Mahmud
bin basuki bin parjo bin sosro, Fatimah binti firman bin alimin bin nasirin,
kebanyak dari kita biasanya hanya mampu menghafal nasab atau silsilah keluarga
atau garis keturunan hanya sampai kakek atau sampai kakek buyut doang, hal ini berbeda
dengan orang arab dimasa lalu yang sangat membanggakan silsilah keluarga mereka,
mereka mampu menghafal nama-nama silsilah keluarganya sampai nenek moyang
mereka yang bernama Adnan, Adnan adalah nenek moyang nabi Muhammad yang ke-21.[1]
Bahkan seorang sejarawan yang bernama Imam Ibnu Hisyam mampu menyebutkan nasab
Rasulullah saw secara lengkap sampai Nabi Adam AS, berikut ini adalah nasab
nabi Muhammad saw sampai nabi adam :
Simak materi tulisan ini versi youtube
Muhammad
Bin Abdullah Bin abdul muthalib Bin hasyim Bin abdul manaf Bin qushay Bin
killab Bin murrah Bin ka’ab Bin lu’ai Bin gholib Bin fihr Bin malik Bin nadzar
Bin kinanah Bin khuzaimah Bin mudrikah Bin ilyas Bin mudhar Bin nizar Bin ma’ad
Bin adnan Bin adad Bin humaisa Bin salaman Bin iwadh Bin buz Bin qimwal Bin abi
awam Bin nasyid Bin hiza Bin buldaz Bin yadlaf Bin tabikh Bin jahim Bin nahisiy
Bin makhi Bin idh Bin abqar Bin ubaid Bin di’a Bin hamdan Bin sunbur Bin
yatsribi Bin yahzan Bin yalhan Bin ar’awi Bin idh Bin dizyan Bin aishar Bin
afnad Bin ayham Bin miqshar Bin nahits Bin zarih Bin sumay Bin mizzi Bin udhah
Bin dizyan Bin qaidar Bin ismil Bin Ibrahim Bin tarikh Bin nuhur Bin saru’ Bin
ra’uw Bin falikh Bin abir Bin syalikh Bin arfakhsyad Bin sym Bin nuh Bin lamikh
Bin mutwisylakh Bin idris Bin yarid Bin
mahlail Bin qainan Bin anusyah Bin syits Bin adam as.
dari
nasab atau silsilah diatas, para ulama dan ahli sejarah berbeda pendapat tentang
nasab Rasulullah setelah Adnan sampai nabi adam. Karena Nasab Rasulullah SAW yang
disepakati oleh para ulama, hanya dari Abdullah yaitu bapak nabi Muhammad SAW
sampai Adnan saja, [2]
sedangkan nasab dari Adnan ke atas sampai nabi Adam AS, para ulama berbeda
pendapat. Syekh Dr. Muhammad Sa’id Ramadhan al-Buthi mengomentari hal ini
dengan mengatakan:
أَمَّا
مَا فَوْقَ ذَالِكَ فَمُخْتَلَفٌ فِيْهِ, لَا يُعْتَمَدُ عَلَيْه في شَيْئٍ غَيْرُ
أَنَّ مِمَّا لَا خِلَافَ فِيْهِ أَنَّ عَدْنَانَ مِنْ وَلَدِ إِسْمَاعِيْلَ
نَبِيِّ اللهِ ابْنِ إِبْرَاهِيْمَ خَليْلِ اللهِ عَلَيْهِمَا الصَّلَاةُ
والسَّلامُ
“Adapun
nasab Rasulullah setelah Adnan, para ulama berbeda pendapat, tidak ada yang
bisa dianggap paling shahih. Namun, semua ulama sepakat bahwa Adnan merupakan
keturunan dari Ismail, Nabi Allah putra Ibrahim 'alaihis salam sang kekasih
allah.”[3] Memang
terjadi banyak perbedaan pendapat mengenai nasab Rasulullah dari Adnan ke atas
sampai nabi Adam. Beberapa ahli bahkan mengatakan tidak ditemukan seorang pun
yang mengetahui hal ini, salah satu yang berpendapat demikian adalah Sayyidina
Urwah bin Zubeir bin Awam. Beliau berkata:
(ما وجدنا من يعرف ما وراء عدنان) kami tidak
menemukan seorang pun yang secara pasti mengetahui nasab Rasul setelah Adnan”[4]
Hal
yang sama juga dikatakan oleh Sayyidina Abu al-Aswad bin Muhammad bin Abdul
Rahman, salah seorang anak asuh Sayyidina Urwah bin Zubeir. Beliau berkata:
سَمِعْتُ
أَبَا بَكْر بْنِ سُلَيْمَانَ ابْنِ أَبِي خَيْثَمَةَ, وَكَانَ مِنْ أَعْلَمِ
قُرَيْشٍ بِأَنْسَبِهَا وَأَشْعَارِهَا يَقُوْلُ: مَا وَجَدْنَا أَحَدًا يَعْلَمُ
مَا وَرَاءَ مَعَدَّ بْنِ عَدْنَانَ فِي شِعْرِ شَاعِرٍ وَلَا فِي عِلْمِ عَالِمٍ
“Saya
mendengar Abu Bakar bin Sulaiman bin Abu Khaitsamah, beliau adalah salah
seorang yang paling berpengetahuan mengenai nasab bangsa Quraish dan
syair-syairnya. Beliau berkata: “Tidak ditemukan seorang pun yang mengetahui
nasab Rasul setelah Ma’ad bin Adnan, baik dalam syairnya para penyair maupun
dalan pengetahuannya orang berilmu.”[5]
Terlepas
dari perbedaan pendapat tentang nasab nabi setelah ‘adnan sampai nabi adam itu
tidak masalah karena kita tidak dituntut untuk percaya, karena bukan rukun
iman, yang wajib kita percayai adalah kenabian Muhammad dan ajaran yang
dibawanya.
[1] https://www.detik.com/jabar/berita/d-6336325/maulid-nabi-2022-ini-silsilah-muhammad-saw-hingga-adam-as
[3] (Syeikh Dr. Muhammad Sa’id
Ramadhan al-Buthi, Fiqh al-Sîrah al-Nabawiyyah Ma’a Mujaz li al-Tarîkh
al-Khilâfah al-Rasyîdah, Damaskus: Dar al-Fikr, 1991, h. 73)
[4] (Imam Muhammad al-Dzahabi, Tarîkh al-Islâm wa Wafayât al-Masyâhîr wa
al-A’lâm: al-Sîrah al-Nabawiyyah, Damaskus: Dar al-Kitab al-‘Arabi, tt, juz 2,
h. 18).
[5] (Imam Muhammad al-Dzahabi, Tarîkh al-Islâm wa Wafayât al-Masyâhîr wa
al-A’lâm: al-Sîrah al-Nabawiyyah, juz 2, h. 18)
Post a Comment