Daftar isi
SEJARAH
MULCULNYA ILMU NAHWU DAN SHORROF
C. Kisah
pertama (indahnya malam hari)
D. Kisah
kedua (abu aswad ad-du’ali dan qori’ al-qur’an)
E.
Perkembangan tanda baca yang terpakai didalam al-qur’an dari zaman kezaman.
A. Pendahuluan
Ada pribahasa yang
mengatakan ilmu nahwu adalah bapaknya ilmu dan ilmu shorrof adalah ibunya ilmu,
jika keduanya bertemu maka akan melahirkan ilmu-ilmu yang lain seperti fikih,
tafsir, sejarah, dan ilmu-ilmu yang lain. Oleh karena itu ilmu nahwu sangat penting
didalam setudi keislaman. Hal ini Kerena memang sebagian besar literature-literatur
keislaman masih berbahasa arab. Ada memang yang diterjemahkan kedalam bahada
lain akan tetapi jumlahnya sangat minim sekali. Oleh karena itu penguasaan
terhadap ilmu nahwu merupakan hal yang sangat mendasar sebelum belajar
ilmu-ilmu yang lain.
B. bingkai sejarah
Setelah Rasuullah saw
wafat tonggak kepemimpinan diteruskan oleh shahabat abu bakar as-syidiq. Kurang
lebih sekitar dua tahun beliau memimpin umat islam untuk memerangi orang-orang
yang murtad. Setelah beliau wafat kemudian digantikan oleh umar bin khattab.
Pada masa umar inilah umat islam mengalami masa kejayaan. Daerah-daerah ajam
(non arab) banyak yang takluk dan tunduk pada kekhalifahan islam yang dipimpin
umar. Pada masa umar ini juga dua kekaisaran terbesar didunia ketika itu juga
tunduk yaitu kekaisaran Persia yang memimpin belahan bumi bagian timur dan
kekaisaran romawi yang memimpin belahan bumi bagian barat.
Jihad dikalangan kaum
muslimin terus digalakan sampai puncaknya pada masa kepemimpinan khalifah utsman
bin affan dan ali bin abi thalib. Pada masa ini daerah kekhalifahan islam
sangat luas, membentang dari barat ketimur, dari afrika sampai asia bahkan
sudah mulai masuk ke-eropa. Ketika tampuk kekuasaan jatuh ketangan mu’awiyyah
bin abi sufyan dan bahasa arab digunakan sebagai bahasa resmi Negara maka
banyak orang-orang non arab (ajam) yang mempelajari bahasa arab untuk
kepentingan sehari-hari, baik untuk kepentingan politik, pemerintahan,
pendidikan, perdagangan, maupun sosial.
Pada masa tersebut bahasa
arab menjadi bahasa yang aling banyak dituturkan oleh manusia didunia. Dibalik
perkembangan dan kepopuleran bahasa arab ternyata mempunyai dampak negative. dampak
negativenya adalah bahasa arab sudah tidak murni lagi kaarena sudah bercampur
baur dengan bahasa local sebelum bahasa arab yang sudah pasti mengurangi
kefashihan dan keindahan bahasa arab itu sendiri. Masalah ini pertamakalinya
disadari pada masa pemerintahan khalifah ali bin abi thalib oleh salah satu
sahabat beliau yang bernama abu aswad ad-du’ali. Dalam hal ini ada dua kisah
yang terkenal mengenai abu aswad ad-du’ali ini.
C. Kisah
pertama (indahnya malam hari)
Pada suatu malam abu
aswad ad-du’ali dan putrinya sedang berjalan-jalan dimalam hari saat bulan
purnama, ketika itu langit Nampak indah karena dihiasi bintang-bintang. Ketika
putrinya melihat kelangit yang dihiasi oleh bintang-bintang, putrinya berkata :
مَا أَحْسَنَ السَّمَاءَ (betapa
indahnya langit itu…!) sebagai wujud kekaguman. Akan tetapi putrinya salah
berucap, dia malah membaca dhommah huruf nunnya lafadz أَحْسَنَ dan mengkasroh hamzahnya lafadz السَّمَاءَ maka otomatis artinya berubah dari yang tadinya bermakna
ungkapan kekaguman menjadi kalimat Tanya. Artinya menjadi seperti ini : مَا أَحْسَنُ السَّمَاءِ (apakah
yang paling indah dilangit…?).
Ketika mendengar putrinya
bertanya maka abu aswad sepontan menjawab : نُجُوْمُهَا
يَا بُنَيَّةْ (bintang-bintangnya wahai anaku).
Mendengar jawaban dari sang ayah putrinya heran dan menjelaskan bahwa tidak
sedang bertanya akan tetapi sedang mengungkapkan kekaguman terhadap
bintang-bintang dilangit itu. Putrinya berkata seperti ini : إِنَّمَا أَرَدْتُ التَّعَجُّبَ (sesungguhnya
aku ingin mengungkapan kekaguman). Mendengar penjelasan sang putri kemudian abu
aswad menjelaskan dan mengajari putrinya. Beliau berkata kepada putrinya :
“kalau begitu ucapkanlah مَا أَحْسَنَ السَّمَاءَ
“(betapa indahnya langit itu…!). dengan membaca fathah pada huruf nunnya lafadz
أَحْسَنَ dan hamzahnya
lafadz السَّمَاءَ .
D. Kisah kedua
(abu aswad ad-du’ali dan qori’ al-qur’an)
Pada suatu malam abu
aswad ad-du’ali melewati orang yang sedang membaca al-qur’an, beliau menndengar
orang itu sedang membaca surat at-taubah ayat 3 yang berbunyi :
وَأَذَانٌ
مِنَ اللَّهِ وَرَسُولِهِ إِلَى النَّاسِ يَوْمَ الْحَجِّ الْأَكْبَرِ أَنَّ
اللَّهَ بَرِيءٌ مِنَ الْمُشْرِكِينَ وَرَسُولُهُ فَإِنْ تُبْتُمْ
فَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ وَإِنْ تَوَلَّيْتُمْ فَاعْلَمُوا أَنَّكُمْ غَيْرُ
مُعْجِزِي اللَّهِ وَبَشِّرِ الَّذِينَ كَفَرُوا بِعَذَابٍ أَلِيمٍ
Artinya:
Dan
(inilah) suatu permakluman daripada Allah dan Rasul-Nya kepada umat manusia
pada hari haji akbar bahwa sesungguhnya Allah dan Rasul-Nya berlepas diri dari orang-orang
musyrikin. Kemudian
jika kamu (kaum musyrikin) bertobat, maka bertaubat itu lebih baik bagimu; dan
jika kamu berpaling, maka ketahuilah bahwa sesungguhnya kamu tidak dapat
melemahkan Allah. Dan beritakanlah kepada orang-orang kafir (bahwa mereka akan mendapat)
siksa yang pedih.
Akan tetapi
orang tersebut salah membacanya. Kesalahanya terletak pada lafadz وَرَسُولُهُ yang jatuh setelah lafadz مِنَ الْمُشْرِكِينَ yang
seharusnya huruf lamnya dibaca dhommah akan tetapi oleh orang tersebut malah
dibaca kasroh, maka otomatis artinya berubah dan sangat fatal. Artinya menjadi
: “sesungguhnya allah berlepas diri dari orang-orang musrik dan rasulnya.” Setelah
mendengar bacaan orang tadi abu aswad ketakutan dan melaporkan masalah ini
kepada khalifah ali bin abi thalib. Abu aszad takut keindahan dan kemurnian
bahasa arab menjadi rusak.
Mendengar laporan
ini kemudian khalifah ali bin abi thalib
menaggapinya dengan mengajarkan dasar-dasar bahasa arab kepada abu aswad. pertama-tama
beliau membuat pembagian kata, kemudian bab inna dan saudara-saudaranya, bentuk
idhafah, bentuk ta’ajub, kalimat istifham dan lain-lainnya, kemudian beliau
berkata kepada abu aswad : “ أنح هذا النحو (ikutilah jalan ini). Dari petikan kalimat yang
terlontar oleh khalifah ali bin abi thalib inilah ilmu tentang kaidah-kaidah struktur
bahasa arab disebut imu nahwu, yang secara bahasa aartinya adalah jalan atau
arah.
Kemudian abu
aswad melaksanakan tugasnya dan menambahi bab-bab lainnya sampai dirasa cukup. Nantinya
dari tangan beliau inilah bermunculan ulama-ulama ahli bahasa arab seperti Abu
amru bin ‘alai, nashr bin ashim, yahya bin ya’mur, Khalil bin ahmad al-farahidi
yaitu ulama yang pertama kali meletakan dasar-dasar ilmu ‘arudh. Beliau juga
orang yang menulis mu’jam pertama yaitu al-qamus ‘ain. Kemudian sampai kepada
imam sibawaih dan imam kisa’I yaitu dua ulama nahwu terbesar pada masanya.
Setelah rentang
waktu yang lama ilmu nahwu semakin mapan dan terus dikembangkan sehingga
timbullah lima madzhab nahwu yaitu : madzhab bashrah, madzhab kuffah, madzhab
mesir, madzhab Baghdad, madzhab andalus.
E. Perkembangan tanda baca yang terpakai didalam al-qur’an
dari zaman kezaman.
· Pada
zaman rasulullah saw dan para sahabatnya, belum terdapat kesalahan membaca
al-qur’an wa;aupun ketika itu al-qur’an masih gundul (belum ada tanda titik
maupun harokat).
· Dizaman
tabi’in sudah terdapat kesalahan membaca al-qur’an utamanya disetiap akhir dari
tiap-tiap kalimat.
· Kemudian
abu aswad ad-duali meletakan kaidah dasar tentang I’rab yaitu dengan menambakan
titik diatas huruf sebagai lambing fathah, titik dibawah huruf untuk lambing kasrah,
titik disamping kiri huruf untuk dhommah, titik dobel untuk melambangkan tanwin
dan dikosongkan dari titik untuk melambangkan sukun, hanya itu saja. Sangat sederhana
dan hanya terletak diakhr kalimat saja dan ditulis dengan tinta merah.
· Setelah
itu ternyata masih terdapat banyak kesalahan membaca al-qur’an, karena
huruf-huruf arab banyak yang kembar seperti huruf jim, ha, kha, dal, zal dsb. Maka
nashr bin ashim dan yahya bin ya’mur yang merupakan murud dari abu aswad ad-du’ali,
keduanya menemukan ide berilian yaitu dengan menambahkan titik pada setiap
huruf yang kembar.
Sebelum ditambah titik oleh nashr bin ashim dan yahya bin ya’mur |
ا ٮ
ٮ ٮ ح ح ح د د ر ر س س ص ص ط ط ع ع ٯ ٯ ك ل م ں و ه ى |
Setelah ditambah titik oleh nashr bin ashim dan yahya bin ya’mur |
ا ب ت ث ج ح خ د ذ ر ز س ش ص ض ط ظ ع غ ف ق ك ل
م ن و ه ي |
· Karena
semakin luasnya kekhalifahan islam tentu semakin banyak pula orang non arab
yang masuk islam yang otomatis semakin banyak pula orang-orang yang salah dalam
membaca al-qur’an. Hal ini wajar karena memang bukan bukan hahasa ibu mereka. Oleh
karena itu imam Khalil bin ahmad tampil untuk menyumbangkan idenya lagi dengan
merombak karya abu aswad dan dua muridnya dengan menambahi harokat dan untuk
seterusnya disempurnakan lagi dari generasi kegenerasi sampai yang kita kena
sekarang ini.
F. Penutup
Semoga tulisan
yang ringkas ini bisa menjadi wawasan dan inspirasi bagi kita semua utamanya
bagi penulis sendiri agar kita paham bahwa segala sesuatu Didunia ini tidak ada
yang isnstan akan tetapi berproses dari bawah dahulu. Baik manusia, binatang, tumbuhan bahkan
peradaban. Yang perlu kita lakukan sekarang ini adalah menghargai dan
meneruskan perjuangan ulama terdahulu yang tidak pernah lelah membimbing umat
ini. Semoga kita semua bisa mencontoh dan meniru perjuangan mereka. Amiin.
simak penjelasan versi video youtube dengan klik video dibawah ini
Referensi
Bibliography
birri,
M. b. (2000). Standar tajwid. Kediri: Lirboyo.
birri, M. b.
(2009). Al-Qur'an rosm utsmani. Kediri: Madrasah Muratilil Qur'ani.
hakim, T. (2004). Kamus
at-taufiq. Bangsari: Amtsilati.
munawwir, A. w.
(1997). Kamus al-munawwir arab- indonesia. Yogyakarta: Pustaka
progresif.
Post a Comment