Daftar isi
BAB 3 │BERTAPA TELANJANG DAN MENGIKRARKAN
SUMPAH
BAB 4│PERUNDINGAN DAN KESEPAKATAN
PENDAHULUAN
Pada
tulisan yang lalu yang ini saya sudah pernah
bercerita tentang ratu kalinyamat mulai dari asal usulnya, keterlibatannya
dalam perebutan tahta kesultanan demak, perseteruanya dengan arya penangsang,
sampai akhirnya beliau menjadi penguasa tunggal dijepara dan berperang melawan
portugis di malaka. maka pada tulisan kali ini saya akan bercerita tentang
balas dendamnya kepada arya penangsang dan naiknya jaka tingkir menjadi sultan
pajang. Akan tetapi sekedar mengingatkan bahwa cerita kali ini bersumber dari
cerita rakyat dan buku-buku babad seperti babad tanah jawa, babad demak dan
babad Cirebon yang kebenaranya sangat diragukan alias tidak valid atau tidak
bisa dipertanggung jawabkan. Buku babad Kalau dalam ilmu hadits setara dengan
hadits dha’if atau hadits lemah. Agar tidak terlalu lama langsung saja simak
jalan ceritanya.
BAB 1│ DELIK ADUAN
Setelah
terbunhnya sunan prawoto raja demak keempat dan juga merupakan kakak dari ratu
kalinyamat, ratu kalinyamat bersama suaminya pergi menemui sunan kudus untuk
meminta penjelasan prihal penyebab kematian kakaknya tersebut. Sebab Ratu
Kalinyamat menemukan keris Kyai Betok menancap pada mayat kakaknya itu. Keris
kyai betook adalah keris milik arya penangsang yang merupakan murid dari sunan
kudus. Nah dari bukti eris tersebut kecurigaan langsung mengarah kepada arya
penangsang. untuk memastikan kecurigaan tersebut, makanya ratu kalinyamat dan
suaminya mendatangi sunan kudus untuk memastikan kebenaranya. Akan tetapi
jawaban dari sunan kudus tidak bisa diterima oleh mereka berdua. Jawaban dari
sunan kudus seperti ini : “Sunan Kudus menjelaskan semasa muda Sunan Prawata
pernah membunuh ayah Arya Penangsang yang bernama Pangeran
Surowiyoto atau raden kikin alias Pangeran Sekar Seda ing Lepen.
jadi wajar kalau ia sekarang mendapat balasan yang setimpal.”
- Ø
Tonton
juga tema terkait
BAB 2 │ PELARIAN
Setelah
Ratu Kalinyamat dan suaminya mendengar jawaban sunan kudus tersebut, mereka
berdua sangat kecewa, mereka berdua kemudian memutuskan untuk langsung pulang
ke Jepara. Akan tetapi ditengah perjalanan, mereka berdua dikejar oleh anak
buah Arya Penangsang dan terjadilah pertempuran. dalam pertempuran tersebut Pangeran
Kalinyamat meninggal dunia seperti yang sudah pernah saya ceritakan disini. Akan tetapi untungnya ratu kalinyamat
berhasil selamat. Konon ia sempat merambat atau ngesot ditanah dengan sisa-sisa
tenaganya, sehingga kemudian hari oleh penduduk sekitar, daerah tempat
meninggalnya Pangeran Kalinyamat disebut desa Prambatan.
Selanjutnya,
dengan membawa jenazah suaminya, Ratu Kalinyamat meneruskan pelarian hingga
sampai disebuah sungai, dan darah yang berasal dari jenazah suaminya menetes
kesungai tersebut dan menjadikan air sungai tersebut berwarna ungu, dan
kemudian hari daerah tersebut dikenal oleh penduduk sekitar dengan nama
Kaliwungu. Kemudian pelarian ratu kalinyamat dilanjutkan kearah barat, hingga melewati
daerah Pringtulis dalam kondisi lelah dan berjalan sempoyongan (moyang-moyong) kemudian
hari oleh penduduk sekitar daerah tersebut dikenal dengan nama desa Mayong. Kemudia
melewati daerah Purwogondo, kemudian melewati daerah Pecangaan dan sampai dimantingan.
- Ø Baca juga tema terkait
BAB 3 │BERTAPA TELANJANG DAN
MENGIKRARKAN SUMPAH
Setelah
Ratu Kalinyamat berhasil meloloskan diri dari peristiwa pembunuhan itu. Beliau kemudian melakukan ritual tapa wuda' atau
bertapa telanjang di Gunung Danaraja. Dalam pertapaan tersebut, beliau
menggunakan rambutnya yang panjang terurai nan lebat sebagai penutup auratnya.
beliau bahkan bersumpah tidak akan menghentikan laku bertapanya, apabila belum
bisa keramas (mencuci rambut) dengan darah Arya Penangsang dan menggunakan
jambul (rambut/mahkota) Arya Penangsang sebagai keset kakinya. Ini mengingatkan
kita kepada kisah dalam mahabarata dimana drupadi yang ditelanjangi oleh
dursasana bersumpah akan keramas dengan darah dursasana. Kembali kecerita tadi,
sumpah ratu kalinyamat dalam bahasa jawa seperti ini : "Ora pisan-pisan
ingsun jengkar saka tapa ingsun, yen durung iso kramas getihe lan keset jambule
Arya Penangsang!" Demikian sumpah Ratu Kalinyamat.
Ada berbagai
macam penafsiran tentang laku 'tapa wuda' alias bertapa telanjang yang dijalani
Ratu Kalinyamat tersebut. Sebagian sejarawan menafsirkan sebagaimana apa adanya
yakni ratu kalinyamat benar-benar bertapa dengan bertelanjang tanpa busana, sebab orang jawa dimasa lalu
jika menginginkan sesuatu atau hajat tertentu, mereka biasanya memang suka
melakukan tirakat yang unik-unik seperti
tapa ngeluwang yaitu bertapa dengan mengubur badan didalam tanah, tapa ngalong
yaitu bertapa dengan menggantungkan badan dipohon dalam posisi badan terbalik
seperti kelelawar, tapa kumkum yaitu bertapa dengan merendam badan disungai
yang mengalir atau air terjun, tapa jejeg yaitu bertapa dengan duduk bersila
sebagaimana yang kita kenal dll.
Sebagian
sejarawan lain banyak yang meragukan jika Ratu Kalinyamat benar-benar bertapa telanjang
tanpa busana. Apalagi beliau adalah putri keraton dan istri seorang ulama,
sehingga sangat mustahil jika beliau membuka aurat. ada sebagian sejarawan yang
menafsirkan bahwa 'tapa wuda' atau bertapa telanjang yang dijalani oleh ratu
kalinyamat hanyalah bahasa kiasan yang dalam tradisi masyarakat jawa kuno dinamakan
ungkapan sanepo. Jadi Sang Ratu tidak benar-benar telanjang bulat, tetapi maknanya
adalah sang ratu meninggalkan singgasana keraton, menanggalkan semua atribut
kerajaan, kemudian berpakaian layaknya rakyat biasa dan berbaur dengan
masyarakat desa seperti rakyat jelata pada umumnya.
Dari
dua penafsiran yang berseberangan tersebut, kita tidak tau entah apa yang
sebenarnya terjadi di masa itu, karena tidak ada data yang pasti untuk
mengonfirmasi kejadian tersebut. Tapi Yang jelas di Dukuh Sonder, Desa Tulakan,
Kecamatan Keling, Kabupaten Jepara, terdapat Pertapaan Sonder, yang dipercaya
sebagai petilasan Ratu Kalinyamat. Tempat tersebut berupa bebatuan yang tertata
rapi dan disekelilingnya terdapat mata air. konon Di lokasi itulah Ratu
Kalinyamat menjalani laku 'tapa wuda' tersebut. Bahkan Pada waktu-waktu
tertentu, seperti malam Jum’at Wage, tempat itu ramai didatangi para peziarah
yang kebanyakan perempuan. Mereka biasanya menyucikan diri dengan mandi dan
berwudu di sungai kecil di sekitar petilasan tersebut, bahkan ada yang sampai
bertapa selama 40 hari yang tujuannya untuk memohon berkah kepada Sang Kuasa,
dan agar bisa menjadi cantik alami seperti Ratu Kalinyamat.
BAB 4│PERUNDINGAN DAN
KESEPAKATAN
Kita
flash backs sebentar. Pada tahun 1549 M Arya Penangsang membunuh sunan prawoto
yang merupakan raja demak keempat sekaligus sepupunya sendiri, Arya penagsang
membunuh sepupunya dengan menyuruh anak buahnya yang bernama rangkud yang
dibekali sebuah keris bernama Keris kyai betook. Setelah sunan prawoto
terbunuh, kemudian dia menjadi raja demak yang kelima dan berkedudukan
dijipang. Motif pembunuhan ini sudah diceritakan pada episode yang lalu yaitu
karena untuk membalas dendam kematian ayahnya. Sebab dahulu sunan prawoto
membunuh ayahnya arya penangsang yang bernama raden kikin yang berjuluk Pangeran
Sekar Seda ing Lepen artinya "Bunga yang gugur di sungai". karena
tempat pembunuhan tersebut dipinggir sungai. Motif pembunuhan tersebut adalah
agar ayah sunan prawoto yaitu pangeran trenggono menjadi raja demak
menggantikan raden fatah. Sebab raden kikin maupun pangeran trenggono adalah
kakak adik.
Jadi
ceritanya setelah sultan fatah raja demak pertama meninggal dunia, yang
seharusnya menggantikanya adalah pati unus, akan tetapi beliau gugur dimalaka
ketika berperang melawan portugis, kemudian seharusnya yang menggantikan pati
unus adalah adiknya yakni raden kikin, namun dia dibunuh sunan prawoto agar
tahta jatuh ketangan ayahnya yakni pangeran trenggono sekaligus adik raden
kikin sendiri. Nah karena kejadian dimasa lalu tersebutlah yang memicu dendam
arya penangsang kepada sunan prawoto karena seharusnya ayahnya lah yang menjadi
raja demak setelah raden fatah meninggal dunia. Setelah arya penangsah berhasil
membunuh sunan prawoto dan pangeran kalinyamat, kemudian dia mengangkat dirinya
sebagai sultan demak yang kelima dan berkedudukan dijipang. Akan tetapi dirinya
belum tenang karena masih ada orang yang sewaktu-waktu bisa menggulingkan
pemerintahannya. Orang tersebut adalah jaka tingkir atau adipati hadiwijaya. kenapa
dirinya hawatir kepada jaka tingkir atau adipati hadiwijaya ? sebab hadiwijaya
adalah menantu sultan trenggono. hadiwijaya menikahi puri sultan trenggono yang
bernama ratu cempaka emas.
Maka
sasaran arya penangsang selanjutnya adalah adipati hadiwijaya alias jaka
tingkir. Arya penangsang mengirim dua pembunuh bayaran yang bernama kertajaya
dan jagasatru untuk menghabisi jaka tingkir, namun sayangnya berkat kesaktian
yang dimiliki oleh jaka tingkir, dua pembunuh bayaran tersebut berhasil
dilumpuhkan dengan mudah dan disuruh kembali kemajikannya yakni arya
penangsang. Sejak saat itu hubungan antara adipati hadiwijaya dan arya
penangsang semakin memburuk. Untuk meredakan suasana maka sunan kali jaga selaku
guru jaka tingkir dan sunan kudus selaku guru arya penangsang mencoba
mendamaikan keduanya dengan mengundang jaka tingkir dan rombonganya kejipang
untuk mediasi perdamaian. Nah disini ada cerita aneh yang lebih tepatnya adalah
mitos bahwa konon dalam pertemuan tersebut sunan kudus menyipkan sebuh kursi
yang sudah di beri rajah kala cakra yang apabila diduduki oleh jaka tingkir
maka kesaktian jaka tingkir akan musnah, namun sayang sekali yang menduduki
kursi tersebut adalah arya penangsang sendiri. jadi yang musnah adalah
kesaktian arya penagsang. Namun ini adalah cerita rakyat yang sangat aneh dan 99
% sangat diragukan kebenaranya. Singkat cerita ketika suasana sudah menegang
dan memanas dalam pertemuan tersebut, maka baik arya penangsang maupun jaka tingkir,
keduanya sudah menghunuskan keris mereka masing masing. Arya penangsang sudah
menghunus keris andalanya yakni keris kyai setan kober, dan hadiwijaya atau
jaka tingkir sudah menghunus keris kyai crupuk. Melihat kejadian itu sunan
kudus datang dan langsung melerai mereka berdua, merekapun berdamai untuk
sementara waktu.
Kemudian
rombongan jaka tingkirpun kembali kepajang sambil menyusun rencana. Ditengah
perjalanan anak buahnya memberitahu bahwa retna kencana atau ratu kelinyamat
sedang bertapa digunung dana raja menunggu kedatangannya. Anak buah tersebut
juga menceritakan tentang sumpah ratu kalinyamat bahwa ratu kalinyamat akan
terus bertapa dan baru akan mengakhiri pertapaanya jika sudah keramas dengan
darah arya penangsang dan berkeset dengan kepala arya penangsang. Merasa
mendapat sekutu, Kemudian rombongan jaka
tinggkir pun menemui ratu kalinyamat yang sedang bertapa digunung dana raja.
Sesudah keduanya berdiskusi kemudian terjadilah kesepakantan yang isinya bahwa
jika jaka tingkir berhasil membunuh arya penangsang maka tahta kerajaan demak
akan diserahkan kepadanya, sedangkan ratu kalinyamat akan kembali ke jepara dan
tunduk pada kekuasaan jaka tingkir atau hadiwijaya.
BAB 5│SAYEMBARA
Sesudah
terjadi kesepakatan antara jaka tingkir dan ratu kalinyamat, maka segera dia
menyusun rencana untuk menggulingkan arya penangsang yang sekarang setatusnya
sebagai raja demak kelima. Jaka tingkir karena tidak mau berkonfrontasi
langsung dengan arya penangsang karena sungkan sebab masih ada hubungan kerabat
dan juga sengkan kepada gurunya yakni sunan kalijaga dan sunan kudus, maka kemudian
dia mengumumkan sayembara bahwa barang siapa yang bisa memenggal kepala arya
penagsang, maka akan mendapat hadiah berupa tanah pati dan alas mentaok (bumi
mataram). Setelah pengumuman tersebut datanglah orang-orang terdekatnya yakni
ki ageng pamanahan, ki penjewi, ki juru
martanai dan anaknya ki ageng pamanahan yang bernama danang sutawijaya. Keempat
orang ini kemudian menghadap jaka tingkir dan mengatur siasat untuk membunuh
arya penangsang. Jaka tingkir kemudian membekali danang sutawijaya anak ki
ageng pamanahan yang juga sudah diangkat sebagai anak angkatnya sendiri dengan
sebuah pusaka yang bernama tombak kyai plered.
BAB 6│SENJATA MAKAN TUAN
Dalam
melaksanakan misi tersebut, Ki Juru Mertani menyeberangi sungai bengawan sore,
kemudian dia memotong telinga seorang pekatik /perawat kudanya arya penangsang.
Kemudian, dia menulis surat yang
dikalungkan dileher pekatik tersebut, yang berisi tantangan dari adipati
hadiwijaya/jaka tingkir kepada Arya Penangsang untuk berduel. Arya Penangsang
yang sedang menyelesaikan ritual puasanya
selama 40 hari, untuk memulihkan kesaktianya yang lenyap akibat menduduki kursi
yang ada rajah kala cakra milik sunan kudus pun akhirnya terprovokasi dengan
surat tantangan tersebut. Ia pun bergegas menunggangi kudanya yang bernama
Gagak Rimang, ke arah sungai dengan kondisi tubuh yang belum fit diikuti oleh
para prajuritnya. Arya penangsang dengan gagah berani menerima tantangan
tersebut karena dirinya punya ilmu ajian tameng waja yang menjadikan dirinya
kebal terhadap semua jenis senjata. Senjata setajam apapun dan sesakti apapun
tidak akan bisa melukai tubuhnya. Akan tetapi dirinya punya dua kelemahan yang
dimanfaatkan oleh musuh musuhnya yaitu sifat ceroboh dan temperamental yang
dimilikinya, sifat ceroboh ini Nampak ketika dahulu sewaktu ingin menjebak jaka
tingkir agar mau duduk dikursi yang sudah diberi rajah kala cakra oleh sunan
kudus malah dirinya sendiri yang duduk dikursi tersebut hingga kesaktianyya
hilang dan harus berpuasa 40 hari untuk mengembalikan kesaktianya tersebut. Dan
kali ini para penantangnya juga sudah mempersipkan jebakan yang kalau berhasil
akan mengakhiri hidup arya penangsang walau dirinya punya ilmu ajian tameng
waja tersebut.
Oke
kita lanjut keceritanya, setelah arya penangsang sampai dipinggir sungai
bengawan sore, kemudian danang sutawijaya yang membawa tombok kyai plered milik
jaka tingkir kemudian memprofokasi arya penangsang dari seberang sungai agar
arya penangsang menyebrangi sungai tersebut dan berduel denganya satu lawan
satu. Cerdiknya danang sutawijaya menunggangi kuda betina untuk menarik
perhatian kuda jantan milik arya penangsang yang bernama gagak rimang. Ide ini
adalah pemikiran ki juru mertani. Tidak lama kuda jantan milik arya penangsang
tiba tiba menyebrangi sungai bengawan sore untuk mengejar kuda betina milik
danang sutawijaya. Ini kasusnya mirip seperti kisah fir’aun dulu yang
sebenarnya takut melihat lautan terbelah, fir’aun dulu sempat berfikir untuk
kembali dan melepaskan bani israil, akan tetapi disaat saat terakhir malaikat
jibril turun dengan rupa manusia yang menaiki kuda betina berwarna putih yang
langsung menyeberangi laut yang terbelah, maka otomatis kuda jantan fir’aun yang
dimabuk birahi terhadap kuda betina milik malaikat jibril langsung mengikutinya
menyebrangi laut merah. dan karena fir’aun nekat memasuki laut merah yang
terbelah tersebut, maka otomatis bala tentaranya yang ada dibelakangnya juga mengikuti
sang fir’aun dan tenggelam bersama sama. Nah kejadian tersebut juga terulang
kembali kali ini,
Karena
kuda milik arya penangsang yang tiba-tiba hilang kendali dan langsung
menyebrangi sungai, maka arya penangsang sibuk mengendalikan kudanya dan
melihat kejadian tersebut danang sutawijaya tersenyum senang sambil mencari
kesempatan untuk menombak perut arya penangsang. Setelah menunggu beberapa saat,
maka dengan secepat kilat danang sutawijaya menghampiri arya penangsang dan
langsung menusukan pusaka sakti milik jaka tingkir yaitu tombak kyai plered
tepat diperutnya hingga konon usus arya penangsang terburai keluar. Loh kok
bisa hal ini terjadi, katanya arya penangsang sakti kebal senjata apapun karena
punya ilmu ajian tameng waja. Mari kita flesbek kebeberapa tahun sebelumnya.
Saat
berkauasa sebagai adipati, Arya Penangsang membuat saluran air yang
mengelilingi wilayah Jipang Panolan dan dihubungkan dengan sungai Bengawan Solo
yang airnya mengalami pasang naik, maka air di saluran yang mengelilingi Jipang
Panolan tersebut pun juga mengalami pasang naik. Oleh karena itulah, saluran
air tersebut kemudian dikenal oleh masyarakat sekitar dengan sebutan sungai
Bengawan Sore. Konon, Sunan Kudus memberi mantra ke dalam saluran air ini
supaya apabila jika ada musuh yang menyebrangi Bengawan Sore, maka kesaktiannya
akan menjadi sirna atau musnah. Nah dengan demikian, maka pagar pengaman yang
dibuat oleh Sunan Kudus dibobol sendiri oleh Arya Penangsang karena dirinyalah
yang menyeberangi sungai bengawan sore, maka otomatis keaktianya menjadi sirna
dan tidak kebal senjata lagi makanya dengan mudah danang sutawijaya menombak
perutnya hingga ususnya terburai keluar.
Tapi
karena arya penangsang pendekar sejati dia masih tidak menyerah, dia
mengikatkan usunya yang terburai keluar kegagang keris yang diselipkan
dipinggangnya dan lanjut bertarung dengan danang sutawijaya hingga berhasil
mendesak dan melumpuhkan danang sutawijaya, sampai akhirnya ketika akan
menghabisi danang sutawijaya, arya penangsang mencabut keris andalannya yakni
keris kyai setan kober. Saat mengeluarkan keris andalannya tersebut, usunya
yang tadi dililitkan pada gagang keris malah terpotong hingga membuatnya
meninggal seketika.
BAB 7│AKHIR
PERTAPAAN
Setelah arya penangsang meninggal, adiknya yakni ki mataram dan istrinya sertta beberapa kerabat pergi mengungsi kepalembang. Kemudian kepala arya penangsang diserahkan kepada adipati hadiwijaya atau jaka tingkir, lalu oleh jaka tingkir diserahkan kepada ratu kalinyamat dengan semangkuk darah milik arya penangsang. Sesudah berkeset kepala Arya Penangsang, dan mencuci rambutnya dengan darah milik arya penangsang, Ratu Kalinyamat mengakhiri tapa wuda asinjang rikma-nya itu. Dia kemudian menjadi Bupati Jepara di bawah kekuasaan Kesultanan Pajang. Kendati demikian, Sultan Hadiwijaya tetap menghormati Ratu Kalinyamat sebagai sesepuh yang pantas diluhurkan. kemudian hari ratu kalinyamat membangun jepara sampai menjadi sangat maju dizamanya hingga berani menyerang portugis dua kali seperti tulisan yang ini.
Post a Comment