Top News

Sejarah Nabi Muhammad part 7


Daftar isi

Pembukaan. 1

Pendahuluan. 2

A. Masuknya Raja Tubba’ ke dalam Agama Yahudi, Penghormatannya kepada Ka'bah. 2

B. Seruan Raja Tubba’ kepada Kaumnya agar Memeluk Yahudi, dan Pengadilan Api 4

C. Robohnya rumah pejuaan Ri’am.. 5

D. Dampak sosial dan keagamaan yang terjadi di yaman setelah penghancuran Ri’am.. 7

Kesimpulan. 9

Penutup. 9

 

 

Pembukaan

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Sahabat Pena Sejarah, selamat datang kembali di serial Sejarah Nabi Muhammad . Dalam episode kali ini, yaitu bagian ketujuh, kita akan menelusuri kisah menarik tentang Raja Tubba’, seorang penguasa dari Yaman, yang memiliki perjalanan luar biasa dalam mengenal agama Yahudi. Bagaimana perjalanan ini memengaruhi penghormatannya terhadap Ka'bah, serta dampak sosial dan keagamaan yang terjadi di Yaman setelah peristiwa-peristiwa besar yang melibatkan dirinya? Kisah ini memberikan wawasan tentang dinamika kepercayaan dan tradisi masyarakat Arab pra-Islam, yang turut menjadi bagian dari mosaik sejarah sebelum kelahiran Islam.

Mari kita ikuti perjalanan penuh pelajaran ini, semoga dapat memperluas wawasan kita tentang sejarah yang kaya dan penuh hikmah.

Pendahuluan

Sejarah adalah jendela yang membuka tabir perjalanan umat manusia, termasuk kisah para raja yang berinteraksi dengan ajaran-ajaran samawi sebelum munculnya Islam. Dalam bagian ini, dibahas tentang Raja Tubba’, seorang pemimpin dari Yaman yang kisahnya menjadi bagian penting dalam sejarah pra-Islam. Perjalanan Raja Tubba’ menuju agama Yahudi, penghormatannya terhadap Ka'bah, hingga dampak sosial dan keagamaan dari kebijakannya memberikan gambaran tentang dinamika kepercayaan yang berkembang di kawasan Semenanjung Arab. Penelusuran ini mencakup peran penting dua rabi Yahudi dalam memengaruhi keputusan Raja Tubba’, peralihan masyarakat Yaman dari kepercayaan pagan ke agama Yahudi, serta kaitannya dengan tradisi penghormatan terhadap Ka'bah. Kisah ini tidak hanya menarik dari segi historis, tetapi juga menunjukkan bagaimana peristiwa keagamaan dapat membentuk tatanan sosial dan budaya suatu masyarakat

A. Masuknya Raja Tubba’ ke dalam Agama Yahudi, Penghormatannya kepada Ka'bah

Setelah urusannya di madinah selesai, tuba dan pasukanya akhirnya kembali lagi ke kerajannya di Yaman. Dalam rute kembali, mereka melewati kota Mekkah. Ibnu Ishaq menceritakan bahwa: Dahulu Raja Tubba’ dan kaumnya awalnya adalah penyembah berhala. Ketika ia melakukan perjalanan menuju Mekah yang merupakan jalur menuju Yaman dan telah sampai di antara daerah “Usfan dan Amj”, beberapa orang dari Bani Hudzail[1] mendatanginya. Mereka lalu berkata sebagaimana yang diceritakan oleh Ibnu Hisyam:

·       Bani Hudzail: "Wahai Raja, apakah engkau ingin kami tunjukkan sebuah rumah harta yang terlupakan oleh para raja sebelumnya? Di dalamnya terdapat mutiara, zamrud, yaqut, emas, dan perak."

·       Raja Tuba’: Raja menjawab, "Tentu saja."

·       Bani Hudzail: Mereka berkata, "Itu adalah rumah di Mekah yang disembah oleh penduduknya. Mereka melaksanakan shalat di sekitarnya."

Dari dialog ini seolah olah mereka Bani Hudzail adalah orang orang baik, karena memberitahu informasi penting kepada Raja.Tuba’, Namun, maksud orang-orang Hudzail ini sebenrnya adalah mencelakakan Raja Tubba', sebab mereka tahu bahwa setiap raja yang berniat jahat terhadap rumah (Ka’bah) itu akan binasa.

Ketika Raja Tubba' berniat melakukan apa yang mereka orang orang Bani Hudzail katakan, ia terlebih dahulu mengirim utusan kepada dua orang pendeta Yahudi yang dulu memberinya nasehat di kota madinah dan bertanya kepada mereka berdua tentang hal itu. Berikut ini dialognya.

·       Dua pendeta yahudi: Keduanya lalu menjawab, "Orang-orang itu tidak menginginkan selain kebinasaanmu dan bala tentaramu. Tidak ada rumah di bumi ini yang dikhususkan Allah untuk diri-Nya selain rumah itu. Jika engkau melakukan apa yang mereka sarankan, maka engkau dan semua pasukanmu pasti akan binasa."

·       Raja Tuba’: Raja bertanya, "Lalu apa yang kalian sarankan jika aku tiba di sana?"

·       Dua pendeta yahudi: Keduanya menjawab, "Lakukanlah ibadah di sana sebagaimana yang dilakukan oleh penduduknya yaitu bertawaf mengelilinginya, menghormatinya, dan memuliakannya. Cukurlah rambutmu sebagai tanda kerendahan hati, hingga engkau meninggalkan tempat itu."

·       Raja Tuba’: Raja bertanya, "Lalu apa yang menghalangi kalian untuk melakukan hal itu?" Dua pendeta yahudi: Keduanya menjawab, "Demi Allah, itu memang rumah nenek moyang kami, Ibrahim, dan itu sebagaimana yang kami sampaikan kepadamu. Namun, penduduknya menghalangi kami dengan berhala-berhala yang mereka pasang di sekitarnya dan darah yang mereka tumpahkan di sana. Mereka adalah orang-orang najis dan musyrik."

Raja Tubba' memahami nasihat dan kejujuran ucapan mereka berdua. Yang akhirnya menjadikanya memeluk agama Yahudi. kemudian ia menangkap orang-orang Hudzail itu, orang orang yang ingin mengkelabuinya. Raja Tuba’ lalu memotong tangan dan kaki mereka, dan melanjutkan perjalanannya ke Mekah. Sesampainya di Mekah, ia bertawaf mengelilingi Ka'bah, menyembelih kurban di dekatnya, mencukur rambutnya, dan tinggal di Mekah selama enam hari. menurut sebagian riwayat. Selama itu, ia menyembelih kurban untuk masyarakat Mekah, memberi makan mereka, dan menyediakan minuman madu untuk mereka.

Dalam tidurnya, Raja Tubba' diberi petunjuk untuk mengenakan kain penutup (kiswah) pada Ka'bah. Maka ia pertama kali mengenakannya dengan kain kasar, kemudian ia diperintahkan untuk menggantinya dengan yang lebih baik. Lalu ia mengganti penutupnya dengan kain yang lebih baik, hingga akhirnya menutupinya dengan kain sutra halus yang bermotif. Tubba’ disebut sebagai raja pertama yang memberikan kiswah kepada Ka'bah, menurut sebagian riwayat. Ia mewasiatkan kepada para pemimpin suku Jurhum untuk menjaga dan mensucikan Ka'bah, melarang mereka mendekatkannya pada darah, bangkai, atau kain kotor (yaitu pakaian perempuan yang sedang haid), dan ia juga memasang pintu serta kunci untuknya.

B. Seruan Raja Tubba’ kepada Kaumnya agar Memeluk Yahudi, dan Pengadilan Api

Setelah urusannya di Mekkah selesai, Kemudian ia keluar dari tempat itu untuk menuju Yaman bersama pasukannya, dan juga beserta dua orang ahli kitab (Rabi Yahudi) juga turut bersamanya. Ketika ia tiba di Yaman, ia menyeru kaumnya untuk mengikuti agama yang ia peluk yaitu agama Yahudi. Namun, mereka menolak hingga memutuskan untuk memutuskan perkara tersebut melalui pengadilan api yang ada di Yaman. 

Dalam masalah ini Ibnu Ishaq berkata: Telah menceritakan kepadaku Abu Malik bin Ts‘alabah bin Abu Malik al-Qurazhi. Ia berkata, aku mendengar Ibrahim bin Muhammad bin Thalhah bin Ubaidullah berkata: Ketika Raja Tubba’ mendekati wilayah Yaman untuk memasukinya, kaum Himyar menghalangi dirinya dan berkata,

·       Kaum Himyar: “Engkau tidak boleh memasuki wilayah kami karena engkau telah meninggalkan agama kami.”

·       Raja Tuba’: Ia (Raja Tubba’) kemudian menyeru mereka kepada agamanya seraya berkata, “Agama ini lebih baik daripada agama kalian.”

·       Kaum Himyar: Mereka lalu menjawab, “Kalau begitu, mari kita adili perkara ini melalui api.”

·       Raja Tuba’: Ia menjawab, “Baiklah.” 

Diceritakan bahwa di Yaman terdapat api yang menurut kepercayaan penduduknya dapat memutuskan perkara. Api tersebut akan melahap orang yang zalim dan tidak membahayakan orang yang tidak bersalah. Maka, kaumnya datang membawa berhala-berhala dan benda-benda yang mereka jadikan persembahan dalam agama mereka. Sementara itu, dua rabi yahudi tersebut datang membawa kitab-kitab mereka yang digantungkan di leher mereka. 

Ketika mereka duduk di dekat tempat keluarnya api, api itu pun muncul mendekati mereka. Ketika api itu mendekat, mereka (kaum Himyar) menjauh karena takut. Orang-orang yang hadir saat itu memarahi mereka dan memerintahkan agar mereka tetap bertahan. Akhirnya, mereka tetap di tempat hingga api melahap berhala-berhala serta persembahan yang mereka bawa, bahkan melahap orang-orang yang membawa benda-benda itu dari kaum Himyar. Namun, kedua rabi itu keluar dengan kitab-kitab mereka yang tergantung di leher mereka, sementara keringat membasahi dahi mereka, dan api itu tidak membahayakan mereka.  Ketika itu, kaum Himyar pun serentak memeluk agama yang di tawarkan oleh Raja Tubba’ yakni agama yahudi. Dari peristiwa inilah asal mula agama Yahudi berkembang di Yaman.[2]

C. Robohnya rumah pejuaan Ri’am

Ini adalah cerita ketika agama yahudi sudah diterima oleh masyarakat suku himyar di yaman. Di kisahkan di yaman ada sebuah rumah pemujaan yang bernama Ri’am yang kemudian dirobohkan oleh dua orang Rabi yahudi yang dibawa oleh raja tuba’ tersebut sebagaimana yang diceritakan oleh Ibnu Ishaq, beliau berkata: Ri’am adalah sebuah rumah ibadah yang diagungkan oleh mereka (kaum Yaman). disebutkan bahwa rumah ibadah ini memiliki nilai sakral di mata masyarakat Yaman. Mereka meyakini bahwa di dalamnya terdapat kekuatan gaib yang sering membantu mereka, dan mereka berbicara atau memohon kepada sesuatu yang dianggap sebagai perantara dengan "kekuatan ilahi."

Lalu Kedua rabi Yahudi yang menemani Tubba’ menjelaskan bahwa Ri’am adalah tempat yang digunakan setan untuk memperdaya manusia. Mereka meminta izin kepada Tubba’ untuk menghancurkan rumah ibadah itu.

Berikut ini adalah rangkaian peristiwa yang terjadi berdasarkan riwayat dari kitab-kitab sejarah Islam:

1.    Identifikasi Keberadaan Setan:

Ø Rabi-rabi Yahudi meyakinkan Tubba’ bahwa keberadaan kekuatan di rumah Ri’am bukan berasal dari Tuhan, melainkan setan yang memanfaatkan kebodohan masyarakat untuk terus melakukan kesyirikan.

Ø Mereka menyatakan bahwa setan inilah yang menggerakkan ritual-ritual tersebut.

2.    Penyembelihan Anjing Hitam:

Ø Rabi Yahudi kemudian memasuki rumah ibadah Ri’am untuk mengusir pengaruh setan yang diyakini ada di tempat itu.

Ø Dalam sebuah ritual yang dimaksudkan untuk menghancurkan kekuatan gaib yang ada di sana, mereka mengeluarkan seekor anjing hitam dari dalam rumah tersebut. Anjing hitam dalam kepercayaan masyarakat saat itu sering diasosiasikan dengan makhluk gaib atau setan.

Ø Setelah anjing tersebut disembelih, suasana di rumah ibadah itu berubah menjadi biasa saja, dan kepercayaan bahwa tempat itu suci mulai pudar.

3.    Penghancuran Bangunan:

Ø Setelah anjing hitam disembelih, kedua rabi menghancurkan rumah ibadah Ri’am. Mereka meruntuhkan struktur bangunan tersebut hingga hanya menyisakan puing-puing.

Ø Darah dari hewan kurban sebelumnya masih terlihat di lokasi tersebut, dan masyarakat setempat meninggalkan tempat itu karena kehilangan keyakinan akan kesuciannya.

4.    Hilangnya Pengaruh Ri’am:

Ø Dengan dihancurkannya Ri’am, kepercayaan masyarakat Yaman terhadap tempat itu mulai memudar. Banyak dari mereka yang kemudian beralih kepada agama yang dibawa oleh Tubba’ dan para rabi Yahudi, yakni agama Yahudi.

Ø Penghancuran Ri’am oleh Raja Tubba’ dan dua rabi Yahudi mencerminkan pergeseran kepercayaan masyarakat Yaman dari agama pagan kepada agama samawi. Peristiwa ini menjadi salah satu tonggak penting dalam sejarah agama di Yaman, yang kelak memainkan peran dalam proses Islamisasi wilayah tersebut di masa Nabi Muhammad .

D. Dampak sosial dan keagamaan yang terjadi di yaman setelah penghancuran Ri’am

Setelah penghancuran rumah pemujaan Ri’am oleh Raja Tubba’ dan dua rabi Yahudi, terjadi sejumlah peristiwa penting yang menunjukkan dampak dari peristiwa tersebut terhadap masyarakat Yaman dan kawasan sekitarnya. Berikut adalah beberapa dampak yang terjadi setelah penghancuran Ri’am berdasarkan berbagai riwayat dalam sejarah Islam

1. Perubahan Kepercayaan di Kalangan Masyarakat Yaman

Ø Penghancuran Ri’am mengguncang keyakinan masyarakat Yaman terhadap rumah pemujaan tersebut. Kepercayaan mereka terhadap kekuatan gaib di tempat itu perlahan memudar. Peristiwa tersebut menjadi titik balik bagi masyarakat Yaman, yang akhirnya menerima agama Yahudi sebagai keyakinan baru mereka.

Ø Raja Tubba’, dengan dukungan kedua rabi Yahudi, memainkan peran penting dalam menyebarkan agama Yahudi di wilayah Himyar dan sekitarnya. Sebagai hasilnya, agama Yahudi menjadi dominan di Yaman, menggantikan sistem kepercayaan pagan yang sebelumnya mengakar kuat.

Ø Raja Tubba’ dan kedua rabi Yahudi berhasil meneguhkan agama Yahudi sebagai keyakinan utama di Yaman. Proses ini tidak hanya berlangsung di kalangan elite kerajaan, tetapi juga di akar rumput masyarakat. Beberapa tradisi lokal digantikan dengan praktik-praktik agama Yahudi, seperti pembacaan Taurat, pelaksanaan Sabat, dan ritual penyembelihan yang sesuai dengan hukum Yahudi.

Ø Selain itu, komunitas Yahudi di Yaman mulai membangun sinagoga-sinagoga sebagai tempat ibadah. Mereka juga mendirikan sekolah-sekolah agama (yeshiva) untuk mempelajari Taurat, yang membantu menjaga keberlangsungan ajaran Yahudi di wilayah tersebut.

2. Penataan Ulang Kehidupan Keagamaan

Ø Raja Tubba’ bersama kedua rabi Yahudi mulai mengorganisasi tata kehidupan keagamaan di Yaman berdasarkan ajaran Taurat. Mereka menanamkan nilai-nilai tauhid, menolak penyembahan berhala, dan memperkenalkan ibadah yang sesuai dengan ajaran agama Yahudi.

Ø Sebagai pemimpin, Raja Tubba’ memastikan bahwa perubahan ini diterima secara luas oleh rakyatnya dengan memberikan teladan dan menggunakan pendekatan persuasif, termasuk pengadilan api yang sebelumnya memperlihatkan keunggulan keimanan baru dibandingkan kepercayaan lama.

3. Hubungan dengan Ka'bah di Mekah

Ø Setelah penghancuran Ri’am, penghormatan Raja Tubba’ terhadap Ka'bah semakin besar. Ia melanjutkan tradisi memuliakan Ka'bah dengan memberikan penutup kain (kiswah) yang lebih baik. Wasiat Raja Tubba’ kepada suku Jurhum untuk menjaga kesucian Ka'bah dan melarang aktivitas najis di sekitarnya mencerminkan komitmennya terhadap rumah Allah ini.

Ø Meskipun agama Yahudi menjadi dominan di Yaman, penghormatan terhadap Ka'bah tetap terjaga sebagai warisan dari Nabi Ibrahim dan Ismail, yang kelak menjadi fondasi bagi penyebaran Islam.

4. Dampak Jangka Panjang terhadap Yaman

Ø Agama Yahudi bertahan sebagai agama dominan di Yaman selama beberapa waktu setelah Raja Tubba’ tiada. Kehadiran Yahudi di Yaman menciptakan komunitas yang kaya secara intelektual dan keagamaan. Beberapa dekade sebelum kedatangan Nabi Muhammad , Yaman sempat menjadi saksi konflik agama antara Yahudi dan Kristen. Ini terlihat dalam kisah Dzu Nuwas, seorang raja Yahudi yang menganiaya umat Kristen dalam peristiwa terkenal, yaitu tragedi Ashabul Ukhdud (para penghuni parit).

Ø Namun, agama Yahudi juga mempersiapkan jalan bagi penerimaan Islam. Ketika Islam mulai disebarkan oleh Nabi Muhammad , banyak orang Yaman yang lebih mudah menerima Islam karena sudah mengenal tradisi tauhid yang diperkenalkan Raja Tubba’ dan rabi Yahudi.

5. Kesinambungan Peran Yaman dalam Islam

Ø Setelah datangnya Islam, Yaman memainkan peran penting dalam sejarah Islam. Nabi Muhammad mengutus sahabat-sahabat mulia seperti Mu’adz bin Jabal dan Ali bin Abi Thalib untuk mengajarkan Islam di Yaman. Banyak kabilah Yaman yang memeluk Islam dan menjadi bagian integral dari penyebaran agama ini ke seluruh Jazirah Arab. Kisah penghancuran Ri’am menjadi pelajaran penting tentang transformasi masyarakat dari kesyirikan menuju tauhid, yang menjadi fondasi bagi penerimaan Islam di wilayah ini.

Kesimpulan

Kisah Raja Tubba’ memberikan pelajaran tentang transformasi kepercayaan dalam masyarakat pra-Islam. Melalui perjalanan spiritualnya, ia membawa perubahan signifikan di Yaman dengan memperkenalkan agama Yahudi sebagai keyakinan dominan. Langkah ini tidak hanya berdampak pada kehidupan religius, tetapi juga pada struktur sosial masyarakat. Penghancuran rumah pemujaan Ri’am melambangkan runtuhnya tradisi lama dan lahirnya tatanan baru yang berlandaskan ajaran samawi. Hubungan Raja Tubba’ dengan Ka'bah di Mekah menunjukkan bahwa tradisi penghormatan terhadap tempat suci ini telah ada jauh sebelum zaman Nabi Muhammad . Keseluruhan cerita ini menggambarkan bagaimana kekuatan keyakinan dan kepemimpinan yang visioner dapat mengubah arah sejarah, memberikan inspirasi untuk memahami perjalanan umat manusia dalam mencari kebenaran dan keharmonisan hidup.

Penutup

Demikianlah sahabat Pena Sejarah, perjalanan kisah Raja Tubba’ yang kita bahas kali ini. Mulai dari peralihannya ke agama Yahudi, penghormatannya terhadap Ka'bah, hingga dampak besar yang dirasakan masyarakat Yaman, semuanya menjadi bagian penting dalam memahami sejarah Semenanjung Arab pra-Islam.

Semoga cerita ini menambah kecintaan kita pada sejarah dan memberikan pelajaran berharga tentang bagaimana keimanan dan keputusan seorang pemimpin dapat mengubah arah sebuah peradaban. Jangan lupa untuk menyimak episode selanjutnya dari serial Sejarah Nabi Muhammad .

Sampai jumpa di video berikutnya. Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

 



[1]Bani Hudzail bin Mudrikah bin Ilyas bin Mudhar bin Nizar bin Ma'ad

[2] Ibnu Ishaq juga berkata: Telah menceritakan kepadaku seseorang bahwa kedua rabi tersebut, bersama orang-orang yang mengikuti mereka dari kaum Himyar, hanya mengikuti api untuk mengembalikannya. Mereka berkata, “Barang siapa yang berhasil mengembalikan api, ia yang lebih berhak dengan kebenaran.” 

Beberapa orang dari kaum Himyar mendekati api dengan membawa berhala-berhala mereka untuk mengembalikannya, tetapi api itu mendekat untuk melahap mereka, sehingga mereka menjauh dan tidak mampu mengembalikannya. Kemudian kedua rabi itu maju, membaca Taurat, dan api itu mundur hingga kembali ke tempat asalnya. Maka, kaum Himyar pun serentak memeluk agama kedua rabi tersebut. 

Dan Allah-lah yang Maha Mengetahui mana yang sebenarnya terjadi.

Post a Comment

Previous Post Next Post