daftar isi
A. Ekspansi terakhir Raja Hasan bin Tuba
E. Kisah
kematian Raja Hasan bin Tubban
Ø Keberhasilan
Hasan bin Tubban
Ø Hasutan
terhadap Amr bin Tubban
Pendahuluan
Assalamualaikum
warahmatullahi wabarakatuh.
Halo
penonton setia channel YouTube Pena Sejarah! Terima kasih telah kembali
mengikuti Serial Sejarah Nabi Muhammad di episode ke-9 ini. Pada episode
sebelumnya, kita telah membahas tantangan awal yang dihadapi oleh Raja Hasan
bin Tubban setelah naik tahta, termasuk berbagai ekspedisinya.
Di
episode kali ini, kita akan melanjutkan kisah menarik tentang ekspedisi
terakhir Hasan bin Tubban ke Bahrain, yang berujung pada kematiannya dalam
sebuah konspirasi tragis. Kita akan membahas persiapan pasukannya, jalur yang
ditempuh, proses perebutan wilayah Bahrain, hingga peristiwa pengkhianatan yang
melibatkan adik kandungnya sendiri. Semua ini akan membawa kita memahami
bagaimana kejadian ini memengaruhi sejarah Kerajaan Himyar dan Jazirah Arab
secara keseluruhan.
Mari
kita mulai perjalanan sejarah ini dengan lebih mendalam!
A. Ekspansi terakhir
Raja Hasan bin Tuba
Episode yang lalu kami
telah menceritakan tantangan yang dialami oleh Hasan bin Tubban setelah naik
tahta, dan berbagai ekspedisi yang dilakukanya, kali ini kami akan menceritakan
tentang kisah wafatnya, saat beliau memimpin ekspedisi militer dari Yaman
menuju Bahrain dengan pasukannya yang besar dan terorganisir. Yang mana
ekspedisikali ini menjadi ekspedisi terakhirnya, karena setelah itu beliau
meninggal dunia disana.
1. Persiapan Pasukan
Hasan
bin Tubban berambisi Untuk mewujudkan cita citanya dan cita cita ayahnya, yakni
menyatukn suku suku Arab dibawah kekuasaan kerajaan Himyar di Yaman. Kali ini Hasan
bin Tubban memimpin sendiri ekspedisi besarnya ke Bahrain, sebagaimana
diceritakan oleh Ibnu Hisyam. dia membawa pasukan Himyar yang besar dan kuat
serta terorganisir. Amr selaku adik kandungnya juga ikut serta dalam ekspedisi
ini sebagai salah satu panglima yang dipercaya oleh Hasan. Pasukan yang
dipimpin Hasan terdiri dari tentara berkuda, pejalan kaki, dan armada kecil
yang mungkin digunakan untuk melintasi wilayah pesisir. Himyar dikenal memiliki
pasukan yang terlatih, dan Raja Tubba’ sebelumnya telah meninggalkan warisan
militer yang kuat tersebut kepada putranya yakni Hasan yang kini telah menjadi
Raja menggntikanya.
2. Jalur yang Ditempuh
Pasukan
besar tersebut bergerak melalui wilayah Najd, setelah menakukan daerah
tersebut. Najd sendiri adalah wilayah yang terletak di tengah-tengah Jazirah
Arab. Hasan dan pasukanya berhasil menundukkan suku-suku Arab yang menghalangi
perjalanan mereka. Setelah melewati padang pasir yang luas dan tandus, Mereka
akhirnya berhasil mencapai pantai timur Jazirah Arab, daerah yang sekarang
mencakup wilayah modern Bahrain, Qatar, Uni Emirat Arab dan sekitarnya.
B. Perebutan Wilayah Bahrain
Ketika pasukan Hasan
bin Tubban tiba di Bahrain, wilayah tersebut dihuni oleh beberapa suku Arab
yang independen, serta komunitas pedagang yang kaya. Jalur tersebut sangat
setrategis karena menjadi jalur penghubung perdagangan antara asia tenggara,
india, persia, smpai ke Romawi, makanya Hasan bin Tuba sangat menginginkan
daerah ini untuk ditaklukan. Proses perebutan wilayah ini melibatkan:
1. Diplomasi dan Aliansi
Selain
menggunakan kekuatan militer yang besar, Hasan mencoba menjalin aliansi dengan
beberapa kepala suku setempat untuk memperkuat kedudukannya di Bahrain. Beberapa
kepala suku menyambut kehadirannya dengan tawaran perdamaian, sebab mereka
sadar tidak akan mampu kalau melawan pasukan Hasan yang besar, kalau mereka
berani melawan pasti akan kalah, maka melakukan konfrontasi secara langsung
merupakan tindakan gegabah dan konyol. Sementara beberapa kepala suku yang lain
menolak untuk tunduk kepada Hasan dan memilih untuk melawan dengan alasan
kebebasan dan harga diri.
2. Konflik Militer
Selain
strategi diplomasi yang Raja Hasan lakukan untuk menundukan suku suku Arab yang
membangkang dan melawanya, dia juga terkadang menggunakan kekuatan militernya
untuk menundukan suku suku Arab tersebut. dan seperti yang dibayangkan, mereka
dapat dikalahkan dengan mudah oleh pasukan Hasan yang lebih besar, lebih
profesional dan lebih terorganisir dengan sangat rapi dan terlatih.
Pasukan
Hasan tercatat terlibat dalam beberapa pertempuran baik pertempuran kecil
maupun besar dengan suku-suku yang menolak tunduk kepadanya. Strategi militer
Himyar yang unggul berhasil menundukkan sebagian besar musuh musuhnya dengan
mudah. Sejumlah Riwayat menyebutkan bahwa Hasan berhasil menguasai Bahrain dan
menetapkan kendali Himyar di wilayah tersebut.
C. Hasil Ekspansi
1. Penguasaan Ekonomi
Dengan
menguasai Bahrain, Kerajaan Himyar berhasil memperkuat kontrolnya atas jalur
perdagangan di Teluk Persia, termasuk perdagangan rempah-rempah, kemenyan, dan
barang dagangan lainnya. Yang mana jalur perdagangan tersebut menjadi urat nadi
bagi kehidupan suku suku Arab di wilayah tersebut. Wilayah Bahrain akhirnya menjadi bagian penting dari kekaisaran Himyar.
2. Pengaruh Budaya dan Agama
Sebagai
Raja dari kerajaan yang menganut agama Yahudi, Hasan berupaya menyebarkan
pengaruh agama ini di wilayah yang baru dikuasainya, meskipun ada resistensi
dari penduduk setempat. Karena ketika itu suku suku Arab sudah memeluk berbagai
agama, seperti paganisme atau penyembahan berhala, Nasrani, Majusi, Agama Hanif
yaitu agama warisan dari Nabi Irahim dan beberapa kepercayaan lokal. Namun
sebenarnya tujuan Hasan menyebarkan agama Yahudi ke wilayah wilayah yang
ditalukanya adalah agar wilayah wilayah tersebut mudah dikontrol dan tetp setia
alias tidak memberontak.
3. Stabilitas Politik
Penaklukan
Bahrain meningkatkan wibawa Hasan bin Tubban sebagai penguasa muda, mengukuhkan
posisinya di dalam negeri dan di antara kerajaan-kerajaan tetangga. Sebab cita
cita menguasai seluruh Jazirah Arab dan menyatukan suku suku Arab dibawah
kerajaan Himyar adalah cita cita Ayahnya dan nenek moyangnya.
D. Akhir Kisah Ekspansi
Setelah berhasil
menaklukkan Bahrain, Hasan bin Tubban menghadapi tantangan dalam mempertahankan
wilayah tersebut karena jaraknya yang jauh dari pusat kekuasaannya di Yaman.
Selain itu, ancaman dari Kekaisaran Sassanid (Persia), yang juga mengincar
wilayah Teluk, menjadi tantangan besar bagi kekuasaan Himyar di Bahrain. Meskipun
demikian, ekspansi ini menunjukkan ambisi Kerajaan Himyar untuk menjadi
kekuatan dominan di Jazirah Arab dan sekitarnya. Namun Hasan bin Tubban setelah
berhasil menaklukan Bahrain tidak sempat menikmati keberhasilanya tersebut,
sebab dia keburu meninggal dunia ketika akan pulang kembali ke Yaman.
Meninggalnya Raja Hasan
bin Tubban sangat tragis, karena melibatkan konspirasi dan penghianatan licik
yang dilakukan oleh orang terdekatnya sendiri.
E. Kisah kematian Raja Hasan bin Tubban
Kisah kematian Raja
Hasan bin Tubban merupakan salah satu cerita tragis dalam sejarah Himyar. Hasan
bin Tubban, seorang penguasa yang ambisius, tegas dan berani, tewas dalam
sebuah insiden pengkhianatan yang ternyata melibatkan adiknya sendiri, yaitu Amr
bin Tubban. Peristiwa ini terjadi saat Hasan sedang atau selesai memimpin
ekspansi ke Bahrain, sebuah wilayah strategis di Teluk Persia. Berikut
kronologi detail kematian Raja Hasan bin Tubban
1. Latar Belakang Konflik
Ø
Keberhasilan
Hasan bin Tubban
Setelah
Hasan bin Tubban berhasil memperluas kekuasaan kerajaan Himyar ke berbagai
wilayah di semenanjung Jazirah Arab, termasuk Najd, Hijaz, syam selatan dan
sebagian Teluk Persia. ekspansi ini ternyata menimbulkan ketidakpuasan di
kalangan para bangsawan Himyar. Sebab Sebagian bangsawan Himyar merasa bahwa Raja
Hasan terlalu ambisius dan memusatkan kekuasaan hanya di tangannya saja. Para
bangsawan juga tidak menyukai gaya kepemimpinannya yang tegas dan cenderung
keras terhadap oposisi.
Ø
Hasutan
terhadap Amr bin Tubban
Amr,
adik kandung Raja Hasan, merupakan sosok yang lebih lembut dan dekat dengan
bangsawan. Para bangsawan yang tidak puas dengan kepemimpinan Raja Hasan,
memanfaatkan kedekatan ini untuk mempengaruhi Amr. Mereka membujuk Amr bahwa
Hasan berencana menyingkirkannya setelah mereka kembali ke Yaman. Para
bangsawan meyakinkan Amr bahwa dia lebih layak menjadi raja dibandingkan Hasan.
Dalam perjalanan ke Bahrain, ketegangan antara Hasan dan Amr mulai terlihat.
Amr menjadi lebih diam dan sering berunding secara rahasia dengan bangsawan
tertentu. Hasan, meskipun merasakan perubahan sikap adiknya, dia tidak
mencurigai adanya rencana pengkhianatan.
Hasutan
para bangsawan himyar kepada amr di ceritakan oleh Ibnu Hisyam dalam bukunya
sebagai berikut: Ibnu Hisyam menyebutkan bahwa, kaum Himyar dan suku-suku Yaman
merasa tidak suka terus melanjutkan perjalanan bersamanya (Hasan). Mereka ingin
kembali ke negeri mereka dan keluarga mereka. Mereka lalu berbicara dengan
saudara Hasan yang bernama Amr, yang ikut serta dalam pasukan tersebut. Mereka
berkata kepadanya, “Bunuhlah saudaramu Hasan, dan kami akan menjadikanmu Raja
atas kami, lalu bawalah kami kembali ke negeri kami.” Amr menyetujui usulan
mereka. Semua kepala suku Himyar mendukung rencana tersebut, kecuali Dzu Ru'ain
al-Himyari yang melarangnya. Namun, Amr tidak mendengarkan nasihatnya.
Setelah
Dzu Ru'ain gagal mencegah rancana Amr dan para bangsawan Himyar untuk membunuh
Hasan, Lalu Dzu Ru'ain bersenandung dalam 2 bait sya’ir
أَلَا مَنْ يَشْتَرِي
سَهْرًا بِنَوْمِ ... سَعِيدٌ مَنْ يَبِيتُ قَرِيرَ عَيْنِ
فَأَمَّا حِمْيَرُ
غَدَرَتْ وَخَانَتْ ... فَمَعْذِرَةُ الْإِلَهِ لَذِي رُعَيْنِ
Tidakkah
ada yang membeli rasa kantuk dengan tidur? * Beruntunglah orang yang tidur
dengan mata yang tenang.
Namun
kaum Himyar telah berkhianat dan menipu,
* Semoga Allah memaafkan Dzu Ru'ain.
Setelah
itu, ia menuliskan kedua bait sya’ir tersebut pada selembar kertas,
menyegelnya, lalu membawanya kepada Amr. Ia berkata kepada Amr, “Simpanlah
surat ini untukku,” dan Amr melakukannya. Setelah itu, Amr membunuh saudaranya
Hasan dan kembali ke Yaman bersama pasukannya.[1]
2. Peristiwa Pembunuhan
Setelah pasukan Himyar berhasil
mengakuisisi wilayah Bahrain dan membuat perjanjian dengan suku suku setempat, para
bangsawan yang telah bersekongkol dengan Amr memutuskan bahwa ini adalah momen
yang tepat untuk menyingkirkan Hasan. Mereka memilih waktu saat Hasan sedang
beristirahat di tendanya untuk melancarkan serangan. Amr, meskipun awalnya
ragu, karena sebelumnya sudah di nasehati oleh Dzu Ru'ain, Namun karena hatinya
sudah dibakar ambisi untuk menjadi Raja, dan juga atas dorongan kuat dari para
bangsawan yang memprofokasinya, akhirnya dia tetap melaksanakan tekadnya
tersebut.
Malam itu, dia memimpin
sendiri pembunuhan terhadap kakaknya itu, Amr dan beberapa orang yang setia kepadanya
memasuki tenda Hasan. Hasan, yang tidak bersenjata dan tidak curiga, dikejutkan
oleh kehadiran mereka. Amr seketika langsung menikam Hasan dengan pedangnya,
diikuti oleh serangan dari para bangsawan yang bersamanya. Hasan tewas di
tempat setelah menerima beberapa tikaman yang mengakibatkan luka parah
ditubuhnya.
3. Reaksi Setelah Pembunuhan
Amr
segera mengumumkan bahwa Raja Hasan telah meninggal, tetapi alasan kematiannya
disembunyikan. Dia mengklaim bahwa Hasan meninggal karena sakit mendadak atau
kecelakaan di medan perang. Dengan meninggalnya Hasan, maka pasukan tersebut
kembali ke Yaman untuk proses pemakaman. Di internal pasukan sendiri sebenarnya
sudah tersebar kabar bahwa Raja mereka Raja Hasan mati karena dibunuh, bukan
mati karena penyakit atau akibat luka dalam pertempuran. Kabar burung terus
meluas bahkan hingga ke masyarakat yang menuntut keadilan.hal ini berlangsung
lama hingga menyebabkan ketidak stabilan di internal kerajaan Himyat.
Untuk
meredam kemarahan Rakyat, Dengan dukungan para bangsawan yang telah
membantunya, Amr akhirnya dinobatkan sebagai Raja Himyar yang baru. Para
bangsawan menyambut naiknya Amr dengan senang, karena mereka merasa dia akan
menjadi pemimpin yang lebih mudah untuk dikendalikan. Namun kejadian inilah
yang nantinya akan menjadi bumerang bagi mereka dan menandai awal keruntuhan kerajaan
Himyar yang telah berdiri berabad abad lamanya.
4. Akibat Kematian Hasan
Kematian
Hasan memicu perpecahan di kalangan masyarakat Himyar. Sebagian besar rakyat
yang setia kepada Hasan merasa dikhianati oleh Amr dan para bangsawan. Loyalitas
pasukan Himyar juga terpecah belah, dengan beberapa jenderal menolak untuk
mengakui Amr sebagai raja mereka. Situasi politik dalam negeri Himyar menjadi
tidak menentu, para bangsawan saling bersaing satu sama lain, bahkan beberapa
kali mencoba untuk mengkudeta Amr selaku Raja yang baru. Kematian Hasan dan
naiknya Amr sebagai raja menandai awal dari kemunduran Kerajaan Himyar. Konflik
internal dan tekanan dari musuh eksternal perlahan-lahan meruntuhkan kekuatan
Himyar.
Konflik
internal yang disebabkan oleh pengkhianatan ini, pada akhirnya melemahkan
stabilitas politik dalam negeri kerajaan Himyar. Kekuatan Himyar di beberapa
wilayah yang baru ditaklukkan, termasuk Bahrain, mulai goyah karena kurangnya
kepemimpinan yang tegas. Banyak wilayah yang memberontak atau melepaskan diri
dari kekuasaan Himyar. Hal ini diperparah dengan kekacauan dan upaya beberapa
kali pemberontakan oleh para bangsawan, maupun para kepala suku himyar. Hal ini
terus berlangsung lama hingga mengganggu kesehatan Amr. Bahkan kejiwaanya pun
mulai goncang. Dia depresi dan menjadi psikopat.
5. Penyesalan Amr
Setelah
menjadi raja, dan menghadapi tekanan yang terus menerus, baik dari dalam maupun
luar negeri, Amr disebut-sebut sering mengalami mimpi buruk tentang pembunuhan
saudaranya. Dia dihantui oleh bayangan Hasan, yang dianggapnya sebagai dosa
besar yang tidak terampuni. Beberapa riwayat menyebutkan bahwa Amr akhirnya
menjadi pemimpin yang lemah karena rasa bersalah ini, dan tekanan yang terus
menerus dialaminya.
Ibnu
Ishaq menceritakan keadaan Amr ini, beliau bercerita: Ketika Amr bin Tubban
tiba di Yaman, dan diangkat menjadi Raja menggantikan kakaknya, ia tidak fokus
menjalankan roda pemerintahan, ia tidak bisa tidur dan terus-menerus dihantui
oleh insomnia. Keadaannya semakin memburuk hingga ia meminta bantuan kepada
para tabib, peramal, dan dukun untuk mencari tahu apa yang dialaminya. Salah
seorang dari mereka berkata kepadanya, “Demi Allah, tidak ada seorang pun
yang pernah membunuh saudaranya atau kerabat dekatnya secara zalim seperti
engkau membunuh saudaramu, kecuali ia akan kehilangan tidurnya dan didera oleh
insomnia.”
Setelah
mendengar hal itu, Amr mulai membunuh semua orang dari para pembesar Yaman yang
telah menyuruhnya untuk membunuh saudaranya, Hasan. Ia terus melakukannya
hingga tiba pada giliran Dzu Ru’ain. Namun, Dzu Ru’ain berkata kepadanya, “Aku
memiliki bukti yang menyelamatkan diriku darimu.” Amr bertanya, “Apa itu?” Dzu
Ru’ain menjawab, “Surat yang aku berikan kepadamu.”
Amr
pun mengeluarkan surat tersebut, dan ternyata di dalamnya terdapat dua bait
syair yang berbunyi:
Tidakkah
ada yang membeli rasa kantuk dengan tidur? * Beruntunglah orang yang tidur
dengan mata yang tenang.
Namun
kaum Himyar telah berkhianat dan menipu,
* Semoga Allah memaafkan Dzu Ru'ain.
Amr
kemudian membiarkan Dzu Ru’ain hidup karena ia menyadari bahwa Dzu Ru’ain telah
menasihatinya dengan tulus, namun tidak digubrisnya. Tak lama setelah itu, Amr
meninggal dunia, dan urusan kaum Himyar menjadi kacau. Mereka pun
tercerai-berai.[2]
Penutup
Demikianlah kisah tragis yang
melingkupi ekspedisi terakhir Raja Hasan bin Tubban, dari ambisinya menyatukan
Jazirah Arab, keberhasilannya menaklukkan Bahrain, hingga pengkhianatan yang
dilakukan oleh adiknya sendiri, Amr bin Tubban. Peristiwa ini tidak hanya
meninggalkan jejak mendalam dalam sejarah Kerajaan Himyar, tetapi juga menjadi
pelajaran tentang ambisi, loyalitas, dan pengaruh intrik politik.
Jika kalian merasa video ini
bermanfaat, jangan lupa untuk like, subscribe, dan tinggalkan
komentar kalian di bawah. Bagikan juga video ini kepada teman-teman kalian agar
semakin banyak yang bisa belajar sejarah Islam dan peradaban dunia melalui
channel ini.
Sampai jumpa di episode
berikutnya! Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Post a Comment