ia berkata, aku mendengar Ibrahim bin
Muhammad bin Thalhah bin Ubaidullah berkata: Ketika Raja Tubba’ mendekati
wilayah Yaman untuk memasukinya, kaum Himyar menghalangi dirinya dan berkata,
· Kaum Himyar: “Engkau
tidak boleh memasuki wilayah kami karena engkau telah meninggalkan agama kami.”
· Raja Tuba’: Ia (Raja
Tubba’) kemudian menyeru mereka kepada agamanya seraya berkata, “Agama ini
lebih baik daripada agama kalian.”
· Kaum Himyar: Mereka
lalu menjawab, “Kalau begitu, mari kita adili perkara ini melalui api.”
· Raja Tuba’: Ia
menjawab, “Baiklah.”
Diceritakan
bahwa di Yaman terdapat api yang menurut kepercayaan penduduknya dapat
memutuskan perkara. Api tersebut akan melahap orang yang zalim dan tidak
membahayakan orang yang tidak bersalah. Maka, kaumnya datang membawa
berhala-berhala dan benda-benda yang mereka jadikan persembahan dalam agama
mereka. Sementara itu, dua rabi yahudi tersebut datang membawa kitab-kitab
mereka yang digantungkan di leher mereka.
Ketika
mereka duduk di dekat tempat keluarnya api, api itu pun muncul mendekati
mereka. Ketika api itu mendekat, mereka (kaum Himyar) menjauh karena takut.
Orang-orang yang hadir saat itu memarahi mereka dan memerintahkan agar mereka
tetap bertahan. Akhirnya, mereka tetap di tempat hingga api melahap
berhala-berhala serta persembahan yang mereka bawa, bahkan melahap orang-orang
yang membawa benda-benda itu dari kaum Himyar. Namun, kedua rabi itu keluar
dengan kitab-kitab mereka yang tergantung di leher mereka, sementara keringat
membasahi dahi mereka, dan api itu tidak membahayakan mereka. Ketika itu, kaum Himyar pun serentak memeluk
agama yang di tawarkan oleh Raja Tubba’ yakni agama yahudi. Dari peristiwa
inilah asal mula agama Yahudi berkembang di Yaman.[2]
C. Robohnya
rumah pejuaan Ri’am
Ini
adalah cerita ketika agama yahudi sudah diterima oleh masyarakat suku himyar di
yaman. Di kisahkan di yaman ada sebuah rumah pemujaan yang bernama Ri’am yang
kemudian dirobohkan oleh dua orang Rabi yahudi yang dibawa oleh raja tuba’ tersebut
sebagaimana yang diceritakan oleh Ibnu Ishaq, beliau berkata: Ri’am adalah
sebuah rumah ibadah yang diagungkan oleh mereka (kaum Yaman). disebutkan bahwa
rumah ibadah ini memiliki nilai sakral di mata masyarakat Yaman. Mereka
meyakini bahwa di dalamnya terdapat kekuatan gaib yang sering membantu mereka,
dan mereka berbicara atau memohon kepada sesuatu yang dianggap sebagai
perantara dengan "kekuatan ilahi."
Lalu
Kedua rabi Yahudi yang menemani Tubba’ menjelaskan bahwa Ri’am adalah tempat
yang digunakan setan untuk memperdaya manusia. Mereka meminta izin kepada
Tubba’ untuk menghancurkan rumah ibadah itu.
Berikut
ini adalah rangkaian peristiwa yang terjadi berdasarkan riwayat dari
kitab-kitab sejarah Islam:
1.
Identifikasi Keberadaan Setan:
Ø Rabi-rabi
Yahudi meyakinkan Tubba’ bahwa keberadaan kekuatan di rumah Ri’am bukan berasal
dari Tuhan, melainkan setan yang memanfaatkan kebodohan masyarakat untuk terus
melakukan kesyirikan.
Ø Mereka
menyatakan bahwa setan inilah yang menggerakkan ritual-ritual tersebut.
2.
Penyembelihan Anjing Hitam:
Ø Rabi Yahudi kemudian
memasuki rumah ibadah Ri’am untuk mengusir pengaruh setan yang diyakini ada di
tempat itu.
Ø Dalam sebuah
ritual yang dimaksudkan untuk menghancurkan kekuatan gaib yang ada di sana,
mereka mengeluarkan seekor anjing hitam dari dalam rumah tersebut. Anjing hitam
dalam kepercayaan masyarakat saat itu sering diasosiasikan dengan makhluk gaib
atau setan.
Ø Setelah anjing
tersebut disembelih, suasana di rumah ibadah itu berubah menjadi biasa saja,
dan kepercayaan bahwa tempat itu suci mulai pudar.
3.
Penghancuran Bangunan:
Ø Setelah anjing
hitam disembelih, kedua rabi menghancurkan rumah ibadah Ri’am. Mereka
meruntuhkan struktur bangunan tersebut hingga hanya menyisakan puing-puing.
Ø Darah dari
hewan kurban sebelumnya masih terlihat di lokasi tersebut, dan masyarakat
setempat meninggalkan tempat itu karena kehilangan keyakinan akan kesuciannya.
4.
Hilangnya Pengaruh Ri’am:
Ø Dengan
dihancurkannya Ri’am, kepercayaan masyarakat Yaman terhadap tempat itu mulai
memudar. Banyak dari mereka yang kemudian beralih kepada agama yang dibawa oleh
Tubba’ dan para rabi Yahudi, yakni agama Yahudi.
Ø Penghancuran
Ri’am oleh Raja Tubba’ dan dua rabi Yahudi mencerminkan pergeseran kepercayaan
masyarakat Yaman dari agama pagan kepada agama samawi. Peristiwa ini menjadi
salah satu tonggak penting dalam sejarah agama di Yaman, yang kelak memainkan
peran dalam proses Islamisasi wilayah tersebut di masa Nabi Muhammad ﷺ.
D. Dampak
sosial dan keagamaan yang terjadi di yaman setelah penghancuran Ri’am
Setelah
penghancuran rumah pemujaan Ri’am oleh Raja Tubba’ dan dua rabi Yahudi, terjadi
sejumlah peristiwa penting yang menunjukkan dampak dari peristiwa tersebut
terhadap masyarakat Yaman dan kawasan sekitarnya. Berikut adalah beberapa
dampak yang terjadi setelah penghancuran Ri’am berdasarkan berbagai riwayat
dalam sejarah Islam
1. Perubahan Kepercayaan di Kalangan Masyarakat Yaman
Ø Penghancuran
Ri’am mengguncang keyakinan masyarakat Yaman terhadap rumah pemujaan tersebut.
Kepercayaan mereka terhadap kekuatan gaib di tempat itu perlahan memudar.
Peristiwa tersebut menjadi titik balik bagi masyarakat Yaman, yang akhirnya
menerima agama Yahudi sebagai keyakinan baru mereka.
Ø Raja Tubba’,
dengan dukungan kedua rabi Yahudi, memainkan peran penting dalam menyebarkan
agama Yahudi di wilayah Himyar dan sekitarnya. Sebagai hasilnya, agama Yahudi
menjadi dominan di Yaman, menggantikan sistem kepercayaan pagan yang sebelumnya
mengakar kuat.
Ø Raja Tubba’ dan
kedua rabi Yahudi berhasil meneguhkan agama Yahudi sebagai keyakinan utama di
Yaman. Proses ini tidak hanya berlangsung di kalangan elite kerajaan, tetapi
juga di akar rumput masyarakat. Beberapa tradisi lokal digantikan dengan
praktik-praktik agama Yahudi, seperti pembacaan Taurat, pelaksanaan Sabat, dan
ritual penyembelihan yang sesuai dengan hukum Yahudi.
Ø Selain itu,
komunitas Yahudi di Yaman mulai membangun sinagoga-sinagoga sebagai tempat
ibadah. Mereka juga mendirikan sekolah-sekolah agama (yeshiva) untuk
mempelajari Taurat, yang membantu menjaga keberlangsungan ajaran Yahudi di
wilayah tersebut.
2. Penataan Ulang Kehidupan Keagamaan
Ø Raja Tubba’
bersama kedua rabi Yahudi mulai mengorganisasi tata kehidupan keagamaan di
Yaman berdasarkan ajaran Taurat. Mereka menanamkan nilai-nilai tauhid, menolak
penyembahan berhala, dan memperkenalkan ibadah yang sesuai dengan ajaran agama
Yahudi.
Ø Sebagai
pemimpin, Raja Tubba’ memastikan bahwa perubahan ini diterima secara luas oleh
rakyatnya dengan memberikan teladan dan menggunakan pendekatan persuasif,
termasuk pengadilan api yang sebelumnya memperlihatkan keunggulan keimanan baru
dibandingkan kepercayaan lama.
3. Hubungan dengan Ka'bah di Mekah
Ø Setelah
penghancuran Ri’am, penghormatan Raja Tubba’ terhadap Ka'bah semakin besar. Ia
melanjutkan tradisi memuliakan Ka'bah dengan memberikan penutup kain (kiswah)
yang lebih baik. Wasiat Raja Tubba’ kepada suku Jurhum untuk menjaga kesucian
Ka'bah dan melarang aktivitas najis di sekitarnya mencerminkan komitmennya
terhadap rumah Allah ini.
Ø Meskipun agama
Yahudi menjadi dominan di Yaman, penghormatan terhadap Ka'bah tetap terjaga
sebagai warisan dari Nabi Ibrahim dan Ismail, yang kelak menjadi fondasi bagi
penyebaran Islam.
4. Dampak Jangka Panjang terhadap Yaman
Ø Agama Yahudi
bertahan sebagai agama dominan di Yaman selama beberapa waktu setelah Raja
Tubba’ tiada. Kehadiran Yahudi di Yaman menciptakan komunitas yang kaya secara
intelektual dan keagamaan. Beberapa dekade sebelum kedatangan Nabi Muhammad ﷺ, Yaman sempat menjadi saksi konflik agama
antara Yahudi dan Kristen. Ini terlihat dalam kisah Dzu Nuwas, seorang raja
Yahudi yang menganiaya umat Kristen dalam peristiwa terkenal, yaitu tragedi
Ashabul Ukhdud (para penghuni parit).
Ø Namun, agama
Yahudi juga mempersiapkan jalan bagi penerimaan Islam. Ketika Islam mulai
disebarkan oleh Nabi Muhammad ﷺ, banyak orang Yaman yang lebih mudah menerima Islam karena
sudah mengenal tradisi tauhid yang diperkenalkan Raja Tubba’ dan rabi Yahudi.
5. Kesinambungan Peran Yaman dalam Islam
Ø Setelah
datangnya Islam, Yaman memainkan peran penting dalam sejarah Islam. Nabi
Muhammad ﷺ mengutus sahabat-sahabat
mulia seperti Mu’adz bin Jabal dan Ali bin Abi Thalib untuk mengajarkan Islam
di Yaman. Banyak kabilah Yaman yang memeluk Islam dan menjadi bagian integral
dari penyebaran agama ini ke seluruh Jazirah Arab. Kisah penghancuran Ri’am
menjadi pelajaran penting tentang transformasi masyarakat dari kesyirikan
menuju tauhid, yang menjadi fondasi bagi penerimaan Islam di wilayah ini.
Kesimpulan
Kisah
Raja Tubba’ memberikan pelajaran tentang transformasi kepercayaan dalam
masyarakat pra-Islam. Melalui perjalanan spiritualnya, ia membawa perubahan
signifikan di Yaman dengan memperkenalkan agama Yahudi sebagai keyakinan
dominan. Langkah ini tidak hanya berdampak pada kehidupan religius, tetapi juga
pada struktur sosial masyarakat. Penghancuran rumah pemujaan Ri’am melambangkan
runtuhnya tradisi lama dan lahirnya tatanan baru yang berlandaskan ajaran
samawi. Hubungan Raja Tubba’ dengan Ka'bah di Mekah menunjukkan bahwa tradisi
penghormatan terhadap tempat suci ini telah ada jauh sebelum zaman Nabi
Muhammad ﷺ. Keseluruhan cerita ini
menggambarkan bagaimana kekuatan keyakinan dan kepemimpinan yang visioner dapat
mengubah arah sejarah, memberikan inspirasi untuk memahami perjalanan umat
manusia dalam mencari kebenaran dan keharmonisan hidup.
Penutup
Demikianlah
sahabat Pena Sejarah, perjalanan kisah Raja Tubba’ yang kita bahas kali ini.
Mulai dari peralihannya ke agama Yahudi, penghormatannya terhadap Ka'bah,
hingga dampak besar yang dirasakan masyarakat Yaman, semuanya menjadi bagian
penting dalam memahami sejarah Semenanjung Arab pra-Islam.
Semoga
cerita ini menambah kecintaan kita pada sejarah dan memberikan pelajaran
berharga tentang bagaimana keimanan dan keputusan seorang pemimpin dapat
mengubah arah sebuah peradaban. Jangan lupa untuk menyimak episode selanjutnya
dari serial Sejarah Nabi Muhammad ﷺ.
Sampai
jumpa di video berikutnya. Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
[1]Bani Hudzail bin Mudrikah bin Ilyas bin Mudhar
bin Nizar bin Ma'ad
[2] Ibnu Ishaq juga berkata: Telah menceritakan kepadaku seseorang bahwa
kedua rabi tersebut, bersama orang-orang yang mengikuti mereka dari kaum
Himyar, hanya mengikuti api untuk mengembalikannya. Mereka berkata, “Barang
siapa yang berhasil mengembalikan api, ia yang lebih berhak dengan
kebenaran.”
Beberapa orang dari kaum Himyar
mendekati api dengan membawa berhala-berhala mereka untuk mengembalikannya,
tetapi api itu mendekat untuk melahap mereka, sehingga mereka menjauh dan tidak
mampu mengembalikannya. Kemudian kedua rabi itu maju, membaca Taurat, dan api
itu mundur hingga kembali ke tempat asalnya. Maka, kaum Himyar pun serentak
memeluk agama kedua rabi tersebut.
Dan Allah-lah yang Maha Mengetahui mana
yang sebenarnya terjadi.
Post a Comment