Top News

sejarah terciptanya ilmu nahwu dan tanda baca al-Qur'an

 


 

Daftar isi

 

SEJARAH MULCULNYA ILMU NAHWU DAN SHORROF. 1

A. Pendahuluan. 1

B. bingkai sejarah. 2

C. Kisah pertama (indahnya malam hari) 4

D. Kisah kedua (abu aswad ad-du’ali dan qori’ al-qur’an) 6

E. Perkembangan tanda baca yang terpakai didalam al-qur’an dari zaman kezaman. 9

F. Penutup. 11

Referensi 12

Bibliography. 12

 

 

A. Pendahuluan

Ada pribahasa yang mengatakan ilmu nahwu adalah bapaknya ilmu dan ilmu shorrof adalah ibunya ilmu, jika keduanya bertemu maka akan melahirkan ilmu-ilmu yang lain seperti fikih, tafsir, sejarah, dan ilmu-ilmu yang lain. Oleh karena itu ilmu nahwu sangat penting didalam setudi keislaman. Hal ini Kerena memang sebagian besar literature-literatur keislaman masih berbahasa arab. Ada memang yang diterjemahkan kedalam bahada lain akan tetapi jumlahnya sangat minim sekali. Oleh karena itu penguasaan terhadap ilmu nahwu merupakan hal yang sangat mendasar sebelum belajar ilmu-ilmu yang lain.

B. bingkai sejarah

Setelah Rasuullah saw wafat tonggak kepemimpinan diteruskan oleh shahabat abu bakar as-syidiq. Kurang lebih sekitar dua tahun beliau memimpin umat islam untuk memerangi orang-orang yang murtad. Setelah beliau wafat kemudian digantikan oleh umar bin khattab. Pada masa umar inilah umat islam mengalami masa kejayaan. Daerah-daerah ajam (non arab) banyak yang takluk dan tunduk pada kekhalifahan islam yang dipimpin umar. Pada masa umar ini juga dua kekaisaran terbesar didunia ketika itu juga tunduk yaitu kekaisaran Persia yang memimpin belahan bumi bagian timur dan kekaisaran romawi yang memimpin belahan bumi bagian barat.

Jihad dikalangan kaum muslimin terus digalakan sampai puncaknya pada masa kepemimpinan khalifah utsman bin affan dan ali bin abi thalib. Pada masa ini daerah kekhalifahan islam sangat luas, membentang dari barat ketimur, dari afrika sampai asia bahkan sudah mulai masuk ke-eropa. Ketika tampuk kekuasaan jatuh ketangan mu’awiyyah bin abi sufyan dan bahasa arab digunakan sebagai bahasa resmi Negara maka banyak orang-orang non arab (ajam) yang mempelajari bahasa arab untuk kepentingan sehari-hari, baik untuk kepentingan politik, pemerintahan, pendidikan, perdagangan, maupun sosial.

Pada masa tersebut bahasa arab menjadi bahasa yang aling banyak dituturkan oleh manusia didunia. Dibalik perkembangan dan kepopuleran bahasa arab ternyata mempunyai dampak negative. dampak negativenya adalah bahasa arab sudah tidak murni lagi kaarena sudah bercampur baur dengan bahasa local sebelum bahasa arab yang sudah pasti mengurangi kefashihan dan keindahan bahasa arab itu sendiri. Masalah ini pertamakalinya disadari pada masa pemerintahan khalifah ali bin abi thalib oleh salah satu sahabat beliau yang bernama abu aswad ad-du’ali. Dalam hal ini ada dua kisah yang terkenal mengenai abu aswad ad-du’ali ini.

C. Kisah pertama (indahnya malam hari)

Pada suatu malam abu aswad ad-du’ali dan putrinya sedang berjalan-jalan dimalam hari saat bulan purnama, ketika itu langit Nampak indah karena dihiasi bintang-bintang. Ketika putrinya melihat kelangit yang dihiasi oleh bintang-bintang, putrinya berkata : مَا أَحْسَنَ السَّمَاءَ (betapa indahnya langit itu…!) sebagai wujud kekaguman. Akan tetapi putrinya salah berucap, dia malah membaca dhommah huruf nunnya lafadz أَحْسَنَ dan mengkasroh hamzahnya lafadz السَّمَاءَ maka otomatis artinya berubah dari yang tadinya bermakna ungkapan kekaguman menjadi kalimat Tanya.  Artinya menjadi seperti ini : مَا أَحْسَنُ السَّمَاءِ (apakah yang paling indah dilangit…?).

Ketika mendengar putrinya bertanya maka abu aswad sepontan menjawab : نُجُوْمُهَا يَا بُنَيَّةْ (bintang-bintangnya wahai anaku). Mendengar jawaban dari sang ayah putrinya heran dan menjelaskan bahwa tidak sedang bertanya akan tetapi sedang mengungkapkan kekaguman terhadap bintang-bintang dilangit itu. Putrinya berkata seperti ini : إِنَّمَا أَرَدْتُ التَّعَجُّبَ (sesungguhnya aku ingin mengungkapan kekaguman). Mendengar penjelasan sang putri kemudian abu aswad menjelaskan dan mengajari putrinya. Beliau berkata kepada putrinya : “kalau begitu ucapkanlah مَا أَحْسَنَ السَّمَاءَ “(betapa indahnya langit itu…!). dengan membaca fathah pada huruf nunnya lafadz أَحْسَنَ dan hamzahnya lafadz السَّمَاءَ .

D. Kisah kedua (abu aswad ad-du’ali dan qori’ al-qur’an)

Pada suatu malam abu aswad ad-du’ali melewati orang yang sedang membaca al-qur’an, beliau menndengar orang itu sedang membaca surat at-taubah ayat 3 yang berbunyi :

وَأَذَانٌ مِنَ اللَّهِ وَرَسُولِهِ إِلَى النَّاسِ يَوْمَ الْحَجِّ الْأَكْبَرِ أَنَّ اللَّهَ بَرِيءٌ مِنَ الْمُشْرِكِينَ وَرَسُولُهُ فَإِنْ تُبْتُمْ فَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ وَإِنْ تَوَلَّيْتُمْ فَاعْلَمُوا أَنَّكُمْ غَيْرُ مُعْجِزِي اللَّهِ وَبَشِّرِ الَّذِينَ كَفَرُوا بِعَذَابٍ أَلِيمٍ

Artinya:

Dan (inilah) suatu permakluman daripada Allah dan Rasul-Nya kepada umat manusia pada hari haji akbar bahwa sesungguhnya Allah dan Rasul-Nya berlepas diri dari orang-orang musyrikin. Kemudian jika kamu (kaum musyrikin) bertobat, maka bertaubat itu lebih baik bagimu; dan jika kamu berpaling, maka ketahuilah bahwa sesungguhnya kamu tidak dapat melemahkan Allah. Dan beritakanlah kepada orang-orang kafir (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih.

Akan tetapi orang tersebut salah membacanya. Kesalahanya terletak pada lafadz وَرَسُولُهُ yang jatuh setelah lafadz مِنَ الْمُشْرِكِينَ yang seharusnya huruf lamnya dibaca dhommah akan tetapi oleh orang tersebut malah dibaca kasroh, maka otomatis artinya berubah dan sangat fatal. Artinya menjadi : “sesungguhnya allah berlepas diri dari orang-orang musrik dan rasulnya.” Setelah mendengar bacaan orang tadi abu aswad ketakutan dan melaporkan masalah ini kepada khalifah ali bin abi thalib. Abu aszad takut keindahan dan kemurnian bahasa arab menjadi rusak.

Mendengar laporan ini kemudian  khalifah ali bin abi thalib menaggapinya dengan mengajarkan dasar-dasar bahasa arab kepada abu aswad. pertama-tama beliau membuat pembagian kata, kemudian bab inna dan saudara-saudaranya, bentuk idhafah, bentuk ta’ajub, kalimat istifham dan lain-lainnya, kemudian beliau berkata kepada abu aswad : “ أنح هذا النحو (ikutilah jalan ini). Dari petikan kalimat yang terlontar oleh khalifah ali bin abi thalib inilah ilmu tentang kaidah-kaidah struktur bahasa arab disebut imu nahwu, yang secara bahasa aartinya adalah jalan atau arah.

Kemudian abu aswad melaksanakan tugasnya dan menambahi bab-bab lainnya sampai dirasa cukup. Nantinya dari tangan beliau inilah bermunculan ulama-ulama ahli bahasa arab seperti Abu amru bin ‘alai, nashr bin ashim, yahya bin ya’mur, Khalil bin ahmad al-farahidi yaitu ulama yang pertama kali meletakan dasar-dasar ilmu ‘arudh. Beliau juga orang yang menulis mu’jam pertama yaitu al-qamus ‘ain. Kemudian sampai kepada imam sibawaih dan imam kisa’I yaitu dua ulama nahwu terbesar pada masanya.

Setelah rentang waktu yang lama ilmu nahwu semakin mapan dan terus dikembangkan sehingga timbullah lima madzhab nahwu yaitu : madzhab bashrah, madzhab kuffah, madzhab mesir, madzhab Baghdad, madzhab andalus.

E. Perkembangan tanda baca yang terpakai didalam al-qur’an dari zaman kezaman.

·       Pada zaman rasulullah saw dan para sahabatnya, belum terdapat kesalahan membaca al-qur’an wa;aupun ketika itu al-qur’an masih gundul (belum ada tanda titik maupun harokat).

·       Dizaman tabi’in sudah terdapat kesalahan membaca al-qur’an utamanya disetiap akhir dari tiap-tiap kalimat.

·       Kemudian abu aswad ad-duali meletakan kaidah dasar tentang I’rab yaitu dengan menambakan titik diatas huruf sebagai lambing fathah, titik dibawah huruf untuk lambing kasrah, titik disamping kiri huruf untuk dhommah, titik dobel untuk melambangkan tanwin dan dikosongkan dari titik untuk melambangkan sukun, hanya itu saja. Sangat sederhana dan hanya terletak diakhr kalimat saja dan ditulis dengan tinta merah.

·       Setelah itu ternyata masih terdapat banyak kesalahan membaca al-qur’an, karena huruf-huruf arab banyak yang kembar seperti huruf jim, ha, kha, dal, zal dsb. Maka nashr bin ashim dan yahya bin ya’mur yang merupakan murud dari abu aswad ad-du’ali, keduanya menemukan ide berilian yaitu dengan menambahkan titik pada setiap huruf yang kembar.

Sebelum ditambah titik oleh nashr bin ashim dan yahya bin ya’mur

ا ٮ ٮ ٮ ح ح ح د د ر ر س س ص ص ط ط ع ع ٯ ٯ ك ل م ں و ه ى

Setelah ditambah titik oleh nashr bin ashim dan yahya bin ya’mur

ا ب ت ث ج ح خ د ذ ر ز س ش ص ض ط ظ ع غ ف ق ك ل م ن و ه ي

 

·       Karena semakin luasnya kekhalifahan islam tentu semakin banyak pula orang non arab yang masuk islam yang otomatis semakin banyak pula orang-orang yang salah dalam membaca al-qur’an. Hal ini wajar karena memang bukan bukan hahasa ibu mereka. Oleh karena itu imam Khalil bin ahmad tampil untuk menyumbangkan idenya lagi dengan merombak karya abu aswad dan dua muridnya dengan menambahi harokat dan untuk seterusnya disempurnakan lagi dari generasi kegenerasi sampai yang kita kena sekarang ini.

F. Penutup

Semoga tulisan yang ringkas ini bisa menjadi wawasan dan inspirasi bagi kita semua utamanya bagi penulis sendiri agar kita paham bahwa segala sesuatu Didunia ini tidak ada yang isnstan akan tetapi berproses dari bawah dahulu.  Baik manusia, binatang, tumbuhan bahkan peradaban. Yang perlu kita lakukan sekarang ini adalah menghargai dan meneruskan perjuangan ulama terdahulu yang tidak pernah lelah membimbing umat ini. Semoga kita semua bisa mencontoh dan meniru perjuangan mereka. Amiin.

 

simak penjelasan versi video youtube dengan klik video dibawah ini



Referensi

Bibliography

birri, M. b. (2000). Standar tajwid. Kediri: Lirboyo.

birri, M. b. (2009). Al-Qur'an rosm utsmani. Kediri: Madrasah Muratilil Qur'ani.

hakim, T. (2004). Kamus at-taufiq. Bangsari: Amtsilati.

munawwir, A. w. (1997). Kamus al-munawwir arab- indonesia. Yogyakarta: Pustaka progresif.

 

 

Post a Comment

Previous Post Next Post